"Adit kok loe ada di sini. Sampe kaget gue. Ya ampun apa kabar loe Dit. Kemana aja? Gue kangen tau becanda sama loe. Selama di RS kok loe gak pernah nengok gue?" tanya Saras bertanya bertubi-tubi kepada Adit.
"Iya nih Adit, cuma sekali aja hubungi aku terus menghilang, habis itu ga ada kabarnya lagi, eh tiba-tiba nongol di depan kita." kata Indarto sambil geleng-geleng kepala.
"Gue gak boleh nengokin loe Ras, sama Oom Haidar, gue dikasih tugas keluar kota terus, untung Tante bisa ngerayu bokap loe Ras, jadi gue bisa balik lagi ke sini. Eh baru juga balik, udah dikasih tugas dampingi orang pacaran, apes bener dah gue." kata Adit.
"Derita loe tuh Dit, hahahaha." kata Saras. "Reseh loe Ras." maki Adit.
Indarto hanya tertawa saja melihat candaan dua orang yang bersepupuan ini. Sepanjang perjalanan mereka ini dengan canda dan tawa. Sampai tak terasa mereka sudah melakukan hampir separuh perjalanan. Mereka pun berhenti di sebuah pengiriman untuk beristirahat karen kondisi Saras yang masih belum pulih 100 persen karena sebelumnya habis menjalani perawatan di RS.
Setelah memesan kamar merekapun masuk ke kamar masing-masing, Saras menempati kamarnya sendiri sementara Adit dan Indarto tidur dalam satu kamar. Karena perjalanan yang melelahkan mereka pun segera terlelap. Keesokan harinya, mereka pun bangun dengan semangat yang baru untuk melanjutkan perjalanan. Sebelumnya mereka menyantap sarapan pagi yang sudah disediakan oleh pihak penginapan. Mereka bertiga pun sarapan tanpa ada percakapan maupun senda gurau, masing-masing menyantap hidangan dengan tenang.
Setelah selesai sarapan mereka pun bersiap masuk ke dalam mobil karena sebelum sarapan tadi barang-barang mereka sudah disiapkan dan dimasukan ke dalam mobil, sehingga selesai sarapan mereka bisa langsung melanjutkan perjalanan. Di seputar perjalanan, mereka disuguhi pemandangan yang luar biasa, Sungguh indah ciptaan Tuhan, dimana mereka disuguhi pemandangan pantai yang indah dengan pasir putihnya. Saras tak henti-hentinya mendecak kagum. Karena selama ini Saras hanya mengenal mall dan mall. Saras jarang sekali liburan. Pada saat liburan, Saras biasanya pergi ke luar negeri ikut dengan Papa dan Mamanya menghadiri undangan atau urusan bisnis.
"Dit, berhenti sebentar bisa gak? Gue pengen banget main di pantai." pinta Saras.
"Boleh tapi sebentar aja ya, takut kemalaman sampai di sana." kata Adit.
"Siap bos." jawab Saras sambil mengangkat tangan tanda hormat.
Saras pun mengajak Indarto untuk mendekati pantai. Indarto berjalan sambil merangkul pundak Saras, dan Saras pun memeluk pinggang Indarto.
Mereka terlihat sangat mesra seolah-olah dunia milik mereka berdua. Mereka bermain air laut yang dibawa ombak ke bibir pantai. Tak terasa mereka bermain hingga 1 jam lamanya. Indarto pun mengajak Saras untuk kembali ke mobil melanjutkan perjalanan ke kota C.
Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di sebuah rumah yang sangat sederhana namun terlihat asri dan bersih. Tanahnya luas, dan tampak rumah itu berdiri di tengah-tengah. Saras pun segera turun dari mobil.
"Dit, ini rumah nya." bisik Saras ke telinga Adit.
"Iya, sementara ini tempat mu sama Indarto. O iya perkenalkan ini Pak Sardi dan istrinya, mereka berdua yang akan membantu kalian selama di sini. O iya karena kalian belum menikah, maka rencananya kalian akan menikah sore ini. Semua sudah dipersiapkan jadi tinggal dilaksanakan aja. Pak Sardi apa semua sudah siap Pak?" kata Adit.
"Sudah semua pak Adit. Penghulu dan saksi nya juga sudah siap dari tadi. Dan perias pengantin juga sudah disiapkan. Tinggal calon pengantin nya aja bersih-bersih badan dulu. " jelas Pak Sardi.
Saras dan Indarto hanya bengong sekaligus kaget tidak menyangka kalau secepat ini menikah.
"Ok Saras sama Mas In silahkan membersihkan badan dulu. Saras bisa ikut Bu Sardi dan Mas In bisa ikut pak Sardi." titah Adit.
Setelah 1 jam mereka bersih-bersih dan mandi, Saras pun siap untuk dirias wajahnya oleh MUA yang ada di kampung itu. Setelah hampir 1 jam Saras pun selesai dirias dan hasilnya sungguh menakjubkan Saras terlihat sangat cantik, aura kecantikan nya pun keluar.
"Aduh mbak e ayu tenan loh. Mirip sekali sama artis ibukota, itu loh yang namanya Sandy Aulia..." kata salah seorang MUA.
"Ah mba ini bisa aja." kata Saras.
Tampak terdengar di luar sana suara persiapan pernikahan segera dimulai. Tak lama kemudian Saras dipanggil keluar karena ijab kabul akan segera dimulai. Saras pun berjalan dengan digandeng oleh Bu Sardi.
Kecantikan Saras yang mumpuni membuat Indarto terpana, Subhanallah cantiknya calon istriku, bathin Indarto. Kemudian Bu Sardi menempatkan Saras di samping Indarto.
"Apa sudah bisa kita mulai ijab Kabul nya? Para saksi sudah siap?" tanya pak penghulu.
"Sudah bisa dimulai pak penghulu." kata pak Sardi.
Kemudian acara Ijab Kabul diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci. Setelah pembacaan ayat-ayat suci selesai, acara ijab Kabul nya siap dimulai. Pak penghulu menjabat tangan Indarto dan dalam satu tarikan nafas saya Indarto berhasil melaksanakan ijab kabul dan dijawab sah oleh para saksi dan semua yang hadir walaupun tidak banyak orang, namun terlihat khusuk dan syahdu.
Kemudian Pak penghulu mengatakan kepada Indarto untuk menyematkan cincin di jari manis Saras, demikian pula sebaliknya. Kemudian Saras menciumi dengan takjim tangan kanan Indarto suaminya, sementara Indarto mencium kening Saras. Acara ijab kabul diakhiri dengan pembacaan doa untuk kedua pengantin.
"Selamat ya sayang, semoga kalian berdua menjadi keluarga yang sakinah mawadah dan warohmah, kini kamu sudah menjadi seorang istri, turuti dan hormati suamimu, seberapapun penghasilan yang diterima suami mu, itu adalah rejeki yang harus kamu syukuri, jangan pernah melawan suami. Dan kamu Indarto, saya titip Saras putri tunggal saya, jangan kamu sakiti dia, apalagi sampai kamu memukulnya. Jangan pernah kamu mengkhianati apalagi sampai meninggalkan dia karena wanita lain. Bekerjalah dengan giat dan nafkahi istri mu dengan uang yang halal. Mama selalu berdoa untuk kebahagiaan kalian berdua." kata nyonya Haidar.
Saras pun menangis di pelukan Nyonya Haidar. Sementara Indarto tampak terharu mendengar perkataan nyonya Haidar.
Begitu bahagianya karena orang yang selama ini selalu menentang hubungan nya dengan Saras kini malah mendukung bahkan merestuinya.
"Terima kasih banyak Bu." kata Indarto.
"Kok Ibu sih Mas? Kan sudah jadi suami Saras masa masih panggil Ibu, harusnya Mama donk." kata Saras.
Nyonya Haidar tersenyum dan mengangguk kan kepala.
"Baik Ma. Saya berjanji akan selalu menjaga Saras sekalipun nyawa saya taruhan nya dan saya juga berjanji akan selalu membuat Saras bahagia. Terima kasih atas doa dan restu Mama untuk kami berdua. Dan semoga Mama juga selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang agar bisa melihat kebahagiaan kami berdua." kata Indarto.
"Baiklah tugas mama untuk membesarkan Saras sudah selesai, kini tugas mama kamu yang lanjut kan. Mama percayakan Saras sama kamu ya. Kalau ada apa-apa hubungi Mama. O iya Adit Mama bawa pulang ya, buat jaga Mama di sana. Karena cuma dia yang bisa Mama percaya untuk menjaga dan melindungi Mama karena Adit adalah anak dari adik kandung Papa kandung mu. Dan mulai malam ini kalian tinggal berdua saja. Dan segera buatkan mama cucu ya." kata Nyonya Haidar.
Tak lama kemudian nyonya Haidar bersiap-siap untuk kembali ke kota A bersama Adit.
"Ras, gue balik ya, nemenin Tante gue yang paling cantik sedunia ini takut ntar diapa-apain saat dia tau kalau loe menghilang. Loe baik-baik sama suami loe. Ingat pesan nyokap loe ya. Dan loe mas Bro jagain kakak gw, kalau sampai terjadi sesuatu sama dia, gue cari loe sampai ke ujung dunia manapun dan gue orang pertama yang akan mencincang loe hidup-hidup." kata Adit sebelum meninggalkan Saras dan Indarto.
Setelah itu Adit dan Nyonya Haidar kembali ke kota A dan bersiap menghadapi Tuan Haidar yang sampai saat ini belum mengetahui kalau Saras kabur.
Setelah semuanya pergi tinggallah Saras dan Indarto yang masih ditemani bapak dan ibu Sardi yang saat ini masih membereskan sisa-sisa pesta pernikahan yang kecil-kecilan tapi sangat membahagiakan.
"Bapak, Ibu kalau sudah lelah biar besok saja dilanjutkan. Sekarang bapak dan ibu pulang saja, biar besok kami berdua yang menyelesaikan nya." kata Indarto.
"Baiklah mas Indarto, kalau begitu kami pamit dulu, biar kalian berdua bisa beristirahat, dan kami akan kembali besok untuk membereskan tempat ini lagi. Mari mas." pamit pak Sardi. "Iya pak, hati-hati Pak Bu." kata Indarto, sementara Saras sudah masuk ke dalam kamar karena benar-benar sudah sangat lelah. Setelah kepergian Bapak dan Ibu Sardi, Indarto pun mengecek seluruh rumah dan menguncinya.
Kemudian Indarto menuju kamar untuk membersihkan diri dan ikut beristirahat bersama Saras. Sesampainya di kamar tampak terlihat Saras telah tidur dengan nyenyak, dengkur halusnya terdengar menandakan kalau Saras sudah pulas dengan tidur nya. Indarto tersenyum, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Kemudian setelah memakai baju tidur yang sudah disiapkan Saras, Indarto pun naik tempat tidur dan berbaring di sisi Saras sang istri yang sudah dihalalkan sore tadi. Indarto berbaring miring, memandangi wajah Saras sang istri pujaan hatinya. Yang sudah menjalin hubungan hampir 3 tahun semenjak Saras masuk kelas 1 SMA. Indarto menyingkirkan rambut di wajah Saras, lalu mengecup keningnya. Indarto tidak menyangka kalau akhirnya ia bisa menikah dengan gadis pujaannya dengan restu dari ibu kandungnya. Indarto berjanji dalam hatinya akan terus berada di samping Saras menjaganya dengan sepenuh hati. Dan Indarto juga berjanji akan bekerja giat agar Saras bisa melanjutkan pendidikannya sampai mendapatkan gelar sarjana. Agar Saras bisa melanjutkan usaha Mama nya. Setelah bermonolog sendiri, akhirnya Indarto pun memejamkan mata dan ikut terlelap di samping istrinya sambil memeluk pinggang istri nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments