Lia kemudian mengikuti Wulan dan Oom Adit menuju kediaman Oom Adit. Sepanjang perjalanan Lia menatap ke arah jalan di mana saat itu terjadi kemacetan. Lia berpikir apakah ia sanggup bertahan di kota sebesar ini dengan hanya mengandalkan ijasah SMA dan hanya lulusan dari desa. Aahhh... Lia mendesah memikirkan nasibnya saat ini.
"Kenapa Li?" tanya Wulan.
"Ga pa pa Lan, aku hanya kagum dengan suasana di kota, beda banget dengan suasana di desa seperti langit dan bumi." Lia menyahut.
"Beginilah suasana di kota Lia, semuanya terlihat sibuk, boleh dibilang di kota tidak pernah tidur, orang kota sibuk berlomba-lomba mencari cuan. Nanti kamu juga akan merasakan hal itu Lia. Di mana kamu akan ikutan sibuk.. hehehe... O iya apa rencanamu Lia? Apa kamu juga akan kuliah di sini seperti Wulan? kata Oom Adit.
"Tidak Oom, saya datang ke kota sebenarnya untuk mencari keluarga almarhumah ibu saya. Saya juga minta ijin Oom untuk menumpang di rumah Oom sampai Lia dapat kontrakan." kata Lia.
"Kenapa harus kontrak Lia, tinggal di rumah Oom ga papa kok, malah Oom senang rumah jadi ramai." tawar Oom Adit.
"Terima kasih banyak Oom, tapi Lia sudah bertekad untuk mandiri dan tidak mau menyusahkan orang lain Oom." kata Lia.
"Lia memang begitu Oom, selalu gak mau nyusahin orang lain, padahal mereka ikhlas membantunya." kata Wulan.
Lia hanya tersenyum mendengar kata-kata Wulan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit sampailah mereka di rumah Oom Adit.
"Assalamualaikum..." mereka bertiga kompak mengucapkan salam.
"Waalaikumsallam." terdengar jawaban dari dalam rumah.
"Wulan!!! Apa kabar sayang.?" seru Tante Imel sambil memeluk dan mencium Wulan.
"Baik Tante, Wulan kangen banget sama Tante." jawab Wulan.
"Ah lebay loe, baru juga bulan kemarin ketemu ma Bunda gue." celetuk Dimas sambil menoyor kepala Wulan.
"Eh ada cewek cantik. Hai kenalin gue Dimas, cogan alias cowok ganteng. Siapa nama loe!" kata Dimas ketika melihat Lia yang berdiri di belakang Wulan.
"Dimas! yang sopan kamu!" ucap sang bunda sambil menjewer telinga Dimas.
"Aduh ampun Bun..sakit." teriak Dimas.
"Maafkan Dimas yg nak Lia, dia memang suka usil anaknya tapi baik kok." kata Oom Adit.
"Tante, kenalkan ini Lia, teman Wulan dari desa. Wulan mau ijin Tante, kalau Lia sementara tinggal di sini sampai dapat tempat tinggal yang baru. Kedua orang tua Lia baru saja meninggal dunia karena kecelakaan. Lia rencananya hendak mencari keluarga dari pihak almarhumah ibunya. Boleh ya Tante, soalnya Lia tidak ada kerabat sama sekali di kota ini." kata Wulan.
Tante Imel berkata sambil memegang tangan Lia "Tentu boleh dong sayang, rumah ini selalu terbuka untukmu Nduk."
"Terima kasih banyak Tante, mohon maaf kalau Lia merepotkan keluarga Tante." kata Lia sambil meneteskan air mata, melihat perlakuan tante Imel.
Lia jadi teringat almarhumah ibunya. Ketulusan Oom Adit dan Tante Imel mengingatkan Lia akan kedua orang tuanya yang begitu tulus merawat dan mecintainya. Lia merasa bahagia bisa merasakan kasih sayang orang tua lagi.
"Hei sudah jangan nangis cengeng loe!" teriak Dimas.
"Maafin gue ya.." kata Dimas sambil mengulurkan tangannya. Lia menyambutnya sambil tersenyum.
"Kita bersahabat sekarang ya" kata Dimas. Lia pun menganggukkan kepala nya tanda setuju.
"Ayo ah masuk, Wulan ajak Lia masuk ke kamarmu, Tante sudah siapkan, setelah itu kita makan siang bersama." ajak Tante Imel.
Wulan pun segera mengajak Lia menuju kamarnya untuk beristirahat dan membersihkan diri. Lia pun segera menuju kamar mandi yang ada di kamar itu untuk segera membersihkan diri dan menjalankan sholat.
Setelah selesai Lia segera menuju dapur untuk membantu Tante Imel menyiapkan makan malam.
"Loh kenapa ke mari Lia, istirahatlah dulu sejenak, Tante sudah dibantu bi Marni, baru kita makan malam sama-sama" kata Tante Imel.
"Ga papa Tante, Lia sudah istirahat tadi, sekarang biar Lia bantu Tante." kata Lia.
"Ya sudah terserah kamu sajalah" lanjut Tante Imel sambil mengelus punggung Lia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Yani
lanjuuut
2022-12-04
0