Surya sangat menikmati makanan yang disajikan Alya. Karena semua makanan tersebut adalah makanan kesukaannya. Alyapun terlihat terkejut ketika Surya mengatakan kalau itu merupakan makanan kesukaannya.
"Memang ikatan bathin ayah dan anak tidak bisa dihilangkan."
Setelah selesai makan, tampaknya Surya enggan kembali ke kantor, seperti nya dia sedang menikmati peran barunya sebagai seorang ayah untuk kedua anak Alya.
"Maaf Pak Surya, apakah kita tidak kembali ke kantor?" tanya Alya ketika tidak terlihat tanda-tanda Surya akan kembali ke kantor.
"O iya, maaf saya lupa karena terlalu asyik bermain dengan anak-anak mu. Mereka anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Rasanya berat berpisah dengan mereka. Anak-anak ayah yang ganteng dan cantik, ayah sama Bunda mau kembali ke kantor lagi ya.. Nanti setelah pulang kerja ayah akan kembali lagi." kata Surya.
"Hore ... ayah benar ya balik lagi ke rumah. Hmm ayah Rani boleh gak minta oleh-oleh?" tanya Rani.
"Boleh, Rani mau minta apa sayang?" tanya Surya.
"Rani gak boleh gitu sama Pak Surya." kata Alya sambil marah,
"Maafkan Rani Pak, sebaiknya jangan dituruti."
"Ssstt... ga papa kok, saya tidak keberatan." kata Surya.
"Rani dan Rangga ingin sekali malam ini tidur bersama ayah sambil dibacakan buku cerita seperti teman-teman Rani, mau kan Yah?" tanya Rani sambil berlinang air mata.
Surya pun memeluk Rani dan Rangga, kemudian berkata,
"Iya, ayah akan menemani kalian dan membacakan buku cerita malam ini."
"Tapi Pak, gak mungkin apa kata tetangga nanti " kata Alya.
"Saya akan bertanggung jawab nanti. Ayo kita kembali ke kantor. Bye bye anak-anak ayah sama bunda kembali ke kantor dulu, jangan nakal ya." kata Surya sambil mencium pipi kedua anak Alya.
Kemudian Surya dan Alya kembali berjalan menuju kantor. Sepanjang jalan tidak ada obrolan yang menemani mereka, kedua terdiam masing-masing sibuk dengan pemikirannya sendiri. Sesampainya di kantor mereka kembali disibukan dengan laporan-laporan yang belum terselesaikan.
Sementara itu di kota A di sebuah RS terbesar di kota itu tampak seorang gadis yang masih terbaring lemas di ruang VVIP, dia adalah Saras. Nyonya Haidar dengan sabar merawat Saras.
"Saras apa yang bisa Mama lakukan nak supaya kamu cepat pulih? Mama gak tega lihat kamu seperti ini terus." Isak nyonya Haidar.
Tiba-tiba gawai pintar milik Saras berbunyi, tampak di layar 'mas ku sayang'. Dengan ragu-ragu Nyonya Haidar mengangkatnya.
"Hallo... Saras apa yang terjadi, aku mendengar kabar dari Adit kalau kamu dilecehkan sama calon tunanganmu. Gimana keadaan kamu sayang, aku cemas tidak ada kabar sama sekali dari kamu, cuma Adit aja yang selalu up date tapi tetap saja aku panik dan takut terjadi sesuatu denganmu." terdengar dari seberang telepon.
"Maaf, ini dengan siapa, saya Mamanya Saras." kata nyonya Haidar.
"Maafkan saya Nyonya, saya Indarto kawan baik Saras." terdengar suara dari seberang.
"Bisa kita bertemu, ada yang ingin saya katakan." kata Nyonya Haidar.
"Bisa Nyonya, di mana saya bisa menemui Nyonya." kata Indarto.
"Baik, temui saya di cafe xxx jalan melati, saya tunggu dalam 30 menit." kata nyonya Haidar.
"Baik nyonya, saya segera menuju ke sana."
Nyonya Haidar mencoba mengingat siapa Indarto ini. Apakah dia kekasih Saras yang ditolak mentah-mentah oleh tuan Haidar karena dia seorang pemuda dari keluarga tidak mampu dan tidak mempunyai masa depan.
"Ah... suamiku selalu menganggap harta adalah segalanya, dan kebahagiaan selalu bisa dibeli dengan uang." bathin nyonya Haidar.
Tak berapa lama kemudian nyonya Haidar siap berangkat ke cafe xxx.
"Suster, saya mau keluar sebentar, saya ada keperluan. Saya titip putri saya tolong dijaga baik-baik, kalau butuh apa-apa segera hubungi saya." titah nyonya Haidar kepada sang perawat yang memang khusus ditugaskan untuk merawat Saras.
"Baik Nyonya, saya akan menjaga non Saras baik-baik."
Setelah menempuh perjalanan selama 10 menit sampailah Nyonya Haidar di cafe xxx, di mana nyonya Haidar ada janji bertemu dengan Indarto.
"Hhmmm... sudah sampai rupanya dia. Cukup on time juga." bathin nyonya Haidar.
Ya, memang nyonya Haidar sudah memberitahu Indarto agar menunggu di meja yang sudah dia pesan, sehingga Nyonya Haidar bisa langsung mengetahui kalau tamunya sudah datang.
"Selamat siang." kata nyonya Haidar tegas.
"Selamat siang Nyonya." jawab Indarto sambil tergagap.
"Silahkan duduk. Perkenalkan saya mamanya Saras. Sudah berapa lama kamu berhubungan dengan anak saya Saras." kata nyonya Haidar.
"Terima kasih Nyonya, saya sudah berhubungan dengan Saras selama 4 tahun, Nyonya." kata Indarto.
"Tolong jangan panggil saya Nyonya." titah nyonya Haidar.
"Baik nyo.. eh Bu" kata Indarto.
"Apakah kamu mencintai Saras putri saya." tanya nyonya Saras menyelidik.
"Ya, saya sangat mencintai Saras, saya memang bukan orang kaya yang banyak hartanya, saya hanya seorang PNS, seorang guru dari sekolah SMA Negeri dengan gaji yang tidak terlalu besar. Tapi saya punya rasa cinta dengan besar untuk Saras dan bersedia mengorbankan nyawa saya untuk Saras." kata Indarto mantap.
"Baiklah saya percaya dengan kamu. Saya minta sama kamu, bawa Saras keluar dari kota ini. Pergilah yang jauh sehingga suami saya tidak bisa menemukan kalian. Saya akan memberikan modal untuk kamu menjalankan usaha di sana. Saya mau anak saya kembali normal seperti semula. Saya yakin kamu bisa membantu Saras. Saras menderita, mental nya sedikit terganggu karena kejadian itu. Semoga dengan rasa cinta kamu yang besar kepada Saras demikian juga sebaliknya, saya berharap Saras bisa sehat kembali. Kamu jangan khawatir saya yang akan mengatur semuanya sehingga suami saya tidak mengetahui hal ini. Saya akan membuat seolah-olah Saras kabur pada saat sedang menikmati liburan bersama saya." Nyonya Haidar berbicara panjang lebar menjelaskan maksud nya kepada Indarto.
Dan Indarto pun menyanggupi permintaan Nyonya Haidar demi kesembuhan Saras putrinya sekaligus kekasih hatinya.
"Baiklah kalau kamu menyanggupi, saya akan menyiapkan semuanya, kamu tinggal menunggu instruksi dari saya. Sesegera mungkin semua selesai karena saya mau anak saya sembuh, saya yakin dengan cinta kalian, anak saya bisa kembali seperti semula." kata Nyonya Haidar.
"Sekarang kamu pulang, dan bersiap diri karena rencana kita akan segera terlaksana. Orang kepercayaan saya sudah menyiapkan. Saya tunggu kamu di area bermain dekat taman kota jam 11 siang tepat di mana, kondisi taman sangat ramai dan tidak ada CCTV di area tersebut." titah Nyonya Haidar kepada Indarto.
"Baik Bu, kalau begitu saya pamit undur diri dulu Bu. Saya akan menyiapkan semuanya. Saya permisi." Indarto berkata. ituKemudian ia meninggalkan cafe xxx dan kembali ke rumahnya untuk bersiap-siap
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments