"Wah ternyata kalian ada di sini, kucari-cari keliling rumah." tiba-tiba Indarto datang dan langsung duduk di samping Saras, lalu memeluk dan mencium pipinya.
"Hhhuhh... sok romantis padahal gunung es" kata Alya meledek Indarto.
"Sok tau kamu Al, aku kan cowok paling romantis" kata Indarto dengan sombong.
"Jangan percaya Ras, dia itu cowok terdingin, apalagi kalo pas lagi ngajar... Mana ada cewek yang berani dekati dia, semua pada minggir takut jadi es batu... hahahaha" kata Alya sambil tertawa.
"Sudah..sudah... jangan saling ledek ah, udah malam, lihat anak-anak udah pada pulas kasihan di sini dingin." kata Saras melerai perdebatan dua orang kakak beradik yang baru bertemu lagi setelah 5 tahun, karena dilihatnya Indarto sudah siap mau membalas ucapa Alya.
Lalu Indarto mengangkat Rangga untuk dibawa ke kamar, sementara Rani digendong oleh Alya. Setelah Alya dan anak-anaknya beristirahat, Indarto berjalan ke kamarnya untuk menyusul Saras istrinya yang sudah lebih dulu masuk kamar. Ketika sampai kamar didapatinya Saras tengah menjalankan sholat tahajud. Lalu Indarto segera menuju kamar mandi untuk ikut menjalankan sholat tahajud. Setelah kedua selesai mereka pun naik ke tempat tidur. Indarto tidur sambil memeluk Saras. Tangan Indarto bergerak mencari sesuatu di balik baju Saras. Kemudian memainkannya.
"Sayang, boleh ya aku minta jatahku malam ini?" tanya Indarto.
Tanpa aba-aba Indarto segera melucuti pakaiannya dan melakukan apa harusnya dilakukan oleh pasangan suami istri. Setelah melakukan hampir 1 jam barulah kegiatan malam mereka selesai. Lalu Saras bangkit dan berjalan menuju kamar untuk membersihkannya dirinya, diikuti oleh Indarto. Setelah selesai mereka bersih-bersih mereka pun kembali ke tempat tidur untuk beristirahat.
Saras terbangun ketika mendengarkan suara azan subuh dari mesjid, kemudian ia segera membangunkan Indarto untuk mengajak sholat berjamaah. Saras pun menuju kamar tempat Alya dan anak-anaknya beristirahat. Ketika sampai di sana ternyata mereka sudah siap untuk sholat berjamaah seperti yang sudah mereka bahas tadi malam.
"Aduh maaf ya, baru bangun kesiangan tadi." ucap Saras dengan malu.
"Sudah kalian ke mushola dulu ya, aku siap-siap dulu." lanjut Saras.
Lalu Saras kembali ke kamarnya untuk menyiapkan diri untuk sholat berjamaah. Sepuluh menit kemudian mereka berlima sudah siap di mushola untuk sholat berjamaah yang akan di imami oleh Indarto. Selesai sholat mereka kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap sarapan pagi. Saras dan Alya pun segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi, tapi ternyata sudah ada Bapak dan ibu Sardi. Dan ternyata Bu Sardi sudah menyiapkan sarapan berupa nasi liwet khas makanan dari daerah Jawa tengah, di mana nasi liwet yang terbuat dari beras yang dimasak menggunakan santan sehingga rasanya menjadi gurih, dipadu dengan sayur lodeh daun labu dan potongan ayam suwir yang dimasak bumbu opor dan tak lupa kerupuk karak yang terbuat dari nasi yang ditumbuk halus lalu diberi bumbu, kemudian dicetak dan dipotong-potong lalu dijemur, paling enak jika dimakan dengan soto bening. Semua makanan yang tersedia sangat menggugah selera. Mereka semua lalu duduk memutar meja makan.
Sebelum makan mereka berdoa yang kali ini dibawakan oleh Rani dan Rangga. Lalu mereka makan dengan diam dan tenang. Selesai sarapan pagi, Saras dan Alya membantu Bu Sardi membersihkan meja makan. Setelah itu mereka berdua kembali ke ruang tamu untuk bergabung dengan Indarto dan anak-anak.
"Al, kamu jadi mau ziarah ke makam Papa dan Mama kamu? Kalau jadi kita bisa pergi ke sana, dari sini menuju makam mereka memakan waktu 3 jam. Lalu kamu kembali ke kota besok pagi-pagi saja biar aku antar. Gimana?" tanya Indarto kepada Alya.
Alya lalu mengangguk kan kepalanya tanda setuju.
"Baiklah kalau gitu kamu dan anak-anak mu cepatlah bersiap-siap, supaya kita tidak kesiangan. Saras, ayo kamu juga harus bersiap-siap." ajak Indarto kepada Saras istrinya.
Tak sampai sepuluh menit mereka sudah siap di tempat duduk masing-masing, Indarto di depan bersama Pak Sardi, pak Sardi diajak supaya ada yang menggantikan kalau-kalau Indarto kelelahan ataupun sebaliknya. Mereka melakukan perjalanan mulai jam 8 pagi, kondisi jalan pun masih terlihat lengang, maklum ini hari Minggu jadi orang banyak melakukan aktivitas di dalam rumah. Sepanjang perjalanan diisi dengan celoteh Rangga dan Rani, mereka saling berebut mengajukan pertanyaan dan Indarto selalu menjawab dengan sabar.
"Om, desanya kakek enak gak sejuk ga Om" tanya Rani....
"Iihhh.. Rani, itu kan pertanyaan kakak, kenapa Rani yang bertanya." sungut Rangga.
Belum sempat Indarto menjawab mereka sudah mengajukan pertanyaan lagi begitu seterusnya. Dan Indarto hanya tersenyum saja. Ketika di tengah jalan mereka berhenti di sebuah rumah makan yang sederhana.
"Maaf ya, kita hanya bisa makan di tempat yang seperti ini." kata Indarto.
"Ga apa-apa Mas ini juga sudah sangat cukup, lagipula kan kita bawa makan siang juga di mobil, tadi Bu Sardi sudah membuatkan kita rendang untuk makan siang jadi kita cari tempat yang nyaman aja untuk makan siang. Untuk minum kita bisa beli di minimarket sebelahnya." kata Saras.
Akhirnya mereka mencari tempat yang teduh di mana ada saung kecil untuk duduk-duduk. Rani dan Rangga pun langsung duduk di saung dengan tenang, mereka sudah siap untuk makan siang apalagi rendang adalah makanan kesukaan mereka. Dan mereka pun tahu kalau rendang buatan Eyang Utinya pasti enak dan sesuai selera mereka. Setelah mereka semua sudah duduk rapi, Alya dan Saras mulai menyusun makanan di saung agar mereka mudah untuk mengambil makan siangnya.
"Bun..Bun... aku mau rendang daging nya 2 ya Bun... itu kan rendang buatan Eyang Uti pasti enak." kata Rangga,
"Iihh kakak ini serakah, masa 2, ntar yang lainnya gak dapat gimana?" kata Rani.
Mereka berdua pun terus berdebat tanpa ada yang mau mengalah.
"Sudah cukup Rani, Rangga! Duduk diam atau Bunda tidak kasih sama sekali." kata Alya tegas.
"Maafkan kami Bunda, kami hanya terlalu senang karena kami bisa makan rendang buatan Eyang." kata Rani dan Rangga bersamaan.
Alya hanya terdiam, sambil menahan sedih Alya pun mengambil makanan kedua anak nya itu masing-masing nasi dengan 2 potong rendang. Pak Sardi yang melihat itu ikut sedih.
"Sudah, ayo cucu-cucu eyang akung, dimakan nasinya nanti keburu diambil eyang nih." canda pak Sardi kepada cucu-cucunya.
"Sudah jangan sedih Nduk, mereka masih anak-anak. Mereka tidak tahu apa yang menjadi kesulitan mu. Sudah nanti bapak makan pakai tahu dan tempe saja kasih bumbu rendang nya. Biar dagingnya buat mereka saja." kata pak Sardi bijak dan mengalah.
Sementara itu, Saras dan Indarto sedang berbelanja di minimarket yang berada tidak jauh dari tempat mereka duduk. Ketika di mini market Saras terpisah dari Indarto, karena dia ijin untuk ke toilet. Ketika sedang memilih minuman, Saras dihampiri seorang laki-laki.
"Hai Saras, apa kabarmu?" Saras pun menoleh untuk melihat siapa yang menegurnya.
Ketika Saras memutar badannya, betapa kagetnya Saras melihat siapa yang telah menegurnya. Tiba-tiba tubuh Saras menegang dan wajahnya memucat. Saras pun merasa panik, kaki melangkah mundur, minuman yang dipegang jatuh sehingga menimbulkan kegaduhan. Indarto yang baru selesai dari toilet kaget melihat istrinya gemetar ketakutan. Indarto buru-buru menghampiri Saras untuk melihat apa yang terjadi. Indarto melihat sosok Surya orang yang telah menghamili Alya dan tidak mau bertanggung jawab. Indarto lalu menarik kerah baju Surya dan menyeretnya keluar dari mini market. Sementara itu Saras dibantu oleh petugas mini market. Sesampainya di luar mini market, Indarto langsung melayangkan bogem mentah ke wajah ganteng Surya. Indarto melayangkan pukulan tanpa memberi kesempatan Surya untuk melawan.
Rangga melihat Indarto memukuli Surya, ia pun berteriak.
"Bun, lihat itu kan Om Surya, kenapa Om Indarto memukuli nya." Alya pun menoleh. Tampak dilihatnya Indarto terus memukuli Surya. Alya pun berlari ke arah mereka dan berusaha melerai. Alya pun berdiri di depan Surya untuk menghalanginya dari pukulan Indarto.
?"Cukup Mas, sudah cukup, kamu mau buat dia mati, gimana dengan istrimu Saras kalau kamu dipenjara, lalu anak-anak ku tidak punya ayah. Begitu mau mu Mas!" teriak Alya.
"Tapi dia sudah tidak bertanggungjawab atas diri kamu dan anak-anak mu. Dan juga yang menyebabkan kedua orang tua mu meninggal. Ingat itu." balas Indarto tak kalah emosi melihat Alya membela orang yang sudah menyakitinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments