"Assalamualaikum.." ada suara dari depan pintu.
"Waalaikumsallam.." semuanya yang ada di dalam rumah kompak menjawab.
"Sinten nggih" tanya pakde Dharmo kepada tamunya.
"Oalah... Bu e lihat ini siapa yang datang, coba sini Bu..." seru pakde Dharmo.
Setelah mengetahui siapa yang datang. Bude Dharmo segera ke depan menghampiri pakde Dharmo.
"Ealah... kamu Surya toh, putu ne Eyang Hadi. Apa kabar mu Leh, semenjak Eyang sedo kamu jarang ke sini." kata bude Dharmo.
"Maaf kan Surya, bude, pakde, Surya sibuk kebetulan Surya sekarang kerja di kota C jadi ndak terlalu jauh dari sini." kata Surya.
"Eh muka ganteng mu keno opo Leh, kok nganti babak belur koyo ngene to." kata bude Dharmo sambil memegang wajah Surya.
"Ooo ndak apa-apa kok Bude. Tadi ada sedikit insiden di jalan pas dalam perjalanan ke sini." kata Surya.
"Haduh kalau Surya sampai ngadu sama Budhe habis aku." bathin Indarto.
"Orang mana to Leh yang wajah ganteng mu jadi seperti ini?sudah diobatin"
Ucap bude Dharmo lagi sambil menyentuh wajah Surya yang masih penuh dengan luka memar.
"Itu om Indarto yang pukul Oom Surya eyang Uti, Bug ...bug... bug..." kata Rangga sambil menirukan gerakan Indarto. memukuli Surya.
Bude Dharmo pun langsung memelototi Indarto.
"Bukan salah Pak Indarto bude, tapi salah saya, saya telah berbuat kurang ajar sama istrinya, jadi wajar kalau beliau memukuli saya." kata Surya membela Indarto.
"Ya sudah, ayo Sur, masuk dulu. Kebetulan kami mau makan siang, ayo ikut sekalian. Kebetulan Bude masak sayur kesukaan mu, 'jangan lombok' (sayur khas daerah Jawa tengah dan yogya yang dibuat dari bahan tempe yang sudah 2 hari dimasak menggunakan cabai hijau dan diberi santan kelapa, bisa juga ditambahkan kacang panjang dan daun melinjo). Pasti kamu kangen kan sama masakannya Bude."
Ditariknya tangan Surya oleh pakde Dharmo. Alya tersentak kaget ketika melihat Surya masuk ke ruang makan dengan ditarik pakde Dharmo.
"Sejak kapan pakde Dharmo kenal sama Surya" bathin Alya.
Saras pun tak kalah terkejutnya dengan Alya.
"Ayo duduk sini makan bareng kami. Nduk Al, tolong siapkan piring untuk Surya. Kamu sama Indarto pasti lupa ya, kalau Surya ini cucu nya eyang hadi yang tinggal di sebelah rumah ini." kata pakde Dharmo.
Surya tersenyum ke arah Alya, namun Alya membuang muka. Hal itu tak luput dari penglihatan pakde Dharmo.
"Ada apa ya, kok Alya segitu gak suka nya sama Surya padahal mereka baru bertemu." bathin pakde Dharmo.
Suasana ruang makan terasa sangat hening tidak ada satupun celoteh dari masing-masing orang yang ada, termasuk suara si kembar yang biasanya selalu ribut di meja makan. Yang terdengar hanya suara dentingan suara sendok dan garpu. Tak berapa lama kegiatan makan bersama selesai, mereka kembali menuju ruang tamu untuk melanjutkan obrolan mereka.
"Orang tua mu apa kabarnya Sur?" tanya pakde Dharmo.
"Baik pakde. Pakde ada yang mau saya sampaikan pakde." kata Surya.
"Penting po?" tanya pakde Dharmo.
Surya pun mengangguk kan kepalanya.
"Bu, tolong panggilan Tiwuk biar membawa anak-anak main ke taman bermain." kata pakde Dharmo ke pada Bude.
Tak lama kemudian bude datang bersama Tiwuk.
"Wuk, tolong ajak anak-anak main di taman bermain desa yo, tapi hati-hati jangan sampai ciloko." kata pakde Dharmo.
"Injih Pakde, ayo dek kita pergi main." ajak Tiwuk kepada Rani dan Rangga.
Kedua anak itu sangat antusias ketika mendengar akan diajak main di taman bermain. Setelah kepergian mereka bertiga. Surya pun mulai berbicara.
"Begini pakde, saya bermaksud melamar Alya Larasati untuk menjadi istri saya. Saya adalah ayah biologis dari Rani dan Rangga. Sayalah yang telah menghamili Alya sampai dia hamil anak kembar kami."
"Apa kamu bilang Sur, kamu yang telah menghamili Alya!" teriak bude Dharmo.
Tanpa disangka bude Dharmo menghampiri Surya dan menampar pipinya Surya yang penuh luka lebam tadi. Hal itu membuat darah segar kembali mengalir. Surya hanya menunduk pasrah menerima tamparan bude Dharmo. Karena Surya sadar dia sudah sangat bersalah. Pakde Dharmo hanya diam tidak berkata apa-apa, memang pakde Dharmo sangat kecewa karena perbuatan Surya mengakibatkan kematian adik nya Danu dan juga istrinya.
Dengan bijak pakde Dharmo bertanya kepada Surya.
"Kamu yakin, mau menikah dengan Alya? Bagaimana dengan kedua orang tua mu? Apa mereka menyetujui rencanamu menikahi Alya. Saya tahu persis sifat ayah ibu mu Surya. Saya tau mereka pasti tidak setuju kamu menikahi Alya karena kami bukan dari golongan orang berada." kata pakde Dharmo.
"Saya yang akan menghadapi kedua orang tua saya. Saya sangat mencintai Alya Pakde, apalagi sekarang saya sudah mempunyai anak. Saya akan selalu melindungi keluarga saya Pakde. Ijinkan saya bertanggung jawab dengan menikahi Alya pakde." kata Surya.
Pakde Dharmo pun terdiam sejenak dan berpikir, lalu ia menoleh ke arah Alya.
"Piye Nduk, apa rencana mu." tanya pakde Dharmo kepada Alya.
Alyapun hanya terdiam tidak berkata apa-apa.
"Maaf Pakde, ijinkan Indarto berbicara dengan Alya." ijin Indarto.
"Yuk Al, mas mau bicara sebentar." mereka bertiga menuju kamar tidur.
Lalu Indarto bertanya kepada Alya.
"Gimana Al, apa rencana mu dengan lamaran Surya ini? Aku melihat ada ketulusan di matanya, karena tadi sebelum Surya datang kami sempat berbicara selepas kami dari makam. Dia sempat memohon agar aku mengijinkan dia untuk menikahi mu. Aku cuma bilang itu adalah hak Alya untuk memutuskan bukan aku. Sekarang terserah kamu, hak kamu untuk menentukan. Tapi kamu harus ingat anak-anak mu juga punya hak untuk mengetahui siapa ayah mereka. Kamu gak boleh egois. Lagipula apa kamu sanggup membiayai kedua anakmu itu tanpa kehadiran seorang suami." kata Indarto kepada Alya.
"Bener kata mas Indarto, Al. Kamu mencoba ikhlas untuk menerima Surya. Aku juga mencoba untuk ikhlas memaafkan kesalahannya. Aku yakin dia yang terbaik buat kamu dan anak-anak mu. Coba kamu tanyakan ke lubuk hatimu yang terdalam, apakah masih ada cinta yang tulus untuk nya." kata Saras menimpali ucapan Indarto.
Alya pun terdiam mencoba untuk mencerna apa yang dikatakan Indarto dan Saras.
"Yuk kita keluar, ungkapkan apa yang ada di hati mu Al."
Kata Indarto sambil memeluk Alya adik sepupu nya itu. Setelah itu mereka bertiga berjalan beriringan menuju ruang tamu di mana pakde dan bude Dharmo bersama Surya berada.
"Sini Nduk duduk dekat Bude." ajak bude Dharmo.
Alyapun duduk di samping bude Dharmo.
"Gimana Al, apa keputusanmu atas lamaran Surya tadi.?" tanya pakde Dharmo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments