Bab V

    Setelah makan malam siap, kemudian Tante Imel segera memanggil Oom Adit, Dimas dan Wulan untuk segera makan.

Selama makan malam berlangsung hening sehingga tidak terdengar suara percakapan. Oom Adit dan Dimas sudah menyelesaikan makan malamnya dan segera menuju ruang keluarga. Setelah semua selesai makan, Lia dan Wulan membereskan meja makan sementara Tante Imel menyiapkan hidangan penutup untuk dibawa ke ruang keluarga sebagai teman ngobrol.

"Mari sini Tante, biar Lia yang bawa ke depan." kata Lia ketika melihat Tante Imel membawa nampan.

"Terima kasih ya sayang." kata Tante Imel.

    Setelah meletakkan nampan di atas meja Lia kemudian ikut bergabung bersama.

"Lia, apa rencanamu sekarang?" tanya Oom Adit kepada Lia.

"Lia mau cari kontrakan dulu Oom, aku gak mau ngerepotin keluarga Oom Adit. Setelah itu baru Lia cari keluarga almarhumah Ibu." Jelas Lia.

"Boleh Oom tau alamat keluarga ibumu." tanya Oom Adit.

"Sebentar Oom." kata Lia.

Kemudian Lia mengeluarkan secarik kertas dari dompetnya.

"Ini Oom alamatnya." kata Lia sambil menyerahkan secarik kertas yang berisikan alamat.

Oom Adit mengmbil kertas tersebut kemudian membaca alamat yang tertera di kertas tersebut. Oom Adit terlihat terkejut begitu membaca tulisan itu.

"Hmmm.... apa mungkin Lia anak dari Saras putri satu-satunya Tuan Haidar ya? kalau dilihat ada kemiripan wajah antara Lia dan Saras." Oom Adit membathin dan berpikir keras.

Kalau memang Lia anak dari Saras, berarti penantian tuan Haidar tidaklah sia-sia dan pencarianku selama ini selesai.

Lia kebingungan melihat raut wajah Oom Adit yang terlihat tegang.

"Maaf Oom, apakah Oom tau alamat atau Oom mengenal orang yang tinggal di alamat itu?" tanya Lia hati-hati takut Oom Adit tersinggung.

Oom Adit tampak terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Lia.

"Ayah, kenapa diam, Lia sedang bertanya loh Yah" Tante Imel bertanya sambil mengelus tangan Oom Adit.

"Tidak Bun.... ayah hanya berpikir apa ini benar?" kata Oom Adit.

"Apanya yang benar?" tanya Tante Imel lagi.

Bukannya Oom Adit tidak menjawab pertanyaan Tante Imel tapi malah menatap Lia

"Lia, boleh tolong ceritakan siapa kedua orang tua kamu, Oom ingin tahu." kata Oom Adit.

"Iya Oom. Ayahku bernama Indarto, dan ibuku bernama Saraswati. Ayahku hanya seorang guru dan ibuku hanya seorang penjual kue. Walaupun kami hidup serba kekurangan tapi kami selalu hidup rukun dan saling mengasihi satu sama lain. Ayah yang selalu semangat dalam bekerja walaupun dengan gaji yang kecil, namun beliau tidak pernah mengeluh semua dijalankan dengan penuh sukacita. Dan ibu juga tidak pernah mengeluh dengan keadaan ini. Kami selalu hidup bahagia tanpa kekurangan. Sampai tragedi kecelakaan terjadi dan merenggut nyawa ayah dan ibuku Oom." jelas Lia sambil menangis. Wulan langsung memeluk sahabatnya seakan ikut merasakan kesedihan Lia.

POV Oom Adit.

    Adit dan Saras bersahabat ditambah lagi Adit adalah sepupu Saras walaupun Saras tidak mengetahui demikian juga dengan Adit, sejak mereka sekolah di bangku SMP, dan saat ini mereka bersekolah di salah satu SMA Unggulan. Sepulang sekolah Adit berlari mengejar Saras.

"Saras, tunggu dong. Cepet amat jalannya. Mau kemana sih" teriak Adit sambil mengejar Saras.

"Aku ada janji dengan Indarto, kamu ikut ya. please..." kata Saras.

"Gak ah, ntar jadi nyamuk aku, dicuekin lagi." kata Adit sambil cemberut.

"Gak akan deh, aku janji, aku takut ketahuan ayah kalau janjian sama Indarto. Kalau ada kamu kan aku punya alasan kalau aku jalannya sama kamu." Saras memberikan senyuman termanis nya.

Adit pun luluh dan mau menemani Saras bertemu dengan sang pujaan.

Kemudian Saras dan Adit naik mobil menuju ke salah satu mall terbesar. Sesampainya di mall, Saras segera menarik tangan Adit untuk bergegas ke tempat Indarto menunggu. Indarto adalah seorang guru honorer yang berparas tampan. Indarto bertemu dengan Saras di sebuah acara ulang tahun sahabat Saras dan Indarto adalah kakak sepupu dari sahabatnya. Rupanya cinta Indarto tidak bertepuk sebelah tangan, Saraspun membalas cinta Indarto setelah mereka bertemu beberapa kali. Perbedaan tingkat sosial Saras dan Indarto sangatlah jauh. Indarto hanyalah seorang guru honorer anak seorang petani dan hidupnya hanya pas-pasan. Sementara Saras adalah putri tunggal dari seorang pengusaha terkaya di kota yang memiliki berbagai macam usaha. Namun perbedaan tersebut tidak menghalangi kisah cinta mereka berdua. Sifat Indarto yang dewasa dan sangat sabar, sementara sifat Saras yang manja membuat hubungan mereka penuh warna. Namun sayang hubungan mereka ditentang oleh Tuan Haidar ayah dari Saras.

Tuan Haidar tidak menginginkan calon Saras dari golongan rakyat biasa. Ia menginginkan laki-laki yang sederajat. Tuan Haidar selalu menjaga Saras dengan menyuruh orang untuk memata-matai setiap kegiatan Saras. Dan Saraspun mengetahui nya, oleh sebab itu Saras selalu mengajak Adit setiap kali bertemu Indarto.

"Saras..." Saras pun mencari asal suara yang memanggilnya.

"Mas In... Saras kangen." kata Saras sambil berlari menghampiri Indarto kemudian memeluknya seakan tidak ingin melepaskannya.

"Hai sayang, permata hatiku. Mas juga kangen." sahut Indarto.

"He em.. dicuekin nih gw. Nasib.. nasib." cetus Adit.

Hehehehe Indarto dan Saras kompak mentertawakan Adit. Lalu mereka bertiga menuju salah satu cafe yang ada di mall itu.

"Sayang, mau pesan apa?" tanya Indarto kepada Lia.

"Biasa aja mas, ayam rica-rica sama minumnya es cappucino." sahut Lia.

"Dan kau Dit, mau apa?" tanya Indarto lagi kepada Adit.

"Samain aja mas." sahut Adit.

Kemudian Indarto memanggil pelayan untuk menyampaikan pesanan mereka.

"Mba, kami pesan nasi ayam rica-rica tiga ya sama minumnya es cappucino tiga ya."

"Baik Pak, ditunggu pesanannya ya." Kemudian pelayan tersebut meninggalkan mereka untuk menyiapkan pesanan.

"Mas In, Minggu ini aku kelulusan loh, doain ya biar Saras lulus." kata Saras sambil memeluk lengan Indarto.

"Hmm... pasti kamu lulus dengan nilai terbaik sayang, kamu kan murid terpintar." jawab Indarto sambil mengelus rambut kekasihnya Saras. setelah selesai makan Indarto dan Saras berpisah.

Mereka kembali ke rumah masing-masing dan Saras ditemani sama Adit.

Sesampainya di rumah Saras, tampak Tuan Haidar menunggu kepulangan Saras dengan wajah menahan marah.

"Darimana saja kamu Saras!" teriak Haidar yang menghentikan langkah Saras masuk ke dalam rumah.

Adit yang berada di dekat Saras sampai terlonjak karena terkejut.

"Aku habis dari toko buku di mall sama Adit, Pa.." sahut Saras yang sedang berusaha menenangkan hatinya karena takut melihat kemarahan Papanya.

"Sudah belajar menjadi pembohong kamu. Setelah bergaul pemuda miskin itu, kamu mulai melawan setiap perkataan Papa. Dia tidak sepadan dengan kita, dia hanya rakyat jelata, manusia dengan kasta terendah, tidak pantas berada di samping keluarga kita!" kata Tuan Haidar sambil marah-marah. Adit yang melihat pertengkaran ayah dan anak itu hanya tertunduk. "Dan kamu, Adit! kenapa kamu malah mendukung Saras. Saya sudah berkali-kali bilang sama kamu untuk menjauhkan Saras dengan laki-laki itu. Kenap kamu malah mendukung nya. Saya kecewa sama kamu Adit." luap Tuan Haidar. "Maafkan Adit Oom, yang tidak bisa menjalankan amanat Oom." jawab Adit sambil tertunduk.

    "Masuk kamu Saras, dan kamu tidak boleh keluar rumah tanpa pengawalan dari orang-orang suruhan Papa. Kalau sampai kamu melawan kamu tahu apa yang akan Papa lakukan pada laki-laki miskin itu! Dan kamu Adit tugas mu menjaga Saras sudah selesai dan jangan pernah dekat-dekat dengan Saras. Mengerti kamu!" kata Tuan Haidar. "Iya Oom, Adit mengerti." jawab Adit. "Pulanglah sudah sore." lanjut Tuan Haidar lagi. "Adit permisi Oom." pamit Adit. "Ya." sahut Tuan Haidar sambil berjalan masuk ke dalam.

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

semangat tor

2022-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!