Bab VII

    Hari pertunangan Surya dan Saras pun tiba, semua persiapan di kediaman Tuan Haidar pun terlihat begitu ramai, hiasan pun tampak memenuhi semua ruangan, dekorasi pun terlihat sangat cantik. Namun tidak dengan gadis cantik di sudut kamar, ia tampak sedih dan tidak bersemangat.

Padahal ini adalah hari pertunangan nya. Saras sangat tidak menginginkan pertunangan ini. Saras sangat mencintai Indarto pria yang selama ini sudah mengisi hatinya yang selalu memberikan kebahagiaan. Namun Saras harus rela ditunangkan dengan pria yang tidak dia sukai. Saras ingin sekali memberontak namun ia tidak sanggup menghadapi keegoisan tuan Haidar.

    Tepat jam 10 pagi, rombongan keluarga Tuan Arifin tiba di kediaman Tuan Haidar. Rombongan pun tiba dengan membawa berbagai hadiah untuk menantu mereka. Setelah seluruh keluarga dari tuan Arifin duduk, kemudian MC memulai acara pertunangan Surya dan Saras. Saras pun dipanggil untuk masuk ke ruangan di mana keluarga Surya duduk. Dengan didampingi sang Mama, Saras pun masuk dan duduk di samping papanya. Surya yang melihat kecantikan Saras yang luar biasa sampai terpana. Sampai-sampai Tuan Arifin menyenggolnya.

"Hush... jangan bikin malu. Sampai segitunya memandang Saras." bisik Tuan Arifin kepada putranya.

Surya pun tersenyum malu.

"Baiklah, karena mba Saras sudah berada di samping Papa dan Mamanya maka acara pertunangan nya akan segera dimulai. Untuk mba Saras dan Mas Surya coba maju ke depa. sini, biar semua yang hadir bisa melihat nya. Papa dan Mama mba Saras juga Papa dan Mama Mas Surya silahkan maju untuk mendampingi. Dan untuk para Mama coba cincinnya diperlihatkan kepada semua yang hadir di sini.Dengan mengucapkan Bismillah, silahkan mama-mama menyematkan cincin. Untuk Mamanya mas Surya silahkan menyematkan cincin ke jari manis Mba Saras. Dan mamanya mba Saras silahkan menyematkan cincin ke jari manis Mas Surya." kata sang MC.

Kemudian kedua Mama saling menyematkan cincin ke jari manis putra dan putri nya.

    "Dengan melingkarnya cincin di masing-masing jari manis, maka pertunangan Mba Saras dan Mas Surya sudah selesai. Semoga segera dihalalkan ya Mas Surya. Mari kita berikan tepuk tangan yang meriah bagi mba Saras dan Mas Surya." ucap sang MC lagi.

Setelah pertunangan selesai, para tamu pun dijamu dengan hidangan yang super lezat. Surya tampak mendatangi Saras yang sedang asyik melamun di taman.

"Hey..." tegur Surya sambil duduk dan merangkul Saras.

"Hey, jangan kurang ajar kamu. Pegang-pegang saya, belum muhrim kamu." tolak Saras dengan ketus.

"Jangan jual mahal kamu. Bentar lagi kan kita menikah, jadi wajarlah kalau aku bersikap seperti ini." jawab Surya sambil senyum sinis.

Saras pun segera meninggalkan Surya dan masuk ke dalam kamar, dan tidak keluar lagi sampai acara selesai dengan alasan lelah. Surya yang penasaran dengan Saras berusaha mencari cara untuk bisa mendekati Saras.

    Tuuutt...tuutttt.... Terdengar suara gawai Saras. Ketika tampak terlihat nama penelepon Saras pun segera mengangkatnya.

"Hallo... Sayang apa kabar?" sebelum Saras menjawab terdengar suara dari seberang sana.

"Mas... maafkan Saras, Saras tidak bisa melawan kehendak Papa. Hari ini Saras sudah diitunangkan sama anak dari koleganya. Saras gak mau Mas, apalagi harus sampai menikah dengan orang itu. Saras lebih baik mati Mas. Hiks..hiks.." ucap Saras sambil menangis.

"Sabar sayang, mas akan cari cara supaya pernikahanmu dengan orang itu batal." kata Indarto sambil menenangkan Saras.

Setelah mendengar penuturan kekasihnya Saras tampak terlihat tenang. "Istirahatlah ikutilah dulu apa yang Papamu mau, aku akan memikirkan caranya. Bye sweety, tidur ya.. mimpi yang indah ya mmmuaacchh." kata Indarto.

    Sementara di sebuah apartemen di bilangan Jakarta, tampak sepasang kekasih sedang memadu cinta.

"Mmhh... kau semakin menggairahkan Widya. Aku sampai kewalahan melayanimu." kata Surya sementara tangan dan mulutnya terus membelai tubuh sang kekasih. Widyapun sampai terengah-engah melayani kebuasan Surya

Setelah lelah merekapun berhenti. Dan Surya segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara Widya masih tergeletak di tempat tidur dengan tubuh polos tanpa sehelai benangpun.

"Sayang.... kapan kamu menikahiku." rayu Widya.

"Sebentar sayang, aku dan Papa sedang berusaha mendapatkan mantu anak orang kaya. Nanti setelah aku mendapatkannya dan menguras hartanya kita menikah dan hidup di luar negeri... Sabar ya..." Kata Surya sambil ******* bibir kekasihnya.

Widyapun mendesah.....

"Kamu menginginkan lagi mmmhh.." bisik Surya ditelinga Widya.

Tak berapa lama pergumulan panaspun terjadi lagi. Setelah puas bercinta merekapun terlelap di tempat tidur karena kelelahan.

    Ketika fajar mulai menyingsing, Saraspun terbangun, Saras memang sengaja bangun siang karena ia sedang datang bulan sehingga tidak menjalankan kewajibannya untuk sholat.

"Non... non Saras. Ada tamu Non di bawah." seru bi Asih dari balik pintu kamar Saras.

"Iya bi... siapa tamunya?" tanya Saras.

"Hmm itu Non, tuan Surya." jawab bi Asih.

"Mau apa dia kemari Bi?" tanya Saras lagi.

"Tidak tau bibi Non" jawab bi Asih.

"Papa dan Mama ke mana Bi?" kata Saras.

" Tuan dan nyonya ada di bawah Non sedang menemani Tuan Surya " kata Bi Asih.

"Ya sudah Bi, katakan ke mereka, saya akan segera turun." kata Saras pasrah.

"Iya Non, kalau gitu Bibi permisi dulu Non." pamit bi Asih.

    Setelah membersihkan diri, Saraspun segera turun ke bawa menemui Surya.

"Hai sayang, ini nak Surya mau mengajakmu jalan-jalan. Gitu kan nak Surya?" kata Mama Saras.

"Iya Tante." sahut Surya.

"Aduh jangan panggil Tante dong Surya. Panggil kami dengan Papa dan Mama. Toh sebentar lagi kamu menjadi bagian dari keluarga kami." cetus Tuan Haidar.

"Iya Oom eh Pa..." jawab Surya.

"Ya sudah Saras pergilah dengan Surya, cobalah mendekatkan dirimu dengan Surya, dia lebih baik dari laki-laki itu. Papa berharap kamu jangan bikin malu." kata Tuan Haidar sambil berbisik di telinga Saras.

    Dengan berat hati Saras akhirnya mengikuti kehendak Tuan Haidar untuk pergi dengan Surya. Sementara Surya terlihat senang sekali karena berhasil mengajak tunangannya pergi berdua. Surya tampak tersenyum licik seperti mempunyai niat yang jahat pada Saras.

    Mereka pergi ke sebuah cafe yang terlihat cukup ramai. Kemudian mereka memilih tempat yang agak di sudut yang tidak terlalu ramai.

"Kamu mau pesan apa Saras." tanya Surya.

"Juice mangga saja tanpa gula." sahut Saras dengan malas.

"Pelayan... tolong buatkan kami 1 juice mangga non sugar dan 1 coffelatte." kata Surya kepada pelayan cafe.

"Baik Tuan, mohon ditunggu pesanannya." jawab pelayan cafe.

Kemudian sang pelayan bergegas ke pantry untuk menyiapkan pesanan mereka.

"Maaf Tuan, Nona ini pesanannya, selamat menikmati." kata pelayan. "Terima kasih." sahut Surya.

"Ayo diminum." kata Surya.

Tanpa menjawab Saras pun meminum juice mangganya. Surya juga meminum coffelatte nya sambil tersenyum licik ke arah Saras.

"Akhirnya hari ini tiba saatnya bagiku untuk menikmati tubuhmu." bathin Surya sambil melihat ke arah Saras.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!