“Hei ! Apa kau sudah tidak waras ?”, teriak Abi.
“Bukankah kamu meminta ku mencium orang paling saya suka ?”
“Ya”
“Saya tidak salah, disini saya paling menyukai saudara ipar ku, kamu”
“Tapi bukankah kamu akan mencium Safhira, semuanya dari tadi melihat kamu terus memandangnya”
“Tidak, saya hanya memperhatikan jarak tempat duduk kalian jika saya menyelipkan tubuh di antara kamu dan Safhira pas atau tidak”, jawab Tyo dengan muka polos.
Donita baru saja kembali dari dapur membawah dua botol susu, melewati tempat mereka
“Sayang...”, panggil Abi berjalan sambil mendekati posisi Donita berdiri. Abi masih mengelap pipinya hingga merah karena dicium Tyo.
“Kamu kenapa ?”
“Sayang, kamu harus bawah adik sepupu mu ke dokter psikologis. Saya yakin orentasi seksualnya sudah brubah. Atau segera carikan dia istri kalau tidak dia akan merebut ku dari mu”.
“Hahaha kamu bicara omong kosong apa”.
“Lihat pipi ku dia baru saja mencium ku”, Abi sambil menepuk-nepuk pipinya.
Tyo mendekati mereka, “Saudari apakah kamu mau berbagi suami dengan ku ? Akan lebih baik berbagi dengan ku dibandingkan dengan wanita lain”, ucapnya.
“Eh, sepertinya yang kamu katakan ada benarnya, saya setujuh”.
“Saya tidak”, Abi mengelengkan kepalanya.
“Sini aku akan mencium pipi mu yang satunya”.
“Kamu berani mendekat, kita akan bertarung, tidak masalah kalau kamu sepupu istri ku”.
“Sudah Tyo, berhentilah mengerjainya”, ucap Donita.
“Hei kalian berdua masih ingin bermain tidak ? Abi kembalilah masih ada satu orang yang kalah disini”, panggil Richard.
Abi baru mengingat jika Rendi juga kalah pada ronde ini, dia tidak akan melepaskan kesempatan untuk membongkar kejelekan sesorang melalui mulutnya. Tyo dan Abi kembali ketempat duduk masing-masing.
“Rendi, truth or dare ?”
“Truth”, dia tidak ingin diminta melakukan yang aneh-aneh oleh Abi.
“Sebutkan 3 keburukan Gordan saat dia dalam mode tidak bekerja”.
Rendi menoleh ke arah Gordan sambil mengingta hal-hal yang tidak apa untuk disebutkan. Namun, jika dia menyebutkan akan membuat Bosnya tidak terlihat keren lagi.
“Bolehkah saya berpindah untuk melakukan tantangan saja ?”
“Tidak”, jawab Abi.
Rendi menatap sebotol Anggur atau 5 botol air mineral, “Bos, kamu harus memberi saya penghargaan setelah ini”, batinnya.
Rendi mengambil sebotol anggur, karena 5 botol air mineral dia tidak akan sanggup ditampung perutnya.
“Paling parah akan berada dirumah sakit karena Gastroen”, ucapnya. Jika dia menjawab pertanya Abi maka Gordan akan mengirimnya kekutub dan dicabik-cabik beruang salju.
Rendi berlahan meminum anggur dari botolnya, hingga botol itu habis. Dia meletakan botol diatas meja, mengelup sudut-sudut bibirnya. Namun kepalanya sudah terasa berat, dan penglihatanya menjadi semu.
“Hei apakah kamu masih kuat bermain ?”, tanya Gordan.
“Sebentar Bos”, dia menunjuk kearah Gordan.
“Bos kenapa telunjuk saya dan bos menjadi dua, tidak sekarang menjadi tiga”, ucapnya.
Rendi melihat orang-orang disekelilingnya, semuanya menjadi berputar membuat perutnya mual.
“Ueek... Ueek”, Rendi muntah dimeja itu lalu pingsan.
“Fu**, apa-apaan ini”, upat Abi.
"Bawahan yang sangat setia", puji Richard.
“Sepertinya permainan cukup sampai disini saja”, ucap Anthony.
“Ya, melihat yang dimeja membuat saya tidak mood lagi”, ucapa Tiara.
Gordan menelpon seseorang, “Masuk”.
Dua orang pengawal Gordan datang ke Aparten dengan cepat.
“Bawah Rendi kemobil”, perintah Gordan.
“Bukankah disini ada dokter, lebih baik menginap disini saja. Biarkan Richar dan Tyo memeriksanya”, ucap Tiara.
“Kalian bisa tidur di Apartemen depan, disana juga ada 3 kamar”, ucap Richard.
“Apa itu milik mu juga”, tanya Tiara.
“Bukan, tapi Safhira”, jawab Richard.
“Apakah boleh ?”, tanya Tiara.
“Ya, saya akan meminta seseorang menyiapkannya”.
“Baringkan dulu, dia di sofa”, kata Tyo.
Safhira, menelpon karyawan untuk menyiapkan apartemen itu. Kurang dari setengah jam tempat sudah selesai.
“Kamar sudah siap, sandinya 905612”, ucap Safhira.
“Anthony saya akan tinggal diapartemen, bagaimana dengan kamu ?”
“Ya, saya juga akan menginap”.
“Richard, Tiara kami akan kembali, karena besok pagi saya masih harus bekerja”.
“Ya, terimakasih sudah bertamu kerumah kami”, ucap Tiara.
Anthony dan Safhira pergi lebih dahulu, sedangkan yang lain masih tinggal.
“Berapa banyak Apartemen yang dia miliki di sini ? kenapa saya tidak mimunjam satu untuk saya dan donita. Saya kemarin sudah mengecek tapi penuh”, ucap Abi.
“Keluarganya pemilik tempat ini”, ucap Gordan.
“Dilantai berapa apartemen Safhira tinggal ? sebelum dia bekerja besok saya harus mengucapkan terima kasih”, tanya Gordan pada Richad.
“Lantai 40, kamar 144”.
..
...
......
Hari sudah pagi, sudah menunjukan pukul 6. Gordan sudah berada didepan apartemen Safhira.
“Ceklek”, pintu terbuka.
Yang membuka adalah Anthony yang masih memegang celemek, “Mr. Gordan, ada apa ?”
“Mereka tinggal ditempat yang saa, apakah hubungan mereka sudah sejauh ini”, batin Gordan.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Safhira, sudah meminjamkan Apartemennya”.
“Silahkan masuk”.
Gordan masuk, namun tidak ada Safhira terlihat dengan matanya.
“Safhira masih dikamar, sebentar lagi dia akan keluar. Apa anda ingin minum espresso ?”
“Ya”.
“Saya sedang menyiapkan sarapan, ayo bergabung dimeja makan saja”, Ajak Antony. Gordan tidak menolak.
Safhira keluar dari kamar dia mengenakan pant suit grey dengan tentop v putih, dia sudah rapi dan siap untuk pergi bekerja. Dia masih berdiri didepan pintu memegang tasnya, seperti mencari sesuatu didalam tas itu sehingga tidak memperhatikan sekelilingnya.
“Tidakah ini terlalu pagi ?”, tanya Anthon dari dapur.
“Tidak, ada sesuatu yang harus saya selesaikan pagi ini, semakin cepat saya bekerja saya bisa pulang tepat waktu. Saya tidak pulang semalam, jika saya pulang terlambat putri ku akan sedih”, ucapnya. Dia belum menyadari kehadiran orang lain disana.
“Kunci mobil saya masih dikamar”, Safira kembali masuk kekamar.
Saat dia keluar lagi, dia menatap kearah meja makan dan sedikit bingung, “Sejak kapan orang ini disini ?”.
Namun tetap berjalan kemeja makan menghampiri orang itu, “Maaf jika saya mengganggu waktu pagi kalian, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih”.
“Itu hanya hal kecil, anda tidak perlu sungkan”, kata Safhira.
Antony kembali kemeja makan membawah Pizza, yang baru saja masak, “Ayo kita makan”.
Gorda dan Antony duduk bersebelahan, sedangkan Safhira duduk tepat dihadapan Anthony. Safhira makan dengan cepat karena dia merasa ruang ini menjadi begitu sempit, sudah lama dia tidak makan satu meja dengan pria itu. Hal ini membuatnya tidak nyaman.
Safhira hanya memakan satu gigitan dan meminum seteguk espresso, “Saya akan pergi lebih dahulu, sapai jumpa”. Dia beranjak dan pergi.
“Hei tunggu sebentar “, panggil Antony.
“Ada apa ?”, tanya safhira.
Anthony mengambil kotak makan siang, ‘’Bawah ini, saya yakin kamu siang ini tidak akan keluar dari ruangan untuk bekerja”.
"Terimakasih, kamu memang selalu tahu apa yang saya butuhkan”, ucap safhira kepada Anthony.
“Pergilah, dan hati-hati mengemudi”.
“Ya, bye”, jawab Safhira.
Gordan memperhatikan intraksi kedua orang itu,dan berkata dalam hatinya, “Anthony benar-benar pria yang sangat perhatian tentu Safhira menyukainya”.
..
....
.......
Maaf jika ada kesalahan penulisan kata dan kalimat.
Dan Jangan lupa tinggalkn jejak ya My Readers. Favorit, like, dan komentar.
....
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 486 Episodes
Comments
Mulidina Nurmasito
antara dr. tyo dan anthony
2021-01-06
0
Yessy Irawati
kelanjutan ceritanya aq tunggu
2020-05-18
1
απg£l√
Yeayyy aku bru bca soalnya 😂krna kmrin" aku tunggu tpi nggak up jdi lupa deh liatnya 🤣bru tdi aku liat trnyata udh up 🤣senang aku tuh 😂
Rajin" up nya ya thor 😍😉
Semangat ok 😚
2020-05-17
6