Ilusi Boneka Pertama

"Argh! Tidak! Ini bukan salahku!" Pikir boneka pertama menderita di dalam batin.

Perabotan rumah dipecahkan oleh kebiasaan buruknya, yaitu menghancurkan benda di sekitarnya tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Dirinya sungguh sadar akan perbuatannya, sayangnya ia sudah tidak bisa lagi menahan amarah.

"Ibu, aku tau aku benar. Meskipun ibu telah berpulang, ibu tetap akan ada untukku. Senyuman pak tua ini harus kita hancurkan!" Pikir boneka pertama terdiam setelah melampiaskan amarahnya secara kasar.

Foto lama keluarganya ia simpan ke dalam jas biru tua.

Kekecewaan terlihat jelas hanya melalui tatapan mata.

"DING!"

"Syarat kelulusan pelatihan pertama 'Vovil Roveye' adalah anda harus menyelamatkan nyawa ayah dari boneka pertama. Perlu diingat! Tindakan anda menyelesaikan masalah akan sangat menentukan tingkat keberhasilan." Ucap sistem kristal memberikan kesempatan pada Jeici untuk berpikir dan bertindak cepat, tepat, serta akurat.

"Menyelamatkan nyawa? Apa maksudmu aku membiarkan sang Ayah mati, maka pelatihanku ini dianggap gagal?" Tanya Jeici masih memperhatikan apa yang dilakukan boneka pertama.

"Tepat sekali! Sayangnya anda hanya memiliki sedikit waktu untuk mengambil keputusan." Ucap sistem kristal memperlihatkan nyawa sang Ayah mulai terancam.

"Sialan! Walaupun menyelamatkan nyawa seseorang bertentangan dengan diriku, cukup kali ini saja sepertinya bisa kuambil manfaatnya." Pikir Jeici menghadang boneka pertama dan melindungi sang Ayah di belakangnya.

"Pengganggu ini...! Kau juga menghalangi jalanku?!" Ucap boneka pertama naik pitam karena melihat sosok tidak dikenal mencampuri urusan mereka berdua.

Ia menyembunyikan tongkat pemukul dibalik jaketnya, berlari dengan tergesa-gesa, dan kemarahan yang meluap telah dicurahkan.

Jeici yang mengetahui ke arah mana masalah ini akan terus berlanjut jika tidak menyelesaikannya secepat mungkin, langsung menendang kedua betis boneka pertama.

"Sifatnya padahal sudah bagus jika bisa mengendalikan seluruh situasi kacau di sekitarnya! Sungguh disayangkan dia benar-benar impulsif. Lihatlah tingkat kesadarannya yang melemah ini!" Pikir Jeici menarik paksa rambut boneka pertama dengan tatapan dingin.

Air mata berlinang deras, tatapan mata yang tidak percaya, dan kegugupan sangat terasa di tubuh boneka pertama.

Ia tidak mengetahui apa yang seharusnya dilakukan untuk membalaskan segala penderitaannya selama ini.

"Sudahi kehampaan di dalam dirimu! Aku akan mempersilahkanmu menghabisi orang itu. Bukankah balas dendam yang kau inginkan saat ini?" Bisik Jeici tersenyum senang menantikan sistem kristal memarahi perbuatannya.

"Apa yang ingin anda lakukan?! Tugas Anda adalah harus menyelamatkan sang Ayah, bukan membantu bocah ini membunuhnya!" Ucap sistem kristal terkejut mendapati kecerobohan Jeici.

"Kau berisik sekali. Tentu saja aku tau, maka dari itu kau tunggu saja kabar kemenanganku!" Ucap Jeici menyembunyikan seringaiannya.

"Kurasa anda memiliki cara lain? Jika gagal, itu adalah pilihan yang telah anda pilih!" Ucap sistem kristal memperingatinya sekali lagi sebelum menyaksikan dari kejauhan.

Boneka pertama berhasil tergerak hati dan pikirannya hanya dengan tindakan kecil dari Jeici.

Tidak ada seorangpun yang menyadari siasat gelapnya.

"HAHAHAHA! Sekarang sudah tidak ada lagi penghalang di sekitarku! Halo, pak tua! Haruskah aku memanggilmu 'Ayah'? Hm?" Tanya boneka pertama mendekati wajah sang Ayah agar mereka bisa bertatap untuk terakhir kali.

"Kau bertele-tele, nak! Jika kau ingin bunuh pak tua yang tidak berguna ini, maka cobalah!" Ucap sang Ayah mencoba hadapi anaknya sendiri.

"Baik! Karena pak tua ini yang meminta, tentu saja aku akan mengabulkannya, tetapi semua itu bergantung padaku!" Ucap boneka pertama merantai leher, kedua tangan, dan kedua kaki sang Ayah.

Ia sungguh penasaran dengan kebenaran 7 titik vital dan berniat mencaritahu melalui tubuh ayahnya.

Baginya, membunuh dalam satu serangan sangat tidak setimpal dengan penderitaan yang selama ini ia alami.

"Fufufu! Aku tidak menyangka tubuh ayah sebagus ini! Kulit cokelat tua yang manis, sebagian besar tubuh berotot, dan tatapan tidak menyerah ini sama sekali tidak boleh disia-siakan!" Ucap boneka pertama mengeluarkan sebilah pisau tumpul dari celana cargo miliknya.

"DUK!"

Pukulan diluncurkan tepat di ulu hati sang Ayah.

Diafragma sang Ayah menjadi kaku dan sulit bernapas.

"Jangan begitu dong, ayah! Ini belum waktunya kau berpulang, jadi bermainlah denganku sebentar. Aku tau ayah tak terkalahkan, maka bertahanlah selama 5 menit. Jika ayah berhasil, aku melupakan permasalahan kita di masa lalu." Ucap boneka pertama mencengkeram sekuat mungkin jakun milik ayahnya.

Tidak memberikan jeda bagi seorang ayah untuk bernapas setelah serangan pertama dan dilanjutkan serangan kedua justru membuat sang Ayah berpulang.

Sebagai anak, boneka pertama semakin membenci ayahnya karena tidak bisa dijadikan alat berguna untuk penelitiannya.

"Hei kau! Aku tak tau siapa dirimu, tetapi kau telah membantuku kali ini. Apa yang sebenarnya kau inginkan? Jangan pernah berpikir aku percaya dengan kebohonganmu itu! Kebaikan di dunia ini semuanya palsu!" Ucap boneka pertama berbalik menyerang Jeici.

"Hoam! Sudah selesai, ya? Pft! Pantas saja ayahmu bersedia menyelamatkan harga dirinya dengan mati secara terhormat daripada berlutut di kaki milik anak tak tau diri ini." Ucap Jeici bangkit dari kursinya dan berjalan melewati tubuh boneka pertama.

Gerakan tangannya yang lihai ini berhasil mengambil kedua nyawa yang telah diatur sebelumnya.

Rasa sakit akan penderitaan boneka pertama justru lebih menyedihkan dari sebuah kisah kekerasan fisik akibat konflik dalam keluarga.

"Duh! Kau hampir setiap detik memikirkan cara membunuh orang yang kau benci, tetapi dalam status hidupmu baru saat ini membunuh orang?" Tanya Jeici telah berhasil mengambil nyawa terakhir.

Roh sang Ayah masih aman digenggaman tangannya meskipun sudah disembunyikan, sementara roh boneka pertama tetap menderita dan penuh kekecewaan.

Senyuman yang ada di foto keluarga anaknya terlihat jelas hanya dengan kepergiannya.

"Yeah! Bagaimanapun waktu di dunianya belum habis. Huh! Anggap saja aku tidak pernah bertemu dengan mereka." Pikir Jeici merelakan dirinya tidak membunuh sang Ayah menggunakan tangannya sendiri, melainkan melalui kedua tangan boneka pertama.

"Terimakasih ya, nak! Kamu telah membantuku mendidik kembali anakku yang sulit ini. Sejak sifatnya menjadi labil, aku merasa bersalah telah memperlihatkan hal buruk yang seharusnya tidak diketahui. Sekali lagi, aku berterimakasih!" Ucap sang Ayah mengajak Jeici berjabat tangan dan berpelukan.

Roh miliknya telah dikembalikan ke dalam tubuh dan di saat inilah pelatihan pertama berakhir.

"Jadi, anda sudah mencabut roh sang Ayah, menyembunyikannya di tempat sang Anak, dan membiarkan bocah itu merasakan kemenangan sementara?" Tanya sistem kristal sungguh penasaran akan strategi yang digunakan.

"Benar. Lagipula terlepas aku membantu pihak manapun, tetap saja akan ada pertumpahan darah. Hal menyenangkan dari pelatihan ini adalah aku berhasil membuat mereka menjalankan seluruh peran tanpa disadari, tidak mengotori tanganku karena masalah mereka, dan menyaksikan pertunjukan yang tidak buruk kualitasnya." Ucap Jeici melepas jubah hitamnya dan menggantinya dengan blazer merah.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!