Jatah Istirahat Kedua Murid

"Apakah anda berniat mengaktifkan 'Bloody Eyes'? Semakin banyak panah yang bisa anda tangkap, kemampuan 'Bloody Eyes' akan menjadi kemampuan permanen yang bisa kapan saja anda gunakan." Ucap sistem kristal menemukan kesempatan emas untuk penggunanya terus berkembang.

"Benarkah? Aku butuh menangkap yang banyak dan hadiahnya adalah 'Bloody Eyes'? Mendapatkan kemampuan dengan cara ini sangatlah berharga!" Ucap Jeici tertarik memiliki kemampuan baru.

"Hereiko! Bidik nyawaku lebih banyak lagi!" Teriak Jeici tidak peduli apakah dirinya harus menderita terlebih dahulu atau tidak.

"Lebih banyak lagi? Hmph! Jika itu yang kau inginkan, aku tak akan segan loh!" Ucap Hereiko menyeringai lebar karena tidak takut lagi apabila terjadi pembunuhan di tangannya.

Permintaan Jeici diwujudkan Hereiko dengan senang hati.

Mereka terus berlatih dari malam hingga pagi.

"Ah! Lelahnya! Kau mau gantian memanahnya, Jeici?" Tanya Hereiko merasakan seluruh energinya terkuras habis.

"Tidak mau latihan itu lagi. Bagaimana jika kita minta guru saja agar ia mau memberikan kita waktu istirahat, lalu kita berlatih pedang? Aku sungguh ingin mengalahkanmu di pelatihan ini!" Ucap Jeici menjatuhkan diri ke tanah yang kasar.

"Oh ya? Aku pasti mengalahkanmu hingga akhir!" Ucap Hereiko langsung bangkit dan mengalahkan rasa malas, lelah, dan ingin bersantai di rumah.

Wajahnya kembali berseri-seri disertai kedua mata yang berbinar penuh keantusiasan.

Jeici pun ikut tertular semangatnya dan tidak ingin kalah dari siapapun termasuk Hereiko.

"Seret kakiku ke gerbang keluar ya, Hereiko? Aku sudah tidak punya tenaga untuk berjalan." Ucap Jeici membujuk rekannya ini.

"Menyeretmu keluar juga butuh tenaga! Kalau begitu... Nikmati liburanmu!" Ucap Hereiko tiba-tiba terpikirkan cara tercepat menyelesaikan masalah.

"SWOOSSSHHH!!!"

"Kejamnya!" Teriak Jeici merasa harus menerima nasib jika wajah tampannya hancur karena bergesekan dengan tanah.

Melemparnya dengan kekuatan Hereiko yang tidak sebanding ini membuat Jeici lebih cepat mendarat.

Ia langsung mempersiapkan diri menjadi seorang pemuda cacat.

"BRUK!"

"Kita istirahat 15 menit." Ucap Wophiel menetapkan waktu dengan jelas dan pergi ke toko terdekat.

"Aduh... Apa lain kali aku harus mempelajari cara terbang, ya?" Gumam Jeici memeriksa keadaan tulangnya yang baik-baik saja.

"Guru juga mau istirahat? Biar aku traktir guru hari ini, lalu guru pinjamkan aku pedang asli. Kumohon guru!" Ucap Hereiko terus berusaha membujuk gurunya.

"Pakai dulu yang lama! Kau masih tidak cukup kuat untuk berada di sisi pedang asli." Ucap Wophiel menyembunyikan rasa terkejutnya saat satu muridnya ini menyadari apa yang sebenarnya ingin ia lakukan.

"Kumohon, kumohon, kumohon guruku. Pinjamkan pedangnya ya, guru?" Tanya Hereiko masih mempertahankan pesona anak kecilnya dan memikirkan cara lain.

"Kau ini keras kepala juga! Bermainlah dengan pedang aslimu dan datanglah padaku saat kau menyesal!" Ucap Wophiel teringat keuntungan yang telah dipilih muridnya.

"Bagus! Guru memang yang terbaik!" Teriak Hereiko begitu senang hingga memeluk Wophiel.

"Menyingkirlah bayi besar! Kau menyusahkanku berjalan!" Ucap Wophiel menjadi terganggu dengan kehadiran satu muridnya ini.

Melihat keakraban Wophiel dengan Hereiko, Jeici justru memanfaatkan waktu istirahatnya untuk pergi sarapan.

Ia sungguh berharap bisa sarapan sendirian dan menggali informasi terkini.

"Sistem kristal! Apa poin yang kukumpulkan bisa digunakan berbelanja di dunia ini?" Tanya Jeici mengingat kembali seberapa banyak poin yang telah ia kumpulkan.

"Tentu saja bisa! Saat ini poin anda 27.345 dan hanya memiliki 5.469 keping emas. Mata uang di dunia Zaerotheum adalah keping emas." Ucap sistem kristal memeriksa seluruh total poin penggunanya.

"Baiklah! Jatah yang kugunakan hanya 20% saja. Setelahnya aku harus bergegas mendapatkan sumber lain!" Pikir Jeici berjalan masuk ke restoran ramai dikunjungi.

"Selamat datang! Ini buku menu kami. Ada yang bisa kami bantu, Tuan?" Tanya pelayan tersenyum ramah.

"Bawakan aku 2 'Citron Presse' ke meja itu!" Ucap Jeici menempati tempat duduk terdekat dengan manager restoran.

Manager itu diam dan hanya menatap dengan tatapan kosong ke jendela.

Jeici yang menyadarinya langsung menarik kursi di depan manager.

"Anda ingin berbicara empat mata denganku?" Tanya manager melirik ke arah lawan bicaranya.

"Aku senang kau mengetahuinya dengan tepat." Ucap Jeici mengangguk setuju.

"Tahun-tahun terakhir terjadi pertempuran darah. Apa anda sudah mendaftar di 'Zaerotheum Tournament'?" Tanya manager akhirnya berbalik badan dan menjaga kontak mata dengan Jeici.

"Ini pesanan anda, Tuan." Ucap pelayan menyajikan 2 'Citron Presse' sesuai permintaan Jeici.

"Satu untukmu, satu untukku. Aku tidak memintamu membicarakan yang tidak kau inginkan. Kita akan berbincang seperti biasa saja." Ucap Jeici meminum 'Citron Presse' miliknya.

"Aku tau itu. Itulah mengapa saya yang membuka percakapan dengan anda." Ucap manager tersenyum kecil setelah mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Jeici.

Dirinya sungguh merasa istimewa saat ini.

Belum ada seseorang yang berani mengajaknya bicara santai karena kebanyakan mereka mencari dirinya demi memenuhi tujuan tertentu.

"Aku belum mendaftarnya. Bagaimana perasaanmu saat mengucapkan 'Tahun-tahun terakhir terjadi pertempuran darah', Tuan Sillous?" Tanya Jeici mengarahkan topik pembicaraannya agar berfokus ke sang Manager.

"Emosi kegelapan terlalu banyak sudah membuat seseorang mati rasa. Sampai semua itu terjadi, para makhluk yang ada di dunia ini sebentar lagi akan mengerti dengan sendirinya." Ucap Tuan Sillous dengan jari telunjuknya yang menunjuk ke seluruh langit di luar jendela.

"Jadi pencipta emosi kegelapan itu adalah para makhluk yang baru saja kau sebut?" Tanya Jeici menangkap maksud tersembunyi dari perkataan rumit lawan bicaranya.

"Tepat! Aku terkesan bisa berbicara santai sekaligus serius denganmu. Ambillah kartu namaku ini! Kita akan bertemu lagi jika waktunya tepat. Sampai jumpa, Tuan Jeici!" Ucap Tuan Sillous menghilang dari pandangan dan meletakkan kartu namanya tepat di hadapan Jeici.

Tidak ada penyesalan di antara mereka berdua.

Jeici mendapatkan informasi penting tanpa harus berusaha terlalu banyak dan Tuan Sillous mendapatkan rekan yang berpotensi untuk berkerjasama.

"Aku juga harus pergi! Ini uangnya." Ucap Jeici segera menyelesaikan pembayaran dan berjalan cepat demi menemui gurunya.

Ia harus menemukan celah waktu agar dapat mewujudkan impiannya saat ini juga.

"Kau barusan darimana, Jeici? Kami pergi mencarimu, kau justru meremehkan jam masuk pelatihan kita. Sia-sia kami mencarimu!" Ucap Hereiko menyudutkan Jeici dengan pedang barunya.

Tidak ada yang mengetahui apa yang telah dilakukan Jeici selama waktu istirahatnya.

Ia merasa beruntung telah bertemu kenalan baru seperti Tuan Sillous di waktu tersingkat yang ia miliki.

"Lain kali aku harus berhati-hati jika keluar dari pengawasan mereka! Akan berbahaya apabila guru menemukanku melakukan rencana yang dinilai pemberontakan. Tidak akan kubiarkan mereka berdua menyadari hal ini, terlebih lagi ingin melaporkanku!" Pikir Jeici menahan diri sebelum berbicara omong kosong.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Pulfo Red

Pulfo Red

wkwkwk masih juga gantengan w, jeiciii

2022-07-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!