Kebangkitan Monster Pohon

"Jika aku putih dan kau hitam, akuilah bahwa kau selama ini diam-diam mengawasiku agar aku terus merasa waspada setiap detik dalam hidupku!" Ucap Jeici mencengkeram satu lengan yang menempel di lehernya.

"Ya, itu aku. Aku sangat suka melihatmu ketakutan seperti itu karena kau memudahkan pekerjaanku." Ucap sosok lain dari Jeici dengan menyeringai.

"SRET!"

"Memudahkan pekerjaanmu? Mengapa kau tidak ambil alih diriku saja sepenuhnya?" Tanya Jeici menggunakan kekuatan pikirannya agar bisa menghilang dan menjadikan penyanderanya ini tawanan.

"Sudah kulakukan. Tidak bisa dibilang aku ini lemah karena artinya kau juga lemah!" Ucap sosok lain dari Jeici berusaha mengambil simpati dari perdamaian.

"Jadi, kau melakukan semua ini hanya untuk menunggu terjadinya perdamaian?" Tanya Jeici sama sekali tidak percaya dan menaruh curiga.

"Tepat! Kita tidak bisa memberi makan satu serigala, melainkan keduanya harus dilakukan bersamaan!" Ucap sosok lain dari Jeici sangat yakin mereka berdua bisa bersatu.

"Jangan katakan dua serigala yang kau maksud adalah kita dan makanannya adalah perdamaian!" Ucap Jeici benar-benar terkejut setelah mengetahui arah jalan pikiran sosok yang menyerupai dirinya ini.

Senyuman puas terukir jelas di wajah sosok tersebut.

Jeici telah mendapati dirinya ini sudah tidak bisa lagi menyerang menggunakan pikirannya.

Satu-satunya cara tersisa saat ini adalah meraih tujuan bersama.

"Kau lihat pembatas itu, diriku? Setelah kita berdamai, dinding itu melemah. Kita kalahkan bersama, setelah itu kita adalah teman. Saat kau menghadapi masalah, hanya ada dirimu yang bisa dipercaya!" Ucap sosok lain dari Jeici begitu serius ingin menghancurkan dinding pembatas.

"Hah! Bagaimanapun juga kau ada benarnya!" Ucap Jeici dengan mendengus kesal.

Ia memanipulasi reruntuhan patung dirinya dan kerajaan alam bawah sadarnya hingga membentuk palu besar.

Sosok lain dari Jeici menggunakan tubuhnya untuk membukakan celah dari kelemahan dinding pembatas.

"CRACK! BDOOOMMMMM!!!"

Retakan yang mereka hasilkan mempercepat penghancuran.

Dinding pembatas akhirnya berhasil dihancurkan dan 'Evil Core' telah bebas.

Kekuatan itu tersegel tanpa adanya penjelasan mengenai kapan, siapa, dimana, dan bagaimana dilakukan.

Satu hal yang paling jelas, baik Jeici atau sosok lain dari dirinya, keduanya puas dengan kerjasama yang telah dilakukan bersama.

"Kita sudah berhasil, diriku! Pergilah ke atas dan gunakan kemampuan 'Evil Core' ini disana. Biar aku yang mengurus sisanya disini!" Ucap sosok lain dari Jeici menepuk kedua pundak partnernya.

Jeici yang mendapati hal ini merasakan ketulusan dari ekspresi wajah dan intonasi suara.

Ia pergi meninggalkan sosok lain dari dirinya dengan cukup tenang.

"Hereiko! Lihat aku! Aku berhasil berdamai dengan diriku!" Ucap Jeici penuh semangat hingga menunjukkan sikap yang mengganggu pelatihan rekannya.

"Lalu? Itu memang sebuah kemajuan, tetapi kau tidak perlu sesenang itu. 'Evil Core' milikmu butuh dilatih sebelum dia melahap tuannya!" Ucap Hereiko menjawab berita baik dari Jeici dengan menstabilkan amarah.

"Sistem kristal! Tunjukkan aku cara mengendalikan 'Evil Core' ini!" Ucap Jeici tanpa membuat permohonan yang tidak berarti.

"Perintah diterima! Anda harus menekan seluruh 'Evil Core' yang telah terpancar di tubuh anda. Selagi menekan jumlahnya, ubah ke bentuk yang anda inginkan! Bukankah anda ingin berlatih bertarung? Kemampuan anda saat ini membutuhkan senjata ringan." Ucap sistem kristal telah memperhatikan hampir seluruh kegiatan penggunanya.

"Ah! Aku tau cara membuatnya untuk pertama kali!" Ucap Jeici terkejut setelah mengingat cara belajar tercepat.

"SWOSH!"

Ia berlari sekencang mungkin menuju pepohonan lebat.

Ranting-ranting kayu yang masih bercabang di pohon langsung digunakan sebagai teman berlatih.

"Tempat seperti ini memudahkanku berlatih hanya dengan membayangkan mereka hidup." Pikir Jeici mengarahkan tangannya ke ranting kecil.

"SRAK!"

Akar pohon terangkat dan keluar dari tanah.

Terbentuk mata, hidung, dan mulut yang menyeramkan.

"Aku tidak membayangkan mereka benar-benar hidup. Gawat! Mengapa mereka terlihat ingin membunuhku? Ayolah 'Evil Core'! Buatlah senjata untukku!" Ucap Jeici begitu yakin bahwa kebangkitan monster pohon bukanlah kesalahannya.

"Tidak mau! Kau harus berusaha membuatnya sendiri. Lebih banyaklah andalkan dirimu sendiri karena dengan cara itu kau akan menjadi kuat." Ucap 'Evil Core' sama sekali tidak berniat mengeluarkan kekuatannya.

"Makanan...!" Lirih monster pohon yang baru terbangkitkan.

"Dia ingin memakanku? Tidak bisa! Kau yang harus kumakan!" Ucap Jeici memikirkan sebuah busur panah yang mampu membidik para monster.

Perlahan tetapi pasti, percikan 'Evil Core' pernah menghilang tanpa jejak itu kembali dimunculkan sedikit demi sedikit.

Jeici akhirnya benar-benar merasakan kehadiran busur dari atas kepalanya.

Sebuah busur tercipta dan langsung melesat ke udara, menembus badan monster tepat di wajah mereka, serta berpindah ke target yang lain setelah bidikan sebelumnya diluncurkan.

"BRUK!!!"

"A-apa ini artinya aku berhasil menciptakan senjata?" Tanya Jeici menatap tidak percaya pada monster yang tergeletak di tanah dengan penuh lubang.

"Sudah kubilang, bukan? Kau telah berhasil mengandalkan dirimu sendiri. Hehe! Bukankah mayat pohon berserakan disini seperti bertekuk lutut padamu?" Tanya 'Evil Core' menyeringai sekaligus mengakui tekad majikannya.

"Bertekuk lutut apanya? Aku benar-benar akan jadi mangsanya dan kau masih ingin tertawa?!" Ucap Jeici mendengus kesal.

"Kekanakan sekali tuanku ini, ya? Diberikan kepercayaan untuk membuktikan kemampuannya justru dikira membiarkannya mati. Susah payah aku memilihmu menjadi partnerku, huh!" Ucap 'Evil Core' menyiapkan diri agar lebih siap menghadapi majikan yang tidak mengetahui cara berterimakasih ini.

Baru saja Jeici ingin mencoba kembali busurnya, Wophiel datang dengan bertepuk tangan.

Senyuman bangga diberikan juga olehnya.

"Kau tau cara mengasah busurmu ini, Jeici? Hereiko! Bawa barangnya kemari!" Ucap Wophiel memberikan perintah yang hanya dimengerti satu muridnya ini.

"Ini barang yang anda minta, guru!" Ucap Hereiko ingin sekali menggunakan busur hebat milik guru legendaris.

"Kau pakai saja busur ini. Panah Jeici tanpa henti! Jangan khawatir dengan panahnya, kita punya banyak persediaan!" Ucap Wophiel tersenyum hingga membuat dirinya terkesan jahat.

Serangan demi serangan diluncurkan sesuai perintahnya.

Hereiko yang tidak bisa memanah memanfaatkan kesempatan ini untuk berlatih menggunakan dua senjata.

"Di dalam medan tempur, jika situasi mengharuskan melukai teman, maka aku tidak boleh ragu untuk maju kedepan!" Pikir Hereiko berusaha membidik dengan tepat dan mempelajari titik vital para musuh.

"Sialan! Guru dan Hereiko begitu serius mempersiapkan turnamen. Tunggu! Tunggu sebentar! Jika mereka serius, bukankah aku akan terkena efek positifnya? Kecepatan berlatihku akan meningkat, punya lawan bertarung dengan level yang terus meningkat, dan bisa menambah wawasan tentang dunia ini." Pikir Jeici menghindari sekaligus menangkap panah sebisa mungkin.

Ia mengetahui salah satu cara menghentikan serangannya adalah dengan mendekati sumber, dengan begitu ia baru bisa menyerangnya dari jarak dekat.

Bertahan diri tanpa menghindar hanya akan mengurangi staminanya sedikit demi sedikit.

Akan lebih merepotkan jika dirinya harus meminum ramuan penambah energi.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!