Rumor Penguasa Termaju

"Maafkan Dillon, Tuanku." Ucap Dillon ketakutan setengah mati jika dirinya harus mendapatkan siksaan lebih buruk dari majikan sebelumnya.

Sesigap mungkin ia membuka baju majikannya untuk memeriksa kondisi kesehatan, sayangnya Jeici merasa terganggu.

Dengan cepatnya Jeici menepis tangan Dillon dan memberikan ekspresi wajah tidak suka.

"Lupakan! Kau sepertinya begitu ingin menghapus rasa bersalahmu, Dillon. Baiklah! Tunggu sampai saat aku memberimu perintah, maka kau bisa menghapusnya." Ucap Jeici menatap kedua bola mata merah pekat milik anak buahnya.

"Baru saja kita seharian berlatih. Sekarang sudah dikirim ke medan tempur? Yang benar saja!" Ucap Hereiko mendengus kesal saat dikeluarkan dari tempat pelatihan.

"Kau bilang apa tadi, Hereiko? Satu hari?" Tanya Jeici terkejut mendengar kebenaran yang baru saja terucap oleh rekannya ini.

"Ya. Pikiranmu kemana saja selama latihan? Bahkan sampai melupakan waktu berharga!" Ucap Hereiko menjadi cukup penasaran dengan kegiatan Jeici.

"Kita masih punya 4 hari. Kurasa kita bukan hanya pergi ke medan perang, melainkan harus bersedia jadi tawanan!" Ucap Jeici benar-benar benci berada di bawah kendali orang lain.

"Apa maksudmu, Jeici? Bagaimana bisa kita yang bebas ini justru mau menjadi tawanan?" Tanya Hereiko sama sekali tidak mengerti perkataan rekannya.

Jeici mendapati ketidakpahaman di benak Hereiko langsung mengeluarkan peta hologram dari tas penyimpanan.

Garis merah tempatnya berada saat ini telah dihubungkan dengan Echobillum, sebuah kota terpadat penduduknya.

"Siapa penguasa Echobillum, Hereiko?" Tanya Jeici memperbesar rute tercepat yang bisa mereka gunakan bersama.

"Hereira Kildome!" Dia adalah penguasa paling termaju di Zaerotheum. Hampir seluruh aspek kehidupan berada di bawah kendalinya. Kaum iblis terbijak saja masih harus tunduk dan menjilat kakinya!" Ucap Hereiko langsung bersemangat membicarakan tokoh terkenal.

"Haish! Ini tidak akan berjalan terlalu mudah. Hm... Dillon! Saat kami tiba di Echobillum, bisakah kau mencarikan rumah untuk kami bertiga?" Tanya Jeici memberikan perintah tersirat.

"Aku akan berusaha mencarinya." Ucap Dillon mengangguk setuju.

Tentu saja dirinya setuju, di mata Jeici, Dillon lebih cenderung dewasa di antara mereka bertiga.

Sementara itu, di lain sisi, Dillon benar-benar menantikan menghabiskan waktunya bersama sang Majikan.

"BWOOSHHH!!!"

"Energi ini...!" Gumam Jeici terkejut dan secara tidak sengaja menghindar dari hembusan angin kuat itu.

"Apa kau tidak merasakannya, diriku?" Tanya sosok lain dari Jeici muncul tiba-tiba setelah mendeteksi keberadaan mangsa.

"Ya, aku sudah merasakannya. Tujuan dia dan kita sama, jadi kita tidak perlu terburu-buru." Ucap Jeici melacak seluruh informasi berharga yang pantas ia dapatkan.

"Haha! Tidak sia-sia kita berdamai sejauh ini! Tunggu! Kau serius membawa dua anak ini? Kau tidak takut dikhianati?" Tanya sosok lain dari Jeici tidak percaya pada penglihatannya.

"Tentunya aku serius! Aku berpikir luas, merencanakannya, dan bertindak. Lagipula berharap tidak dikhianati adalah bentuk kenaifan. Kau tau sendiri bahwa aku tidak naif, bukan?" Tanya Jeici menyeringai sekaligus menunjukkan tatapan tidak peduli.

"Yeah, bagaimanapun juga aku percaya pada kemampuan kita. Oh! Aku hampir lupa. Benda itu sudah kukumpulkan dan diolah sesuai tipe masing-masing. Kabarkan aku jika kau berniat menggunakannya!" Ucap sosok lain dari Jeici berniat ingin istirahat sejenak.

Ia menghilang dan kembali bersarang di tempat tinggalnya.

Meskipun tubuh Jeici tetap terbangun, sosok lainnya terus memiliki jadwal padat demi memperkuat diri mereka berdua.

"Aneh! Angin itu bertenaga kuat. Lalu mengapa tidak ada seorang pun yang bisa kita temui disini?" Tanya Hereiko kebingungan saat menyusuri hamparan ladang yang tidak terawat.

"Dia hanya informan. Kita sudah akan memasuki kawasan Hera itu dan sebaiknya di antara kita tidak ada yang memandang rendah lawan kita. Dillon! Tugasmu saat ini kutambahkan. Bantu aku lindungi Hereiko!" Ucap Jeici melewati gerbang utama Omintourf.

"Hereira. Namanya Hereira Kildome. Bagaimana mungkin kau salah mengucapkan namanya?" Tanya Hereiko berusaha memaafkan kecerobohan rekannya.

Tidak ada sepatah kata yang dilontarkan Jeici untuk menjawab pertanyaan Hereiko.

Mereka bertiga terus berjalan tanpa henti hingga menemukan hutan pembatas daerah Omintourf dan Echobillum.

Cahaya matahari telah digantikan oleh terangnya bulan purnama.

"AWOOO!!!"

"Grr! Mereka datang sesuai perkiraan, Yang Mulia!" Ucap panglima kaum siluman serigala.

"Ck! Mereka tidak ada apa-apanya masih tetap disuruh tangkap hidup-hidup? Bocah itu sudah bosan mati, ya? Hereira! Jika bukan kau membawa ibuku ke kediamanku, tidak akan pernah rela berkerjasama denganmu!" Ucap Ceresty van Zagen berjalan kesana-kemari demi memikirkan banyak tanggung jawab yang telah dilimpahkan kepadanya.

"Yang Mulia, tolong anda kurangi kemarahan anda. Hereira ada di mana saja yang ia inginkan. Jika dia mengetahui penyamaran anda, rencana kita akan digagalkan begitu saja!" Ucap panglima kaum siluman serigala saat membayangkan hal buruk terjadi pada atasannya.

"SHHOOOTTT!!!"

"Kau benar. Sepertinya kita punya calon sekutu yang tepat. Benar bukan, kawanku?" Tanya Ceresty menyisakan berjarak 1 inci tepat di hadapan Jeici.

"Hoam! Hm...? Kau memanggilku?" Tanya Jeici menoleh ke kanan dan kirinya untuk memastikan tidak ada orang lagi termasuk Hereiko ataupun Dillon.

"Kau pikir ada orang lain selain dirimu? Akuilah kau sudah mendengar semua pembicaraan kami!" Ucap Ceresty mengancam benar-benar ingin membunuhnya.

"Pft! Kusarankan jika ingin membunuh, maka bunuh saja musuh di depanmu ini. Lagipula dari awal kau telah berniat membiarkanku mendengar permasalahanmu agar saat bertemu sudah tidak ada yang perlu dijelaskan." Ucap Jeici sungguh tidak peduli nyawanya akan berada di genggaman musuh.

Ruangan hening dalam sekejap, sementara Ceresty terkejut mengetahui kemampuan calon sekutunya ini berada di luar batas.

Menemukan calon sekutu yang tidak bisa ditebak akan sangat merepotkannya, meskipun perolehan keuntungan juga sepadan.

"Hidup hanya ada sekali. Kesempatan tidak datang kedua kalinya. Mengapa kau masih bisa acuh pada nyawamu sendiri?" Tanya Ceresty sangat ingin mengira calon sekutunya sudah bosan hidup.

"Bagaimana jika kita bertaruh, Ceresty? Besok adalah hari kelahiran pewaris kedua dari ibumu. Jika aku kalah, kau bisa mengambil nyawaku, satu temanku, dan satu bawahanku. Sebaliknya, jadilah anggota timku saat 'Zaerotheum Tournament'. Haha! Harga diri kita bersama dipertaruhkan disini." Ucap Jeici menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Ia mengetahui seberapa menariknya tawaran ini di mata Ceresty.

Terlepas menyadari adanya jebakan atau tidak, Ceresty tetaplah wanita bijak yang akan menimbangkan pro dan kontra sebelum memutuskan sesuatu.

"Nyawa yang mati di tanganku bukanlah apa-apa. Menjadi anggota timnya juga, semua orang punya hak yang sama seperti diriku! Dia memberiku tiga keuntungan dan bahkan lebih besar dari keuntungan untuk dirinya sendiri! Apa yang sebenarnya ia inginkan? Aku paling tidak suka bermain tebak-tebakan!" Pikir Ceresty menyilangkan kedua lengan tangannya di bawah buah dada.

"Pikirkan saja dulu, Ceresty! Aku akan menunggu jawabanmu esok hari di jam yang sama." Ucap Jeici melambaikan tangannya dan berencana pergi keluar markas.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Pulfo Red

Pulfo Red

mmm... dia nya siapa? ceresty apa anak buah nya hereira?

2022-07-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!