"Hei, Jeici! Kau tidak salah pungut anak orang, bukan? Tingkahnya agak aneh atau dia bersikap seperti itu hanya di depanmu saja? Berhati-hatilah, Jeici!" Bisik Hereiko diam-diam memperhatikan orang asing di dekat Jeici.
Tidak ada jawaban yang bisa dikatakan Jeici saat ini.
Sementara ia mengajak anak buahnya bermain, Dillon menatap tajam Hereiko.
"Baiklah! Aku punya permainan. Setiap pemain harus memikirkan 1 kata dan pemain lainnya menebak apa yang dipikirkan pemain pertama. Pemain yang kalah harus menjawab satu pertanyaan dari pemenang." Ucap Jeici memasukkan keinginan tersembunyinya ke dalam permainan.
"Aku! Aku ingin jadi pemain pertama." Ucap Dillon bersemangat untuk menjadi pemenang.
"Tentu saja! Hereiko! Kau jadi jurinya, ya?" Tanya Jeici memastikan seluruh rencananya berjalan lancar.
"Tuanku." Pikir Dillon selagi menunggu jawaban pemain kedua.
"Tuanku?" Tanya Jeici menatap kosong anak buahnya.
"Yah... Aku kalah. Ayo bermain lagi!" Ucap Dillon tidak terima dirinya terkalahkan.
"Sebelum mulai bermain, kau harus menjawab 1 pertanyaan dari Jeici!" Ucap Hereiko mencatat kemenangan rekannya.
"Terlepas dari makhluk jenis apa. Aku ingin tau apa kau bisa membaca pikiran, Dillon?" Tanya Jeici yang membiarkan anak buahnya ini tidak menyadari tujuan utama dirinya membuat permainan.
"Bisa. Setelah terikat kontrak majikan dan pelayan." Ucap Dillon berterus terang dengan menunjukkan selembar kertas kontrak yang telah ditandatangani.
Tepat di sebelah kanan terdapat darah bersidik jari Jeici dan hal yang sama terjadi pada milik Dillon.
Dari sinilah akhirnya Jeici mengerti sejak kapan kontrak itu dibuat.
"Pertanyaan telah dijawab. Kita lanjutkan lagi permainannya! Cepatlah! Waktu kita tidak banyak atau robot pemarah itu akan menceramahi kita!" Ucap Hereiko melihat ke arah jam yang melayang di udara.
"Kau benar. Kalau begitu aku yang mempermainkan pemain pertama!" Ucap Jeici merebut kesempatan lebih cepat.
"Terkendali." Pikir Jeici berharap Dillon mampu menjebak dengan tepat.
"Dikenal?" Tanya Dillon mencoba baca pikiran majikannya.
"Aku menang dua kali. Tunggu! Kau sengaja mengalah dan membiarkanku menang, Dillon?" Tanya Jeici menyadari kesalahan yang seharusnya tidak terjadi.
"Mendapatkan anak buah pengacau berarti lebih ahli dalam menghancurkan sesuatu, bukan membaca pikiran. Itulah mengapa saat bertemu denganmu aku bertanya apa kamu tidak takut sedikitpun padaku." Ucap Dillon bersedia merendahkan dirinya di hadapan majikan.
"Oh! Kau akhirnya mengaku. Hampir kukira...!" Ucap Hereiko belum sempat menyelesaikan kalimat terakhir.
"Tidak. Tidak ada hal penting disini. Benar bukan, Hereiko?" Tanya Jeici menutup paksa mulut rekannya sebelum mengatakan sindiran.
Mendengar tuannya berbicara seperti ini, Dillon benar-benar menganggap seolah tidak ada yang terjadi.
Jeici dan Hereiko pergi menghampiri sistem kristal untuk meminta misi baru, sementara Dillon duduk diam agar dapat memperhatikan majikannya dari jauh.
"Apa misi kali ini, sistem kristal?" Tanya Jeici sungguh penasaran akan tingkat kesulitan yang mungkin ia hadapi.
"Mengesankan sekali kalian meminta misi lebih awal! Kali ini misi kalian hanya perlu mengikuti beberapa tes uji coba. Berharaplah tidak gagal di misi kelima ini!" Ucap sistem kristal menyiapkan berbagai tes uji coba untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan Jeici dan Hereiko dalam berlatih.
"Tidak tertulis, bukan?" Tanya Hereiko menelan ludahnya sendiri karena takut membayangkan kejadian terburuk.
"Jawab saja pertanyaan ini secepat mungkin! Jika waktu telah habis ataupun jawaban kalian salah, akan ada hukuman yang harus kalian terima." Ucap sistem kristal memperingatkan akibat yang akan datang.
"Mungkinkah itu pertanyaan sulit? Benar-benar tidak bisa ditebak pertanyaan apa yang akan keluar! Pikir Jeici berusaha menenangkan dirinya.
"Beritahu padaku berapa total penguasa dunia Zaerotheum saat ini dan mengapa mereka memiliki ambisi yang besar?" Tanya sistem kristal mengambil poin penting agar bisa diolah menjadi persiapan pelatihan kedepannya.
"Totalnya ada 5 penguasa saat ini." Ucap Hereiko mendengarkan pertanyaan sistem kristal dengan seksama.
"Dia tidak menanyakan siapa saja, bukan?" Tanya Jeici panik karena ia telah melewatkan bagian terpenting yang harus ia kuasai.
"Tenang saja. Aku akan membantumu menjawab siapa mereka dan kau bantu aku jawab alasannya. Kamu mengerti maksudku, Jeici?" Tanya Hereiko menepuk kedua pundak rekannya dengan wajah tegang dan penuh tekanan.
Jeici merasa tidak mampu menepati permintaan ini sehingga dirinya hanya terdiam tanpa merespon sedikitpun.
Satu tangannya mengangkat ke atas dan bersedia menjawab pertanyaan kedua demi dirinya yang lebih utama.
"Karena masih belum puas dengan apa yang sudah dimiliki sekarang, keinginan terbesar untuk mengendalikan seluruh aspek di dalam hidup agar berada di dalam genggaman, dan kebutuhan akan perubahan yang cerah." Ucap Jeici memikirkan jawabannya dengan cara mengubah pandangan dirinya menjadi pandangan kelima penguasa dunia Zaerotheum.
"Bagus! Kalian sudah mengenali latar belakang mereka. Tenang saja! Misi kelima ini belum berakhir, jadi kalian berdua tidak bisa bermalas-malasan." Ucap sistem kristal menyiapkan seluruh perlengkapan 'Zaerotheum Tournament'.
"Kami tau itu. Lalu, apa yang akan kami pelajari selanjutnya?" Tanya Jeici memperhatikan kesibukan sistem kristal.
"Masing-masing bawa ini! Mengenai apa yang akan kalian pelajari, kalian akan menemukannya sendiri di alam bebas sana. Ini adalah tugas kalian! Tidak tau pasti kapan kalian akan segera kembali, sedangkan sistem kristal telah ditugaskan untuk mendampingi para murid tuanku." Ucap sistem kristal memperkecil dirinya hingga dapat bergabung dengan dua tubuh pengguna.
Ruang pelatihan seketika lenyap dan hanya menyisakan nama saja.
Jeici, Hereiko, dan Dillon yang ada di dalamnya telah dikeluarkan.
Keberadaan guru mereka pun hilang seketika tanpa diketahui jejaknya.
Tidak ada salam perpisahan di antara mereka dan hal ini justru diabaikan oleh semuanya.
"Ruang pelatihan lenyap seperti ini guru juga masih tidak keluar. Apa dia belum mendengar kabar kita? Aku sungguh penasaran kapan guru akan bangun." Ucap Hereiko benar-benar berharap keinginannya bertemu guru terwujudkan.
"Aku kagum padamu yang masih mempertahankan harapan kecil itu di dalam dirimu, Hereiko! Ah, benar! Tidak ada gunanya aku membahas pandanganku terhadap harapan yang membutakan itu." Ucap Jeici merasa tidak perlu kecewa dengan sikap gurunya.
"Membutakan? Aku baru tau harapan bisa membutakan seseorang! Apa benar kedua matanya sungguh jadi buta, berdarah, dan tidak bisa melihat, Jeici?" Tanya Hereiko terkejut mendengar perkataan aneh rekannya ini.
"Bukan membutakan raga, tetapi jiwa milikmu. Terlalu berharap sesuatu akan berjalan baik hanya akan menghasilkan harapan yang tak terwujud. Kuyakin kau akan menyesal jika terus bertahan dengan keyakinan lama." Ucap Jeici melirik ke arah Hereiko.
Perubahan bukanlah hal yang mudah diterima dan karena itulah dirinya tidak meminta untuk dipercayai.
Hereiko mendapati saran rekannya ini langsung merasa ada sesuatu yang sudah seharusnya ia lakukan di masa sekarang.
"Tak terwujud...? Apa maksudmu cukup memberikan sedikit harapan untuk membuatmu terdorong dan tetap maju? Atau mempercayai sesuatu yang sudah terbukti berhasil dan ada jaminannya?" Tanya Hereiko kebingungan saat menyimpulkan perkataan Jeici.
"Pilihan pertama." Ucap Jeici membersihkan pakaiannya yang terkena debu.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments