Memburu Dua Kaum Siluman

"Jadi itu mengapa kau meminta bawahanmu melindungiku?" Tanya Hereiko tersenyum pahit setelah dirinya juga ikut dikorbankan bersama.

"Lalu? Kau terharu atau ingin memendam kekecewaanmu?" Tanya Jeici menjaga kontak matanya dengan seorang rekan.

"Idiot! Aku tak akan jatuh hanya karena masalah perasaan yang bodoh ini. Kepercayaanku masih ada di dirimu, itu juga bukan tanpa alasan!" Ucap Hereiko begitu yakin dirinya tidak membuat kesalahan.

"Bagus!" Ucap Jeici menepuk kedua punggung Hereiko dengan bangga dan langsung pergi membangun rumah bersama anak buahnya.

Baginya kekecewaan itu hanyalah bentuk pendukung agar semakin tangguh menghadapi permasalahan.

Hereiko juga sama sekali tidak berani membuat akal sehatnya terganggu dengan hal yang tidak penting.

"Tuanku! Bagaimana dengan rumah pilihanku ini? Dekat kota utama Echobillum dan fasilitasnya juga sudah disediakan." Ucap Dillon berharap dirinya bisa tidur dengan majikannya.

Kedua matanya berbinar hingga menunjukkan secara jelas keinginan terdalamnya.

Tanpa membuang waktu, dirinya mendorong Jeici agar cepat masuk ke dalam rumah dan beristirahat bersama.

"Kalian lama sekali! Cepatlah makan sebelum semuanya dingin!" Ucap Hereiko segera menyelesaikan hidangan pertama.

"Huft! Makan sendiri atau beramai-ramai seperti ini juga tidak ada bedanya. Mengingat mereka berdua telah membantu lebih banyak, sepertinya aku harus mulai terbiasa dengan kebaikan mereka." Pikir Jeici tersenyum kecil dan langsung duduk di kursi tengah.

Baik Dillon atau Hereiko, keduanya diam-diam menertawakan Jeici yang baru saja tersenyum tidak seperti biasanya.

Tidak ada yang paling menyenangkan selain kenangan indah akhir-akhir ini.

Gelap malam yang khas membuat Jeici tidak bisa tidur untuk sementara waktu.

Ia terus memikirkan seluruh rencana mewujudkan tujuan utamanya selagi menatap cermin.

Berdiri dan terdiam layaknya sebuah patung.

Keheningan ruangan sungguh terasa hingga ke dalam tulang rusuk.

"Tuanku! Dillon tidur disini, ya?" Tanya Dillon memeluk majikannya dengan wujud ular kecil dan bersayap.

"Akhirnya kau mengatakannya juga. Jadi, kau akan tidur dengan wujud ularmu?" Tanya Jeici sama sekali tidak terkejut ataupun takut terhadap perubahan Dillon.

"Ya. Tuan tidak mempermasalahkannya, bukan?" Tanya Dillon melingkarkan tubuhnya ke lengan sang Majikan.

"Berubah dari satu wujud ke wujud lain pasti membutuhkan energi tambahan. Melihat dirimu tidak kehabisan tenaga, berubah di waktu menjelang tengah malam, dan memperkuat cadangan kekuatan ini telah cukup bagus. Apa kamu ingin bersiap-siap berburu, Dillon?" Tanya Jeici memperhatikan taktik bawahannya sedetail mungkin.

"Tidak ada yang tidak diketahui oleh seorang majikan. Benar, waktu ini paling tepat untuk mulai berburu." Ucap Dillon mengangguk setuju dengan segala pengamatan milik majikan.

"CTAK!"

"Tunggu apa lagi? Ayo kita pergi!" Ucap Jeici langsung bersemangat saat membuka jendela.

Ia sangat tahu bahwa Hereiko sudah terlelap dalam tidurnya dan inilah saat bagi mereka berdua menyelinap keluar.

Bagi Jeici, lantai dua masih tergolong mudah untuk melompat, sedangkan Dillon membantu majikannya untuk meredam suara.

"Menyenangkan sekali! Daripada terlalu terjebak akan kemungkinan buruk yang telah kuhitung sebelumnya, berburu mangsa juga bisa merubah suasana hatiku!" Pikir Jeici membangkitkan 'Evil Core' miliknya.

"Tuanku! Siluman domba di depan kita menjadi tidak terkendali! Seharusnya mereka tidur dengan wujud aslinya, bukan menggila." Ucap Dillon mencari tahu penyebab perubahan drastis yang akan berefek pada hasil buruan.

"Yeah! Siluman domba terkenal karena kepolosannya dan setelah dipindahkan ke dunia ini, mereka jadi manipulatif. Aku tidak menyangka mereka akan seagresif ini. Apa mereka mengandalkan cahaya merah dari bulan purnama?" Tanya Jeici mengikuti petunjuk yang diberikan 'Bloody Eyes'.

"Tuan, anda punya busur, bukan? Biarkan Dillon meningkatkan kinerjanya!" Ucap Dillon begitu yakin dengan kemampuannya sendiri.

Bagaimanapun juga dirinya hanyalah seorang bawahan yang berada di sisi majikannya saat ini.

Tidak pernah terlintas di pikirannya untuk menyerang Jeici dengan cara apapun.

Keyakinan akan peningkatan kinerja senjata busur ternyata menarik perhatian Jeici hingga dirinya rela menyerahkan busurnya secara percuma.

Setetes bisa dari mulut Dillon telah dikeluarkan, membeku, dan membentuk sebuah batu oval.

"Tuan tidak perlu khawatir dengan panahnya. Batu ini akan menyediakan panah tanpa batas. Sekarang coba tuanku membidik 28 siluman domba itu." Ucap Dillon menunjuk ke arah kumpulan siluman domba yang mengamuk.

Terlepas akan menghabiskan tenaga saat menggunakan panah, Jeici tetap membidik secepat mungkin tanpa pandang bulu.

Kecepatan memanahnya hampir mendekati tahap ekstrim itu ternyata cukup berguna untuk meningkatkan ketakutan musuh.

"Tuanku terlatih menggunakannya! 28 panah diluncurkan dengan masing-masing waktu berselisih 1 detik berhasil membuatnya terlihat sebagai serangan massal." Ucap Dillon memperhatikan secara langsung kemampuan majikannya.

"Seharusnya mereka telah mengetahui asal keberadaan kita, sayangnya mereka lebih dulu panik dan berusaha menyelamatkan diri." Ucap Jeici mendapatkan pelajaran pertama.

Ia telah mendapatkan tambahan poin, meskipun tidak menjualnya.

Melihat Dillon diam-diam menahan nafsu makannya, Jeici langsung membuat api unggun.

"Apa yang kau tunggu lagi, Dillon? Setelah memburu, tentu saja kita harus menikmati hasilnya bersama." Ucap Jeici begitu senang bisa berburu dengan Dillon.

"Em, Tuanku... Dagingnya tidak perlu dimasak juga, Dillon masih bisa memakannya langsung." Ucap Dillon merasa kurang terbiasa dengan api unggun.

"Oh, baiklah. Dillon, apa wujud sejak lahirmu adalah manusia?" Tanya Jeici menunggu rusuk dombanya benar-benar matang.

"Tidak. Wujud awalku adalah iblis ular. Itulah mengapa aku memiliki aura kegelapan, fisik yang serupa iblis dan juga ular, serta mampu berubah wujud sesuai keinginanku." Ucap Dillon merasa sungguh bebas saat menyantap kenikmatan hasil buruan mereka berdua.

Keadaannya saat ini sangatlah berbeda dengan pengalamannya bersama majikan terdahulu.

Aturan ketat dan kaku hanya membuatnya semakin tertekan.

Ia merasa beruntung mengetahui majikannya ini tidak terlalu mempermasalahkan kebiasaan buruknya.

"Woah! Iblis ular?! Sangat mengesankan! Aku justru heran mengapa hanya kamu yang tersisa. Dillon! Kamu tidak jadi objek pembunuhan sebelumnya, bukan?" Tanya Jeici menyadari beberapa informasi penting yang sama sekali tidak tercantum di dalam data laboratorium.

"Aku tidak mengetahui secara pasti bagaimana bisa tersisa seorang diri. Satu hal yang kuingat saat dilahirkan adalah aku sudah menyerap energi dari bola tabung. Mungkin itu yang mereka sebut dengan hasil eksperimen." Ucap Dillon mengingat kembali bagaimana dirinya lahir ke dunia.

"Tidak mengherankan jika banyak peneliti di dalam laboratorium. Lalu, apa kamu masih memiliki kesan terhadap tempat itu?" Tanya Jeici penasaran meskipun dirinya yakin Dillon tidak akan menjawab dengan jelas.

"Terlalu buruk. Terlalu banyak kepalsuan dari para peneliti. Jika saja mereka tidak membuat kenangan manis sebelum percobaan, aku yakin para objek uji coba akan lebih menderita. Lagipula percobaan dan hukuman tidak ada bedanya." Ucap Dillon merasa aman saat kebiasaan buruknya diketahui Jeici ketika mereka pertama kali bertemu.

BERSAMBUNG 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!