"Aku mulai mengerti. Selanjutnya, apa kau masih ingin berburu lagi?" Tanya Jeici tersenyum senang setelah mendengar langsung dari Dillon.
Dillon yang mendapati ajakan tersebut menyetujuinya dengan penuh semangat.
Bagi keduanya, ada banyak hal mengesankan yang tersedia untuk dilakukan.
"Kau lihat para singa penjaga itu? Kali ini akhirnya kita bisa menyerang dari jarak dekat." Ucap Jeici mengeluarkan 'Flamorush' miliknya.
"Dillon penasaran mengapa tuan lebih menyukai pertarungan jarak dekat?" Tanya Dillon menyadari perbedaan kekuatan yang besar saat menatap para singa itu dari kejauhan.
"Karena mereka menyehatkan." Ucap Jeici tertawa lepas hingga melupakan bahwa dirinya yang sebelumnya begitu dingin.
"Ibu! Ibu! Lihat bunga ini! Mereka indah, bukan?" Tanya seekor singa kecil sangat kagum dengan keindahan sebuah bunga di telapak tangannya.
"JLEB!"
"Cepat kita berpindah!" Ucap Jeici langsung berteleportasi ke puncak jurang setelah membidik singa kecil.
"Tuan! Ini membuat semua singa waspada!" Ucap Dillon menunggu arahan majikannya untuk segera menyerang.
"Dengar! Pasti ada bawahannya yang akan melapor. Tepat saat itu, gabungkan bisa milikmu ke dalam 'Evil Core' ku." Ucap Jeici menghitung mundur.
"3... 2... 1...! Sekarang, Dillon!" Teriak Jeici membangkitkan tingkat bahaya yang mengancam sang Raja Singa dan dirinya sendiri.
'Evil Core' langsung terbagi menjadi dua sisi.
Satu di antaranya membentuk jarum bisa yang seringan helaian rambut milik sang Raja Singa dan di lain sisi, mengubah bebatuan di sekitar pilar raja menjadi hantaman batu yang beracun.
Rasa sakit akan penderitaan dirasakan oleh target utama.
Para anggota keluarga, kerabat, dan pengikutnya pun tidak tinggal diam.
"Sayang sekali pertemuan kita singkat." Ucap Jeici langsung mencabut kembali jarum tertancap di dalam jantung raja singa.
"Tuan! Mereka datang membalaskan dendamnya!" Teriak Dillon secepat mungkin menyingkirkan banyak musuh.
"Balas dendam? Itu yang paling kuinginkan dari awal." Ucap Jeici mengambil jarum tersebut dan mengubahnya menjadi 'Flamorush'.
Tidak mengerti mengapa majikannya menginginkan hal buruk itu, puluhan tebasan diluncurkan hingga menyisakan para singa tanpa kepala.
Dillon yang berada di antara para korban tentu saja menyaksikan bagaimana majikannya bertindak.
"Tebasan ekor dan sayapku saja terasa masih kurang jika harus menyerang dalam jumlah banyak." Ucap Dillon masih tidak percaya betapa mengerikan bagi dirinya jika tidak pernah bertemu Jeici.
"Hei, Dillon! Mengapa kamu melamun? Bantu aku menguliti mereka!" Ucap Jeici kerepotan menyiapkan bahan makanan untuk dibawa pulang.
"Baik, tuanku!" Ucap Dillon langsung membantu membersihkan seluruh jejak perburuan mereka.
"Huh?! Pantas saja dia terlihat tidak takut saat ingin bertaruh denganku! Sayatan api ini... Cih! Sepertinya tidak ada cara lain selain gencatan senjata dengannya." Gumam Ceresty diam-diam mengamati seluruh tindakan Jeici dan Dillon.
Seluruh jejak perburuan telah dibersihkan Dillon.
Jeici yang baru saja selesai menguliti hasil buruan itu langsung pulang bersama anak buahnya.
"Ini sudah cukup. Mari kita pulang sebelum Hereiko menyadari keberadaan kita!" Ucap Jeici melirik ke arah Ceresty.
Dillon mengangguk setuju dan melatah hingga ke leher majikannya.
Ia begitu senang hanya dengan berada di sisi Jeici.
"Dia bilang akan menunggu jawabanku malam ini, jadi dia mengabaikan keberadaanku meskipun sudah mengetahuinya?" Pikir Ceresty tiba-tiba merinding tanpa sebab.
"DING!"
"Anda masih belum mendapatkan kepercayaan Nona Ceresty?" Tanya sistem kristal menunggu cukup lama pergerakan penggunanya ini.
"Siapa bilang aku belum mendapatkannya? Kau tunggu saja perkembangan malam ini dan kita akan lihat apa yang akan dilakukannya." Ucap Jeici menyeringai saat membuka pintu rumah.
Tidak ada seorangpun di ruang tamu.
Suasana ruangan yang gelap membuat Jeici dan Dillon ingin segera tidur.
"Kamar kita di sini dan di seberang sana adalah kamar Hereiko. Saat pagi, kau akan kembali ke wujud semula. Pakailah pakaian ini agar kau tidak bangun dengan tubuh telanjang bulat itu!" Ucap Jeici mengambil dan menyerahkan pakaian cadangan untuk anak buahnya.
"Tunggu! Dillon punya baju sendiri!" Ucap Dillon merasa tidak nyaman dengan ukuran pakaian yang sangat besar dari ukurannya saat berwujud ular.
"Ingin atau tidak, tetap aku taruh di sini. Hoam! Aku mau tidur. Selamat malam, Dillon!" Ucap Jeici langsung naik ke kasur.
"Sistem kristal! Bangunkan aku 3 jam lagi!" Ucap Jeici kepada sistem kristal.
Dillon yang masih melilit di tubuh majikannya ternyata lebih merepotkan setelah berubah wujud menjadi manusia.
Hal itu dianggap merepotkan oleh Jeici karena anak buahnya justru tidur dengan memeluk erat di dekat dadanya.
Waktu terus berlalu dan inilah saatnya sistem kristal membangunkan Jeici.
"Tuan besar! Cepat bangun! Sudah 3 jam tidur dan anda masih belum bangun?!" Teriak sistem kristal membuat banyak keributan di sekitar telinga penggunanya.
"PRANG!!!"
Gelas air minum jatuh dari meja yang terletak tepat di kanan kasur.
Suara yang berisik ini akhirnya berhasil membangunkan Jeici.
"Hm...? Aku masih ingin tidur." Gumam Jeici dengan mata tertutup.
"Anda yakin akan melewatkan kesempatan untuk menjalankan rencana anda?" Bisik sistem kristal memegang kelemahan penggunanya.
"Aku bangun!" Ucap Jeici secepat mungkin bangun dan bersiap-siap menyelesaikan rencana utama.
Baru saja dirinya berusaha turun dari kasur, Dillon menarik lengan majikannya.
Suara yang bergetar dan ketakutan terdengar jelas di telinga Jeici.
"T-tuanku...! J-jangan buang aku!" Lirih Dillon tanpa sadar mengeluarkan setetes darah sebagai air matanya.
"Ternyata kau! Hampir saja aku mengiramu musuhku." Ucap Jeici melepaskan sedikit demi sedikit jari di lengan kiri.
"Jadi, apa yang akan anda lakukan?" Tanya sistem kristal begitu penasaran dengan rencana yang dimaksud penggunanya.
"Tentu saja mengunjungi teman baru. Apa lagi yang bisa kita lakukan di pagi hari ini?" Tanya Jeici justru sedikit kebingungan.
Ia menghubungkan kelima wilayah Zaerotheum melalui pengaturan portal teleportasi.
Jarak terjauh milik wilayah Palteinum dan Heggeiro telah didekatkan.
"Hehe! Kita bertemu lagi, kawanku!" Ucap Tuan Sillous sangat senang mendapati kunjungan istimewa dari Jeici.
"Masih tidak menduga kau mengingatku, Tuan Sillous." Ucap Jeici berjalan mendekati Tuan Sillous.
"Mengenai turnamen itu, aku sudah menyiapkanmu dua kandidat untuk anggota timmu. Aku mendapati kabar kedatanganmu dari titik portal yang kau pakai." Ucap Tuan Sillous menuangkan segelas anggur kepada rekannya.
Jeici langsung menerimanya karena ia tahu bahwa Tuan Sillous akan mengalami kerugian besar jika menaruh racun.
Kabut bermunculan saat dua buah peti mati ditunjukkan di hadapannya.
Penuh hiasan, dekorasi bunga, dan pita putih membuat kedua peti mati itu terasa spesial.
"Mereka berdua adalah beberapa dari mahakarya kami. Memiliki keterampilan bertarung, pemikiran kritis, dan etika yang bisa disatukan. Jeici, kau tau dari awal maksudku menunjukkan ini, bukan?" Tanya Tuan Sillous berharap tidak ada rahasia yang bisa ia sembunyikan dari rekannya ini.
"Ya, karena itulah aku juga mengunjungimu." Ucap Jeici mendekatkan telapak tangan ke arah dua mata makhluk asing di hadapannya.
Ia hanya melakukannya untuk memeriksa tingkat kesensitifan tubuh terhadap rangsangan luar.
Selain itu, prinsipnya yang kuat mengenai rekan atau lawan tetap tidak boleh diremehkan sedikitpun.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments