Darto Pov
Ya Allah, ada apa lagi ini. Kenapa Tari tiba-tiba seperti ini. Sepertinya dia sedang marah padaku. Tapi karena apa? Perasaan aku tak membuat salah padanya.
Rencana aku akan memberitahukan jika undangan sudah beres di cetak dan tinggal disebar saja sepertinya harus ku urungkan.
Menyambar kunci mobil, kembali ku kendarai mobil menuju ke taman komplek rumah Radit. Sepertinya tadi Tari dari rumah Radit bertemu dengan Aisyah.
Ddrrrttt
Ddrrrrtt
Ponselku bergetar, ku tepi kan dahulu mobil untuk menjawab panggilan masuk. Terpampang nomor tak dikenal. Ku putuskan untuk menjawab panggilan tersebut, siapa tau itu dari salah satu client.
"Halo, assalamualaikum," ucapku.
"Halo, Mas sayang," jawab perempuan di seberang sana.
Deg!
Itu suara Santi. Sial, ternyata dia yang menelfon. Dari mana dia dapat nomer ku ini.
"Maaf, salah sambung," jawabku datar.
"Mas, mas. Kau tak perlu seperti itu. Aku tau kau adalah Mas Darto. Ayolah Mas, bukan kah dulu kau begitu rajin menghubungiku? Sekarang aku yang akan sering menghubungi mu loh Mas," ujarnya diselingi dengan kekehan.
"Tak usah repot kau menghubungiku. Karena kau sudah tidak penting untukku Santi. Aku sudah punya wanita yang lebih segalanya darimu," ucapku penuh penekanan.
"Wah wah kau percaya diri sekali Mas. Memang kamu masih yakin perempuan itu masih mau melanjutkan hubungannya denganmu? Kok aku ngerasa wanita itu sekarang lagi meratapi nasibnya ya karena sebentar lagi kau akan kembali ke pelukan ku," ucap Santi jumawa.
"Sudahlah, tutup mulut mu itu San. Aku sudah tak peduli lagi padamu. Kau bukan siapa-siapa ku lagi. Dan kau harus dengar, jika sesuatu terjadi pada Tari, aku tak akan pernah memaafkan mu dan kau akan tau sendiri akibatnya," ancamku pada Santi. Setelah mengatakan itu aku segera menutup telfon secara sepihak.
Ting
Satu pesan masuk ke aplikasi hijauku. Sebuah video dikirim oleh nomor Santi barusan. Segera ku download untuk mengetahui video apa itu.
Setelah beres di download segera ku putar video tersebut. Tanganku terkepal kuat saat video itu diputar. Sial, ternyata Santi masih menyimpan video itu. Ku kira dia sudah menghapus video itu karena dianggap tak berguna.
Ting
Kembali satu pesan masuk ke aplikasi hijauku.
[Semoga pelakor itu gak bunuh diri ya karena udah liat video ini. Jika dia bunuh diri, tenang saja Mas. Aku bersedia kembali padamu,"]
Arrggghhh
Rasanya aku ingin memaki Santi. Berani-beraninya di mengusik Tari. Mungkin inilah sebabnya Tari tak mau menerima pesan dan telfon dariku.
Tak ku hiraukan pesan yang dikirim oleh santi tersebut. Aku segera tancap gas untuk datang menemui Tari. Ku kendarai kuda besiku ini dengan kecepatan lumayan tinggi. Aku berharap jika sscepatnya sampai di taman.
🍀🍀🍀
Ku parkirkan mobil diparkiran taman dan bergegas mencari ke beradaan Tari. Ku arakan pandangan ke sekitar taman, setelah menemukan keberadaan Tari aku segera berlari menghampirinya. Setelah dekat, kulihat Tari malah memandang ke arah pasangan yang umurnya sudah lumayan tua. Terlihat jelas ada jejak air matanya di pipinya.
"Yang," ucapku dengan lirih. Ku pegang pundaknya, dan tak lama ia menoleh ke arahku. Melihat kedatanganku, Tari buru-buru mengusap air matanya.
"Maaf jika menunggu Mas lama," ucapku sambil duduk di samping Tari.
Hening, tak ada kata yang keluar dari mulut Tari. Kulihat tatapannya malah memandang lurus ke depan.
"Mas, aku tidak yakin akan meneruskan pernikahan ini," ucap Tari lirih.
Deg!
Apa maksudnya ini? Kenapa tiba-tiba Tari menjadi tak yakin? Ku rasa ini karena video yang dikirim Santi tadi. Sepertinya Tari sudah mengetahui video tersebut.
Santi memang wanita licik. Dia selalu saja bertindak semau dia tanpa memperdulikan perasaan orang lain. Aku berharap semoga kali ini Santi mendapat teguran atau karma sekalian dari Allah agar dia bisa menyadari kesalahannya. Bukannya ingin mendoakan yang tidak baik, namun kesabaranku sudah diambang batas. Dulu boleh saja aku selalu mengalah pada wanita ular itu. Namun untuk sekarang, aku tak akan membiarkannya menghancurkan kebahagiaan yang sudah susah payah ku dapat.
"Apa karena video yang diperlihatkan Santi?" tanyaku lagi pada Tari.
Kemudian meluncurlah cerita dari mulut Tari bahwa tadi Santi datang ke kantornya dan membuat kegaduhan disana. Kemudian Santi pun memperlihatkan video itu kepada Tari.
Huffttt
Ku hembuskan nafas panjang. Ternyata benar, inilah yang membuat Tari sekarang ragu padaku.
"Kau mau mendegar penjelasanku yang?" tanyaku lirih. Tari pun mengangguk.
"Baiklah, Mas akan menjelaskan padamu. Mas harap kamu bisa menyikapinya dengan bijak. Mas tidak memaksa kamu mempercai penjelasan Mas ini. Mas hanya akan berbicara sejujur-jujurnya padamu," ujarku.
"Sebelumnya Mas minta maaf jika video itu menyakiti hatimu. Video itu sudah lama sekali, Mas merekam itu ketika baru menikah dengan Santi. Dulu Santi memang segalanya bagi Mas. Jujur saja, Santi adalah Cinta pertama Mas. Dia yang mampu mengenalkan Mas dengan yang namanya Cinta dan sayang," ucapku.
Ku jelaskan semuanya pada Tari secara detail, bagaimana aku dulu bisa membuat video seperti itu.
"Tapi untuk sekarang, kamulah yang bertahta di hati Mas. Kamu adalah masa depan Mas sekarang. Sudah tak ada sedikit pun nama Santi di hati dan hidup Mas. Sekarang hanya kamulah wanita satu-satunya di hati Mas," ujarku setelah menjelaskan semuanya pada Tari.
"Entahlah Mas. Aku merasa tidak yakin sekarang. Aku hanya takut luka lama itu akan terulang lagi. Aku hanya takut jika nanti cinta dan sayangku akan kembali mengalami luka," ucap Tari.
"Mas tau, tak mudah melupakan masa lalu. Mas juga pernah berada di posisimu. Pernah juga merasakan yang namanya pengkhianatan. Sayang tau? Mas juga baru bisa bangkit dari masa lalu setelah bertahun lamanya. Dan obat yang bisa menyembuhkan luka Mas itu adalah kamu. Mentari Wijaya," ujarku pada Tari.
"Maaf ya Mas jika aku sudah bersikap kekanakam seperti ini. Maaf jika aku tadi berfikir ingin menghentikan pernikahan ini. Aku hanya takut, kejadian dulu terulang lagi,"
"Tak apa. Mas ngerti kok. Setiap orang yang memiliki luka di masa lalu pasti tidak akan sama cara mengobatinya. Wajar jika ketakutan itu masih ada pada dirimu. Wanita lebih menggunakan perasaan sedangkan laki-laki lebih menggunakan logika," paparku pada Tari.
"Kita sudah sama-sama dewasa. Sudah sama-sama pernah membina rumah tangga dan mengalami kegagalan. Mas berharap, jika ada masalah kita bisa menyelesaikannya secara baik-baik dan juga bijak. Kita jadikan kegagalan kita sebagai bahan pembelajaran untuk hubungan kita ke depannya. Untuk sekarang Mas hanya ingin menata masa depan bersama kamu. Menjalani hidup hingga menua bersama. Dan hanya mautlah yang nantinya bisa memisahkan kita," harapku.
Tari pun mengangguk. Alhamdulillah, aku sudah bisa melihat senyum lagi di wajahnya. Lega rasanya kesalah pahaman ini bisa di selesaikan dengan baik. Semoga setelah ini tak ada lagi ujian yang membentang dalam hubungan kami.
Dan sepertinya aku harus lebih waspada lagi terhadap Santi. Aku yakin dia masih akan mengganggu hubunganku dengan Tari. Baiklah Santi, jika kau berani mengusik Tari lagi, tak segan-segan aku akan memberikanmu peringatan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments