Mobil ku lakukan menuju rumah, hari ini sebenarnya jadwal terapi Papa. Namun, Papa bersi keras tak ingin melakukan terapi lagi, katanya biarkan saja seperti ini. Namun, aku sebagai anak tetap berusaha untuk membujuk Papa agar mau di terapi kembali.
Memasuki kawasan sekolah, kecepatan mobil aku turunkan. Karena disini banyak anak-anak sekolah yang berlalu lalang. Mataku masih memandang ke sekeliling, disini terdapat dua sekolah. Yaitu Taman Kanak-Kanak dan sekolah dasar. Kedua sekolah ini yang kutahu masih satu yayasan.
Saat melintasi bangunan Taman Kanak-Kanak, mataku melihat sosok anak kecil yang sangat aku kenal. Ku tajamkan penglihatanku, ternyata benar, itu adalah Adam. Anak dari perempuan yang aku cintai.
Terlihat, Adam sedang celingukan seperti mencari seseorang. Gegas, ku parkirkan mobil dan berjalan menghampiri Adam.
"Assalamualaikum anak ganteng" ucapku.
"Waalaikumsalam, Om baik" jawab Adam sumringah.
"Adam lagi ngapain disini? Terus, sama siapa?" tanyaku pada Adam.
"Aku sekolah disini Om, nunggu jemput" jawab Adam.
"Oh, emang Adam di jemput sama siapa? Mama?"
"Gak, ama Abah Ujang"
"Oh, ya udah sambil nunggu Abah Ujang. Om temenin Adam ya. Kita beli es krim mau?" tanyaku lagi.
"Mau Om mau" jawab Adam dengan berjingkrak.
Ya Allah, senang sekali rasanya melihat anak dari orang yang kita cintai bahagia. Andai saja, aku bisa menjadi ayah sambung untuk Adam, aku akan merasa bahagia sekali. Rasa sayangku pada Adam sudah seperti anak sendiri, Adam juga bisa dibilang dekat denganku. Apalagi, Adam ssdari kecil tak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sendiri.
Beruntung, Tari dan Adam dikelilingi oleh orang-orang yang sayang pada mereka. Termasuk diriku, meskipun Cinta dan sayangku masih bertepuk sebelah tangan.
📍
Adam meminta es krim rasa coklat, memang anak ini senang sekali dengan makanan yang berbahan coklat, sama seperti Tari. Ah, Tari lagi. Memang, otakku ini sudah tak bisa lepas dari yang namanya Mentari Wijaya.
Andaikan aku punya kantong ajaib doraemon, pasti sudah aku minta alat agar orang yang aku cintai juga sama mencintaiku. Tapi, itu sangatlah mustahil.
"Om baik, ayo kita duduk disana"
Ucapan Adam membuyarkan lamunanku. Saking asiknya melamun tentang Tari, aku tak menyadari jika es krim milikku sudah sedikit mencair.
"Eh, iya. Boleh, ayo kita duduk disana sambil makan es krim, sekalian nunggu Abah Ujang jemput" jawabku sambil menggandeng tangan Adam.
Aku dan Adam pun duduk di bangku depan gerbang sekolah. Ku perhatikan Adam dengan seksama, wajah Adam menurun sekali pada Tari. Adam seperti Tari dalam versi laki-laki. Hanya saja alis dan matanya menurun pada Dimas. Ah, apa kabar laki-laki itu? Belakangan, yang aku tau laki-laki yang menyakiti Tari masih tidak ada perubahan sama sekali.
📍
"Adam suka es krimnya?" tanyaku pada Adam
"Suka Om, apa lagi ini rasa coklat" jawab Adam antusias.
Melihat Adam lahap sekali memakan es krim, hatiku ikut bahagia.
"Emm, Adam mau gak nanti jalan-jalan sama Om?"
"Waaah, mau banget Om. Pasti seru, apa lagi temen-temen Adam suka cerita kalau mereka suka jalan-jalan sama Papa mereka" jawab Adam.
Aku merasakan, ada rasa iri dalam hati Adam. Tapi, ntahlah. Wajah Adam seketika berubah sendu.
"Adam kenapa?" tanyaku lagi.
"Adam sedih Om. Adam juga ingin seperti yang teman-teman Adam yang bisa jalan-jalan sama Papa nya. Adam, Adam ingin seperti mereka Om" akhirnya, tangis Adam pecah juga.
Mendengar penuturan Adam, hatiku merasa sakit. Bagaimana tidak, aku tahu betul perjalanan hidup Adam. Sedari bayi, ia tak pernah merasakan kasih sayang ayahnya sendiri. Ayahnya, dulu sibuk dengan selingkuhannya sampai-sampai durhaka kepada orang tua.
Berbagai cobaan menghampiri Tari, untungnya, Tari termasuk wanita kuat. Dia mampu bertahan dengan cobaan dan ujian yang datang bertubi-tubi. Ini lah yang semakin membuatku menyukainya. Selain pemaaf, Tari juga wanita yang mandiri dan kuat.
Ku pelut tubuh Adam dengan erat, ku elus pucuk kepalanya. Ku berikan ciuman singkat di keningnya.
"Udah, jagoan Om gak boleh sedih ya. Disini kan ada Om. Om janji deh, setiap akhir pekan gimana kalau kita pergi jalan-jalan. Adam mau gak?"
Adam mulai menghapus air matanya.
"Mau Om mau, janji ya Om? Biar nanti Adam bisa cerita sama temen-temen Adam, kalau Adam juga bisa jalan-jalan" jawab Adam
"Janji dong, udah jangan nagis lagi. Tuh liat, es krimnya jadi mencair" ucapku sambil menunjuk es krim yang ada dalam wadah.
Adam pun kembali tersenyum, Alhamdulillah.
📍
Aku kembali memakan es krim bersama Adam sambil bercerita apa saja. Adam termasuk anak yang pandai dan ceria.
Beberapa kali, kami tertawa bersama, hingga mobil yang aku kenali berhenti tepat dihadapan kami. Kulihat, Tari tergopoh keluar dari dalam mobil, Masha Allah, calon makmum ku kenapa semakin cantik saja. Ingin rasanya aku menghampiri dan memeluknya. Astagfirullah, aku segera beristighfar. Dasar otak!
"Assalamualaikum anak Mama" ucap Tari.
"Waalaikumsalam" jawab kami serempak.
"Aduh, sayang maaf ya kamu nunggu lama ya? Maaf ya, Abah Ujang gak bisa jemput kamu soalnya lagi nganter kakek ke rumah sakit. Nah, Mama baru beres meeting" ucap Tari sambil mengusap kepala Adam.
"Assalamualaikum" ucapku di dekat telinga Tari.
"Eh, astagfirullah" ucap Tari kaget.
"Ish, masa jawab salamnya astagfirullah. Kek liat hantu aja" jawabku sedikit cemberut.
"Ha ha ha, waalaikumsalam Mas Darto. Maaf maaf, habisnya Mas ngagetin saya aja" ucap Tari.
"Ya lagian, saya dari tadi di kacangin aja. Martabak enak dikacangin, lah aku di kacangin? Rasanya seperti ingin mati saja"
"Ya Allah Mas, lebay nya mulai deh" jawab Tari.
"Tapi suka kan?" tanyaku, PD dikit boleh lah ya.
"Ish, apaan sih. Oh ya, Mas disini lagi ngapain?" tanya Tari.
Saat aku akan menjawab, Adam keburu berbicara menjawab pertanyaan Ibunya.
"Ma, Om baik tadi nemenin Adam disini. Adam dibeliin es krim coklat juga loh" jawab adam
"Masha allah, baik sekali ya Om ini. Udah bilang makasih belum sama Om nya?" tanya Tari pada adam.
"Makasih ya Om" ucap Adam padaku.
"Sama-sama anak ganteng. Apa sih yang nggak buat anak ganteng ini" jawabku sambil mengucek rambut Adam.
"Ya sudah Mas, makasih banyak ya udah nemenim Adam. Kami pamit ya Mas" ucap Tari.
Aku pun mengangguk.
"Anak ganteng, jangan lupa ya. Nanti akhir pekan" ucapku.
"Siap Om baik. Oh iya Ma, nanti akhir pekan Om baik ajak aku jalan-jalan. Boleh kan Ma?"
"Emmm, boleh si Dam. Tapi, maaf ya Mama gak bisa nemenin. Mama soalnya ada kerjaan" ucap Tari.
"Gak papa Ri, kamu udah izinin Adam pergi sama aku juga, aku udah makasih banget loh. Insha Allah, aku bakalan jagain Adam" jawabku.
"Iya Mas sama-sama. Ya sudah, kalau begitu kami permisi ya. Adam, ayo Salim dulu sama Om" ucap Tari.
Adam pun mencium tanganku takzim. Setelah pamit dan mengucap salam, Tari dan Adam pun pergi meninggalkan ku.
Baiklah, untuk sekarang. Tak dapat Tari, Adam pun jadi. Tapi, aku yakin suatu saat nanti, aku bisa jalan-jalan bertiga dengan Tari. Dan semoga saja, ketika itu terjadi, kami bertiga sudah menjadi sebuah keluarga yang bahagia.
Amiiinnnn (yok aminin sama-sama readerssss)
Bersambung...
Assalamualaikum semuanyaaa.
Alhamdulillah, Darto bisa up lagi ya. Maaf ya beberapa hari ini author gak Up. Soalnya lagi gak enak badan, badan meriang dan kepala cenat cenut.
Tapi, alhamdulillah akhirnya bisa up lagi. Walaupun kepala masih sedikit pusing. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan untuk kita semua yaaa. Apalagi di cuaca seperti ini. Di daerah author hampir setiap hari hujan. Kalau di daerah kalian gimana?
Dukung terus cerbung ini yaa, author berharap semoga kalian suka.
Terima kasih ♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
awesome moment
btoolll...blm tari, adampun jd. kn versi sachet
2025-04-26
0
Murni Bpn
Ta'Aamiin dulu ya,semoga jd kenyataannya.
2025-04-14
0