Mempermalukan Santi

Mentari Pov

Melihat kedekatan Adam dan Mas Darto, membuat hatiku sungguh terharu. Walaupun tadi aku sempat dilanda kekecewaan karena kejujuran Mas Darto, tapi tak menyulutkan niatku untuk mengarungi masa depan dengannya.

Status Mas Darto yang sama-sama pernah dikhianati pasangan, membuatku semakin yakin memilihnya. Aku berharap, ia tak akan menyakiti ku juga. Karena aku yakin, dia sangat mengerti bagaimana sakitnya di khianati oleh orang yang di cintai.

Egois rasanya jika aku tak bisa menerima masa lalu Mas Darto. Toh, Mas Darto sendiri bisa menerima masa laluku dan menerima Adam seperti anaknya sendiri. Lalu, apa lagi yang harus aku ragukan darinya? Untuk sekarang, aku hanya bisa berdoa dan berharap, semoga hubungan kami selalu di ridhoi oleh sang pemilik hidup ini.

"Sampai, ayo turun," ucap Mas Darto ketika sudah memarkirkan mobil. Dengan segera, Adam meminta turun. Tak sabar sepertinya dia untuk pergi ke toko buku.

"Sabar sayang, pelan-pelan nanti jatuh," ujar ku pada Adam.

Setelahnya, kami langsung pergi menuju ke toko buku. Memenuhi keinginan Adam yang ingin membeli beberapa buku cerita dan alat tulis.

Sampai di toko buku, ku bebaskan Adam untuk membeli apa saja yang ia inginkan. Adam termasuk anak yang suka membaca buku cerita. Alhamdulillah, di umurnya yang sekarang, Adam sudah fasih membaca dan berhitung.

"Adam mau alat gambar gak?" terdengar Mas Darto bertanya pada Adam.

"Mau Yah. Adam kan sekarang lagi seneng gambar," jawab Adam.

"Ya sudah, ambil yang Adam mau. Pilih yang paling Bagus juga boleh,"

"Yeeeaaay," Adam berteriak karena senang dengan ucapan Mas Darto.

"Ayah, Adam pengen satu set alat gambar ini. Boleh tidak Yah? Kalau tidak boleh juga tidak apa-apa," ujar Adam sambil menyodorkan satu set alat gambar yang lumayan besar. Ketika ku lihat bandrol harganya, seketika membuatku terkejut. Karena harga yang tertera lumayan mahal untuk ukuran satu set alat gambar.

"Boleh dong sayang. Ambil saja, ini hadiah buat anak Ayah pintar," jawab Mas Darto.

"Yeeeay, makasih Ayah," ucap Adam kegirangan.

"Mas, itu lumayan mahal loh. Beli yang biasa aja Mas," ucapku berbisik pada Mas Darto. Takut Adam mendengar ucapanku.

"Ish kamu yang. Gak papa, Mas seneng loh kalau Adam seneng. Lagian, kamu gak liat potensi Adam apa, dia loh pinter banget gambarnya Yang. Harusnya kita mendukung apa yang di sukai anak kita. Siapa tau nanti anak kita jadi pelukis terkenal," jawab Mas Darto.

Nyeeess!

Hatiku merasa sejuk ketika Mas Darto memgucap Adam adalah anak kita. Mas, sebegitu sayang kah kau kepada Adam? Padahal Adam bukanlah anak kandung mu. Terima kasih Mas, sudah menyanyangi anakku seperti anakumu sendiri. Batinku.

"Ya sudah, terima kasih banyak ya Mas," ucapku.

"Sama-sama sayang. Nanti coba kita les gambar untuk Adam ya kalau dia mau. Sayang bakatnya kalau tak terasah," ucapnya lagi. Aku pun hanya mengangguk tanda setuju.

Usai membeli apa yang Adam mau, kami pun memutuskan untuk pergi makan siang. Kebetulan sudah masuk waktu makan siang sekarang. Sengaja kami makan apa yang Adam ingin kan. Dan pilihan Adam jatuh pada restoran Jepang.

Mas Darto memesan beberapa makanan dan juga minuman untuk kami. Sambil menunggu pesanan, Mas Darto terlihat begitu asyik berbincang dengan Adam.

"Adam, mau gak les gambar?" tanya Mas Darto pada Adam.

"Mau Yah mau. Kebetulan dari kemarin-kemarin Adam memang kepingin les gambar," jawab Adam antusias. "Ma, boleh gak Adam les gambar?" tanya Adam padaku.

"Boleh sayang. Selama itu kegiatan positif. Mama akan selalu dukung Adam," jawabku sambil mengelus pipi bocah gembil itu.

"Nanti Ayah carikan tempat les yang Bagus buat Adam ya," ujar Mas Darto sambil mengelus rambut Adam. Sedangkan Adam hanya menanggapi dengan anggukan.

Setelah pesanan datang, kami pun makan dengan lahap.

🍀🍀🍀

Usai makan, Adam meminta main di area permainan anak. Ku izinkan karena Jaraknya tak jauh dari restoran tempat kami makan. Selain itu, dari sini juga masih bisa kami pantau kegiatan Adam.

"Yang, untuk undangan pernikahan apa sudah di list?" tanya Mas Darto padaku.

"Sudah Mas, tinggal yang punya Mas aja," jawabku.

"Oke, kirim ke Mas aja. Nanti Mas kasih ke percetakan,"

"Oke, nanti malam aku kirim lewat email aja ya Mas," ujarku lagi. Mas Darto pun hanya mengangguk.

Aku dan Mas Darto pun membahas persiapan pernikahan kami. Sambil sesekali mengawasi Adam bermain. Untuk konsep pernikahan aku meminta yang sederhana saja. Tak perlu mewah, apalagi bagi kami ini adalah pernikahan kedua kami. Aku ingin, acara pernikahan ini berlangsung sakral.

Saat tengah membicarakan persiapan pernikahan, kami di kejutkan dengan kedatangan wanita yang memeluk Mas Darto dari belakang.

"Mas sayang," ucap wanita itu dengan manja tanpa melepas pelukan di leher Mas Darto.

Deg!

Sakit hati? Cemburu? Tentu saja. Siapa yang tak marah bila calon suaminya di perlakukan seperti itu. Sungguh, saat ini dada ku tengah bergemuruh menahan amarah. Bisa-bisanya wanita itu berlaku tak baik di depan umum seperti ini.

Apa mungkin selama ini Mas Darto sudah memiliki wanita lain sebelum meminang diriku? Ya Allah, baru sekejap aku merasakan bahagia, kenapa kini malah nestapa yang kurasa. Sungguh, luka lama seperti menganga kembali melihat pemandangan di depanku ini.

Mataku sudah terhalang oleh kabut, dapat ku pastikan, sekejap saja aku berkedip, air mata ini akan tumpah ruah.

"Santi! Kau ini apa-apaan hah?" terdengar Mas Darto menghardik perempuan itu. 'Tunggu dulu, tadi Mas Darto memanggil wanita ini dengan sebutan Santi? Apa mungkin wanita ini adalah mantan istrinya yang ia ceritakan?' batinku.

"Kamu kenapa sih Mas. Aku kan kangen sama kamu. Aku juga tau kok, kalau kamu itu sebenarnya masih Cinta kan sama aku? Ayolah Mas mengaku saja. Dari dulu kan kamu itu Cinta mati sama aku," jawabnya jumawa. Cih! Dasar wanita murahan. Percaya diri sekali dia berbicara seperti itu.

"Ha ha ha, santi, santi. Kau kira aku masih belum move on darimu?" ujar Mas Darto. "Dengar Santi, sekarang kau bukan siapa-siapa aku lagi. Diantara kita sudah tidak ada hubungan apapun. Begitu pun di hatiku, nama mu telah lama mati disini," ucap Mas Darto penuh penekanan sambil menunjuk ke arah dadanya.

"Ya, dan asal kau tau Santi. Wanita inilah yang sekarang ada di hati dan hidupku," lanjut Mas Darto sambil merangkul tubuhku. "Dialah wanita yang aku cintai. Dialah calon ibu dari anak-anakku kelak. Dan kau, hanya masa lalu yang harus aku kubur dalam-dalam," ucap Mas Darto lagi.

Ada sedikit kelegaan ketika Mas Darto mengakuiku dan mengungkapkan perasaannya di hadapan sang mantan istri. Melihat sikap Mas Darto, aku yakin jika Mas Darto tulus mencintaiku.

"Tapi Mas, aku yakin bahwa kau masih sangat mencintaiku. Kau hanya menjadikan perempuan ini pelampiasan saja kan? Ayolah Mas, kita kembali bersama. Dan aku pastikan aku akan menjadi istri yang terbaik untukmu,"

Gila!

Dasar wanita tak tahu diri. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Oke, baiklah. Jika kau masih ingin mengganggu hubungan kami. Akan ku pastikan kau akan menyesal ulat bulu. Kau telah salah memilih lawan. Jangan berfikir aku ini wanita lemah yang bisa kau injak-injak. Akan ku pertahankan apa yang sudah menjadi milikku.

"Anda percaya diri sekali Mbak," kini aku berusaha menimpali omongan si ulat bulu ini. "Mbak tau dari mana kalau Mas Darto belum move on?" ujarku lagi.

"Wah, wah. Pelakor udah mulai berani bicara ini," jawabnya. "Haduh, haduh. Mbak kepala aja pake kerudung, tapi kok ya mau jalin hubungan sama laki orang," kini Santi mulai meninggikan suaranya.

Sontak saja itu membuat pengunjung lain menoleh ke arah kami. Dan alhasil, kami sekarang menjadi tontonan orang-orang.

"Mbak, malu dong sama kerudung. Pakaian aja kaya orang suci. Tapi kelakuan kok ya gitu sih. Mau sama laki saya," ujarnya lagi. Wah, wah sepertinya dia sedang ingin mempermalukan ku. Baiklah, lanjutkan saja dulu ulat bulu. Setelah itu, aku pastikan kau akan menyesali perbuatanmu pada diriku ini.

Kasak kusuk mulai terdengar dari beberapa pengunjung. Bahkan ada yang terang-terangan menghinaku. Sepertinya si ulat bulu ini sudah mampu menghasut beberapa orang disini.

"Mbak sudah koar-koarnya?" tanyaku pada Santi, ku tatap wajah dia dengan tatapan mencemooh. Sedangkan ia hanya menyunggingkan senyum. Dia kira mungkin dia sudah menang. Oh, tidak semudah itu ferguso.

"Mbak bilang kaya gitu apa gak kebalik? Terus sejak kapan laki-laki di samping saya ini masih berstatus suami mbaknya? Saya punya bukti loh kalau Mbak ini cuman mantannya Mas ini," ucapku santai. Tapi dapat ku lihat wajah Santi sekarang menahan amarah.

"Halah, omong kosong. Mana mungkin kamu punya buktinya. Orang jelas-jelas dia itu suami saya kok,"

"Oh ya? Terus ini apa ya?" ucapku sambil memutar suara rekaman Mas Darto yang menceritakan masa lalunya tadi. Entahlah, tadi saat Mas Darto bercerita rasanya aku ingin sekali merekamnya. Padahal aku tak memiliki tujuan apa-apa. Hanya ingin merekam saja. Tapi siapa sangka, jika rekaman itu sekarang malah berguna untukku.

Saat rekaman itu di putar, dapat ku lihat wajah Santi begitu merah padam. Rahangnya mengeras dan tangannya terkepal kuat. Pasti dia tak menyangka jika Mas Darto bisa membeberkan itu semua.

"Dan satu lagi, saya punya loh bukti-bukti perselingkuhan kamu dulu San. Mau saya tambahi?" kini Mas Darto ikut bicara. Dia sudah mengeluarkan ponselnya. Mengutak ngatik sebentar, hingga sebuah video terputar disana.

Aku dan beberapa pengunjung yang dapat melihat video itu sungguh sangat terkejut. Bagaimana tidak, itu adalah salah satu video asusila milik Santi dan pria yang di dalamnya bukanlah Mas Darto.

Wajah Santi semakin pucat ketika video itu diputar. Orang-orang yang tadi menghinaku kini malah berbalik menyerang Santi.

"Dasar wanita gila! Sok tersakiti. Padahal dia sendiri yang salah,"

"Mantan belum move on ya gitu,"

"Kasian sekali mantan suaminya. Pantas saja dia dibuang. Udah bener sih jadi mantan suaminya, buang aja perempuan murahan kaya gitu,"

"Wah, Mbak boleh dong saya booking,"

"Sejamnya berapa Mbak? Saya mau daftar,"

Itulah beberapa omongan orang-orang yang ku dengar. Mereka terus saja memojokkan Santi. Lihatlah, sekarang siapa yang malu? Niat ingin mempermalukan ku, malah sekarang dia sendiri yang malu. Miris sekali.

"Diam kaliaaaaan!" teriak Santi pada orang-orang itu. Dapat ku lihat dadanya naik turun.

"Kalian jangan senang dulu. Akan ku pastikan hubungan kalian akan hancur. Dan kau Mas, akan ku pastikan kau akan bertekuk lutut padaku lagi. Dan untukmu wanita pelakor, lihatlah hidupmu akan hancur ditanganku," ujar Santi penuh penekanan padaku dan juga Mas Darto.

"Uuuuhhh, takut," ucapku santai.

Mendengar ucapanku, Santi hanya mampu menatap tajam ke arahku. Dengan kasar, ia menabrak diriku dan pergi meninggalkan restoran ini. Untung saja Mas Darto sigap menahan bahuku, kalau tidak mungkin saja aku sudah terjerembab ke kursi.

Sorak dari para pengunjung memenuhi restoran ini. Santi, si ulat bulu. Rencananya ingin mempermalukan ku malah dia sendiri sekarang yang malu. Senjata makan tuan.

Tapi, aku masih terus harus waspada. Aku yakin Santi tidak akan menyerah begitu saja. Pasti dia akan kembali dengan seribu rencananya untuk memisahkan ku dengan Mas Darto.

Baiklah, akan ku pastikan dia akan menyesal jika bermain-main denganku. Tak akan ku biarkan dia merebut orang yang aku sayangi dan cintai. Kau telah salah mengibarkan bendera perang padaku, Santi.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!