5. Masih, Tentang Perasaan Mentari

Tak ku jawab ucapan Adam, karena memang, aku selalu kehabisan kata jika Adam sudah memintaku untuk menerima Mas Darto.

"Emm, Adam lapar tidak? Kita makan dulu yuk" ucapku pada Adam.

"Boleh Ma, Adam juga laper. Adam pengen makan ayam CFK ya Ma" jawab Adam antusias.

"Boleh dong, ya sudah sekarang kita kesana" ucapku.

Ku lakukan mobil ke gerai ayam CKF terdekat, tak membutuhkan waktu lama, akhirnya aku dan Adam masuk ke dalam gerai dan memesan beberapa makanan.

Usai pesananku siap, ku bawa nampan berisi makanan dan minuman ke meja yang telah Adam tempati.

"Silahkan pangeran, pesanannya sudah siap" ucapku sambil meletakkan nampan diatas meja.

"Terima kasih Mama" jawab Adam sambil tersenyum.

"Adam sudah cuci tangan belum?" tanyaku pada Adam.

"Udah dong Ma, liat tangan Adam udah bersih" jawab Adam sambil memperlihatkan tangannya yang sudah bersih padaku.

"Pinter, ayo makan. Jangan lupa, baca doa dulu"

Adam pun mengangguk. Ia kemudian menanggahkan kedua tangannya sambil membaca doa sebelum makan. Alhamdulillah, aku dikarunia anak seperti Adam. Adam adalah segalanya bagiku, dia separuh hidup dan jiwaku. Sebisa mungkin, aku akan berupaya untuk selalu membahagiakan Adam.

🍀🍀🍀🍀

Saat aku dan Adam makan bersama, ku lihat dari arah pintu gerai Aisyah, Radit dan juga anak mereka Zahra. Ku lambaikan tangan agar mereka ikut bergabung dengan ku.

"Assalamualaikum" ucap Aisyah dan Radit berbarengan.

"Waalaikumsalam" ucapku serempak dengan Adam.

"Wah, Om dan tante. Ada adek Zahra juga" ucap Adam senang.

"Wah, ponakan Om lagi makan apa nih? Kayaknya enak banget" ucap Radit sambil mengacak sedikit rambut Adam.

"Makan ayam dong Om. Sini tante. Duduknya deket Adam. Adam pengen maen sama Adek Zahra"

"Oke, duh kayanya cuman kangennya sama adek Zahra aja ya. Sama tante Ai gak kangen nih?" ucap Aisyah sambil duduk dekat Adam.

"Kangen juga dong Tan, ih adek Zahra lucu banget" ucap Adam sambil memegang tangan Zahra.

"Ya sudah, aku pesen dulu ya Bun. Bunda mau makan apa?" tanya Radit kepada Aisyah.

"Samain aja sama Ayah. Pesen cream soup juga ya buat Zahra" jawab Aisyah.

Radit pun mengangguk. Setelah Radit pergi memesan makanan. Aku dan Aisyah kembali melanjutkan obrolan.

"Kalian dari mana Ai?" tanyaku pada Aisyah.

"Kami dari rumah sakit Ri"

"Ya Allah, siapa yang sakit Ai? Zahra?" ucapku sedikit panik.

"No. Bukan memeriksakan yang sakit. Tapi, meriksain adeknya Zahra" jawab Aisyah sambil terkekeh.

"Ya Allah, jadi, kamu lagi hamil lagi Ai? Alhamdulillah. Barakallah Ai, akhirnya aku bakalan nambah ponakan" ucapku senang.

"Wah, adek Zahra mau punya adik lagi ya Tan? Yeeey Adam bakalan punya adik bayi lagi" ucap adam tak kalah senang.

"Iya Adam sayang, nanti Kakak Adam sama Adek Zahra bakalan punya Adik bayi lagi" jawab Aisyah.

"Sehat-sehat ya bumil. Semoga lancar sampai nanti melahirkan. Amin" ucapku.

"Amin" jawab Aisyah.

Tak lama, Radit pun kembali dengan nampan berisi pesanan mereka. Kami pun akhirnya melanjutkan acara makan sambil sesekali mengobrol. Usai makan, Radit mengajak Adam dan juga Zahra main di area permainan yang ada di dalam gerai CFK ini.

Aku dan Aisyah tersenyum senang melihat itu, aku bersyukur walau pun Adam tak merasakan kasih sayang dari Ayah kandungnya, ia masih merasakan kasih sayang yang tulus dari Om nya yaitu Radit. Dan juga, dari Mas Darto.

🍀🍀🍀🍀

"Alhamdulillah ya Ri, anak-anak kelihatan happy banget" ucap Aisyah.

"Ya Ai, aku bersyukur. Walaupun Adam tak pernah merasakan kasih sayang ayahnya, tapi Radit mampu menyayangi Adam seperti anaknya. Terima kasih Ai, karena kamu tak membatasi Radit" jawabku.

"Apa sih Ri, malahan jika Radit tak menyayangi Adam, akan ku pites dia jadi perkedel. Kau tau Ri, aku juga sudah menganggap Adam seperti anakku"

"Terima kasih Ai, aku tau dilubuk hati anak itu sepertinya dia sangat merindukan sosok laki-laki bergelar ayah. Namun, aku bisa apa? Sedangkan ayah kandungnya saja masih terbelenggu dengan ketidak warasannya"

"Sabar Ri, Insha Allah, kamu akan mendapatkan pendamping yang bisa menyayangi kamu dan Adam. Oh ya, bukankah Mas Darto sudah menyatakan perasaannya padamu?" tanya Aisyah padaku.

"Sudah, bahkan tak terhitung sudah berapa kali ia memintaku untuk menjadi istrinya. Namun, aku masih belum siap" jawabku.

"Tari, kau harus bisa bangkit dari masa lalu. Jangan kukung dirimu dalam luka lama. Jangan pula terbelenggu dengan bayang-bayang masa lalu. Cobalah berdamai dengan rasa sakit di hatimu itu. Jangan jadikan, masa lalu menjadi penghambat dirimu untuk melangkah ke masa depan"

"Tapi Ai, aku masih takut untuk melabuhkan hatiku pada lelaki lain. Aku takut menambah luka di dalam hatiku ini"

"Ri, jangan sama ratakan semua laki-laki seperti Dimas. Lihatlah, pengorbanan Mas Darto selama ini untukmu. Aku bisa melihat ketulusan dari matanya. Sekarang, aku ingin kau jawab jujur pertanyaanku ini. Jawablah sejujur-jujurnya" ucap Aisyah penuh penekanan.

Aku pun hanya bisa mengangguk, merasa terintimidasi dengan ucapan Aisyah.

"Kau mencintai Mas Darto bukan? Kau juga sebenarnya sayang pada Mas darto kan?" tanya Aisyah padaku.

Deg!

Hatiku seolah beku saat mendengar pertanyaan dari Aisyah. Bibirku kelu untuk berbicara.

"Emmm, i itu itu" jawabku terbata.

Huffttt, ku hembuskan nafas panjang untuk mengatur ritme detak jantungku.

"Aku tak tau pasti Ai, bagaimana perasaanku yang sebenarnya pada Mas Darto. Sudah ku bilang, aku masih terlalu takut untuk melabuhkan hatiku pada pria lain. Tapi, memang aku akui, ada setitik rasa ingin memiliki Mas Darto dalam hatiku. Tapi, rasa takutku mengalahkan itu" akhirnya, kalimat itulah yang mampu meluncur dari mulutku.

"Buang semua kenangan dan rasa sakit dari masa lalu mu Ri. Lihatlah, Adam masih butuh sosok seorang ayah. Dan aku yakin, Adam pun ingin melihat Ibunya memiliki seorang pendamping yang mampu menyayangi kamu dan Adam" ucap Aisyah sambil memegang tanganku.

"Shalat istikharah lah. Minta petunjuk pada Allah. Semoga kamu diberi ketetapan hati" lanjut Aisyah lagi.

"Insha Allah, aku akan lakukan nasihatmu Ai. Terima kasih, kau selalu bisa menjadi pendengar keluh kesahku. Ku doakan, semoga rumah tanggamu selalu sakinah mawaddah warahmah. Saling mencintai dan menyayangi sampai tua"

"Amin, ku doakan juga. Semoga secepatnya Allah berikan pendamping hidup yang Setia dan bisa menyayangi kamu dan Adam apa adanya"

"Amin" jawabku.

🍀🍀🍀🍀

Setelah puas berbincang dengan Aisyah. Ku lihat Radit dan anak-anak sudah berjalan menghampiri kami. Terlihat sekali di wajah Adam kebahagian. Mungkin, dia senang sekali bisa bermain dengan Zahra dan juga Radit.

"Anak-anak, Masha Allah aktif sekali. Aku loh Bun sampai kewalahan ini ngasuh anak dua" keluh Radit sambil memberikan Zahra pada Aisyah.

"Lah, baru dua Dit. Noh, nanti nambah satu lagi" ucapku.

"Eh iya, nanti utun lahir nambah satu. Belum lagi nanti adeknya Adam. Duh, anakku makin banyak aja" jawab Radit.

"Ya elah Dit, ngomongin adeknya Adam. Gue aja nikah belom" ucapku sambil mencebikkan mulut.

"Aduuuh, noh udah ada depan mata lu Ri. Tapi Lu malah gantungin. Kek jemuran aja"

Ya, semenjak Radit tak bekerja padaku. Bahasaku padanya sudah tak seformal dulu. Sekarang, kami malah terbiasa berbicara dengan bahasa santai.

"Hati gue nih, masih dilema"

"Aelah, kek ABG aje lu Ri. Bun, sepertinya si Tari perlu di rukiyah. Siapa tau udah di rukiyah noh mata hati sama mata batinnya di bukakan"

"Sialan lu Dit"

Radit hanya terkekeh mendengar ucapanku.

"Udah Yah, kebiasaan deh ngiseingin Tari. Kita do'akan saja, semoga secepatnya Tari bisa membuka hatinya untuk lelaki lain" jawab Aisyah.

Ah, Ai kau memang wanita yang bijak.

"Ammiiinnnnn" jawab Radit sedikit berteriak.

Ku sumpal mulut Radit dengan botol minuman karena berisik dan malu dilihat oleh orang-orang.

"Berisik lu, ini di kota bukan di hutan ya" ucapku.

Aisyah pun tertawa terbahak melihat ekspresi kesal sang suami. Akhirnya, kami pun memutuskan untuk pulang. Sampai di parkiran, aku berpamitan pada Aisyah dan juga Radit.

Mereka berjanji, akhir pekan ini akan datang berkunjung ke rumahku. Katanya ingin menengok ayah.

🍀🍀🍀

Masuk ke dalam mobil, gegas ku hidupkan mesin mobil dan berjalan menuju ke rumah. Ku lihat, Adam ternyata sudah tertidur pulas. Sepertinya dia kelelahan setelah tadi bermain bersama Zahra dan Radit.

Ku elua sekilas pipi gembilnya. Mengucap kata maaf di dalam hati kepada anakku ini. Karena, aku masih belum bisa mengabulkan permintaanya dan juga membahagiakannya.

Aku jadi teringat dengan obrolanku tadi bersama dengan Aisyah. Memang, tak dapat ku pungkiri dalam lubuk hatiku, aku juga mencintai Mas Darto. Mungkinkah, ini sudah saatnya aku mencoba membuka hatiku untuknya?

Ah, pusing juga ternyata memikirkan ini. Baiklah, ada baiknya aku shalat istikharah dahulu, meminta petunjuk pada Allah, langkah baik apa yang harusnya aku lakukan sebelum memutuskan semuanya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Murni Bpn

Murni Bpn

Alhamdulillah..trima aja Tari demi ankmu.jgn lm2mikir nnt kau nyesal setelah Darto pergi jauh dr mu

2025-04-14

0

awesome moment

awesome moment

btoolll. pemilik hidup tu g pernah salah

2025-04-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!