Darto Pov
Senyum dan senandung kecil tak lepas dari wajah dan bibirku. Betapa bahagianya hati ini, aku tak menyangka, jika hari ini Tari menerima pinanganku. Tak sia-sia rasanya, Cinta yang ku perjuangkan hampir 4 tahun bisa terbalas juga.
Tak menunggu lama, aku segera pulang dan ingin memberitahukan rencanaku pada Papa. Malam ini juga aku akan melamar Tari. Tak ingin menyia-nyia kan waktu lagi, pokoknya aku harus gerak cepat.
Untuk masalah cincin, akan ku hubungi toko berlian langganan almarhumah Mama. Untung saja aku mempunyai kontak mereka, sehingga memudahkan ku untuk memesan pada mereka tanpa harus aku mendatangi toko.
Ku minta cincin berlian dengan kualitas grade A, tentu saja yang designnya elegan dan mewah. Untuk harga aku tak mempermasalahkan, Tari adalah perempuan teristimewa dalam hidupku, jadi aku pun akan memberikan yang teristimewa untuknya.
🍀🍀🍀
Sampai di rumah, bergegas ku temui Papa yang kebetulan sedang berada di halaman belakang.
"Assalamualaikum Pa, Papa," ucapku setengah berteriak.
"Waalaikumsalam. Duh kenapa sih kamu teriak-teriak To,"
"Aduh, maaf Pa. Abisnya ini penting banget,"
"Masalah?" tanya Papa padaku.
Lalu ku ceritakan semuanya pada Papa dan rencanaku malam ini. Mendengar penuturanku, mata Papa malah melotot seketika.
"Walah, dasar bocah wong edan! Mau lamar anak orang kok yo ngedadak banget. Kita itu belum mempersiapkan apa-apa, kamu itu jadi laki jangan bikin malu! Masa mau minta anak orang tanpa persiapan apa-apa," ucap Papa sambil menimpuk kepalaku dengan majalah.
"Awww, ish kejamnye. Mangkannya Papa dengerin dulu omongan ku sampai selesai, bukannya main potong aja. Kan kan jadinya salah alamat," ucapku sambil mengelus kepala yang terkena timpukan Indah dari Papa.
"Salah paham To," jawab Papa sambil mencebik.
"Iya, itulah pokoknya Pa. Papa gak usah khawatir, Darto sudah mempersiapkan semuanya dibantu oleh beberapa anak buah Darto dulu. Pokoknya, habis isya nanti kita tinggal cus kesana, Darto tinggal ngabarin bulek Siti sama Pakde Enjang aja Pa,"
"Yowes kalau gitu. Cepet kabarin Bulek dan Pakde mu itu. Telfon disini saja,"
"Baik, ayahanda," ucapku sembari menunduk hormat.
"Bocah edyan," gerutu Papa.
Aku hanya terkekeh mendengar gerutuan Papa. Segera ku hubungi adik dari Papa itu, keluarga kami yang dekat hanya adik satu-satunya Papa ini. Sedangkan Mama adalah anak sulung. Kakek dan nenek dari Mama pun sudah lama meninggal dunia.
Sedangkan saudara Papa yang lain sudah berpencar, dan jaraknya juga jauh. Jadi, hanya adik Papa inilah yang rumahnya berdekatan dengan kami.
Setelah sambungan telfon diangkat, segera ku utarakan semuanya pada Bulek. Dan alhamdulillah, mereka menyanggupi untuk ikut dan akan datang ke rumah ba'da maghrib nanti. Ya walaupun respon pertama mereka sama seperti Papa dan aku mendapat sedikit omelan, tapi tak apalah.
Usai menelfon Bulek, segera ku telfon beberapa mantan anak buahku untuk membantu mempersiapkan acara lamaran malam ini. Alhamdulillah, meski mereka bukan anak buahku lagi tapi kesiapan mereka jika aku membutuhkan bantuan patut diacungi jempol.
🍀🍀🍀
Malam hari...
Semua hantaran untuk Tari sudah tersusun rapi di mobil milikku. Batik Bali yang di padu padankan dengan celana bahan model pres melekat di tubuhku malam ini, tak lupa ku pandangi penampilanku lagi malam ini di depan cermin. Takut ada yang tertinggal dan terlihat tak menawan.
Beberapa kali ku sisir rambutku, berputar di depan cermin untuk memastikan kembali penampilanku malam ini.
"Walah, rupanya masih disini kamu To," ucap Bulek dari balik pintu.
"He he iya bulek," jawabku sedikit malu.
"Wes, buruan. Yang lain udah pada siap itu. Ponakan bulek dah cakep gini," ucap bulek sambil menciumi pipiku.
"Ish bulek, aku bukan anak kecil lagi ya," ucapku sambil memalingkan muka. Kebiasaan memang, kalau bertemu pasti seperti ini.
"Ha ha, bagi bulek kamu tuh ponakan bulek yang masih kecil. Bulek seneng akhirnya kamu menemukan lagi jodohmu le,"
"Iya bulek, alhamdulillah. Semoga saja ini jodoh dunia akhirat ku ya bulek, aku ingin pernikahan ku yang sekarang langgeng sampai hanya maut yang memisahkan,"
"Amin amin le, doa bulek selalu menyertai mu. Pasti, Mama mu juga seneng liat anak lanangnya sekarang sudah menemukan tambatan hatinya," ucap bulek sambil mengelus lenganku.
Tiba-tiba ada yang menusuk dalam hati ini, ya bulek benar, andai saja Mama masih ada mungkin beliau yang paling antusias. Semenjak perpisahanku dengan Melisa, mama memang selalu memintaku kembali untuk membina rumah tangga karena sudah merindukan sosok seorang cucu. Tapi, qodarullah takdir Mama malah lebih dulu meninggalkan kami sebelum sempat permintaannya aku kabulkan.
"Wes, sekarang kita keluar. Berangkat sekarang ahar lebih baik," ucap bulek membuyarkan lamunanku. Dan aku pun hanya menanggapi dengan anggukan saja.
🍀🍀🍀
Sampai di rumah Tari, kami sekeluarga disambut dengan hangat. Ada beberapa tetangga, Radit dan Aisyah juga. Setelah dipersilahkan masuk, mataku mencari sosok Tari. Tapi tak ku temukan dimana keberadaan wanita spesialku itu.
"Bidadari lu masih dikamarnya keleus. Dah, tu mata jangan jelalatan," bisik Radit di telingaku.
Allahu akbar, Radit semprul!
"Heh, lu ngagetin gue aja!" bisikku pada Radit.
"Lagian itu mata jelalatan aja lu. Dah cepet duduk, gak capek apa lu berdiri terus,"
"Iya-iya," jawabku sambil duduk di samping Papa.
Lagian, si Radit kapan berdiri di belakang tubuhku. Perasaan tadi ku lihat ia masih berdiri di samping Om Handoko. Dasar, Radit demit! Gerutuku dalam hati.
Tak lama kemudian, Tari di apit oleh Bik Ijah dan Aisyah berjalan ke arah kami. Sungguh, mataku tak bisa berkedip memandang Tari. Dia begitu anggun Dengan balutan kebaya berwarna peach. Dandan sederhana menghiasi wajah cantiknya. Masha Allah, calon istriku.
"Biasa aja woy liatinnya. Lama-lama copot juga tuh mata lu," ujar Radit lagi tepat di samping telingaku. Allahu Akbar, si Radit demit. Kalau ngomong suka ngangetin. Untung saja hatiku buatan Allah, kalo buatan manusia sudah rusak!. Sedangkan Papa, kulihat ia malah terkikik melihatku melotot ke arah Radit.
🍀🍀🍀🍀
Dengan mengucap Bismillah, akhirnya acara lamaranku berjalan lancar. Tari menerima pinangan ku. Dan kami berencana menikah dua bulan lagi. Usai acara selesai, ku lihat ayah dan papa sudah mulai akrab dan sedang berbincang hangat. Sedangkan para wanita sedang asyik mengerumuni Adam. Terlihat Bude dan Alya, anak bungsu Bude yang duduk di bangku SMA begitu antusias berbincang dengan Adam.
Aku? Tentu saja setia ditemani oleh si Radit. Kami berbincang ringan membahasa apa saja yang menurutku sebenarnya tidak berfaedah. Kadang saat Radit berbicara, aku tak begitu menanggapinya. Malah aku dan Tari berusaha mencuri-curi pandang.
Ya Allah, aku masih tak menyangka. Jika akhirnya wanita yang ku perjuangkan bertahun-tahun kini mau menerimaku. Wanita yang kedepannya akan menemani hari-hariku. Aku berjanji, akan selalu membahagiakannya. Ya Allah, aku mohon semoga ini menjadi awal yang baik untukku, Tari, dan juga Adam.
Bersambung...
Nah, Darto udah dapetin Tari nih. Udah bahagiakah mereka? Oh, tidak semudah itu ferguso. Perjuangan cinta mereka bakalan masih di uji loh. Apalagi di ujinya dari orang masa lalu . Wah bisa gak ya Tari sama Darto menghadapi semua ujian yang menghampiri hubungan mereka? Yuk stay tune .
Assalamualaikum semuanya ...
Masih adakah yang Sudi membaca cerbung ini? Kalau ada, author ucapin terima kasih banyak. Maaf banget author Hiatus sangat2 lama. Soalnya sekarang sibuk urusin anak dan juga kondisi badan yang lagi ririwit kalau kata orang Sunda mah.
Pengennya bisa setiap hari up bab baru. Tapi kadang realiata tak sesuai ekspetasi. Sekali lagi maaf ya.
Author minta tolong bantu Tamrin lagi ya cerbung ini. Insha Allah, diusahakan bisa up tiap hari sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Lina aja
lanjut terus thor....q masih dukung
2023-02-08
0
Ummi Sulastri Berliana Tobing
semoga lancar sampai hari H nya 🥰🥰🥰
aku masih setia di sni menunggu mu Thor
sehat slalu ya ☺️☺️☺️
2022-08-20
0