Aku sangat senang melihat ekspresi wanita ini. Mukanya semakin merah padam. Dapat ku lihat tangannya mengepal kuat. Mungkin dia kesal karena perlakuan ku yang seperti itu.
Tak menunggu waktu lama, ia kemudian menyambar tas yang terletak di atas meja dan meninggalkan restoran ini begitu saja. Dasar!
"Pak, Ibu tadi belum bayar," ucap pegawai ku.
"Biarkan saja. Hitung-hitung sodakoh kepada orang yang tidak mampu," jawabku sambil tersenyum kecil. Pegawai yang mendengar jawabanku terlihat bingung. Mungkin dia berfikir bagaimana bisa wanita tadi di sebut orang tak mampu sedangkan penampilannya saja bak ibu-ibu sosialita.
🍀🍀🍀
Setelah di rasa beres, aku kembali ke ruangan ku. Melanjutkan kembali pekerjaan yang sempat tertunda akibat insiden tadi. Niat hati ingin cepat menyelesaikan tugas agar dapat memilih WO, kini pekerjaan ku malah molor akibat kejadian absurd yang dilakukan oleh mantan istriku.
Membuka pintu ruangan, Adam masih terlihat anteng dengan mainan yang sengaja Tari bawa dari rumah.
"Tadi ada apa Mas?" Tanya Tari padaku.
"Biasa, salah paham aja sayang. Tapi udah beres kok," jawabku sambil berjalan menuju meja kerja. Tari pun hanya mengangguk mendengar ucapanku.
"Maaf ya Dek, Mas jadi belum selesai ini kerjaannya gara-gara masalah barusan,"
"Memangnya masalah apa Mas?"
Lalu ku ceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Tari. Kejadian tadi yang di alami oleh pegawaiku.
"Syukurlah kalau semuanya sudah beres Mas," ujar Tari setelah selesai mendengarkan ceritaku. "Oh iya Mas, aku sudah nemuin WO yang bagus. Kebetulan kantornya gak jauh dari sini loh Mas. Insha Allah mereka amanah dan bisa diandalkan. Melihat testimoninya banyak yang puas dengan kinerja mereka loh Mas," sambung Tari menjelaskan padaku.
"Wah, boleh. Ya sudah Mas bereskan dulu kerjaan Mas. Nanti kita kesana ya buat survey. Kalau sayang merasa cocok, kita pakai jasa mereka," jawabku.
"Oke Mas,"
Segera ku selesaikan pekerjaan ku. Agar kami bisa segera mendatangi WO yang di maksud Tari. Bismillah, semoga niat baik kami diberi kelancaran dan keridhoan oleh Allah.
Aku berharap, ini adalah pernikahanku yang terakhir. Aku ingin Tari lah yang menjadi jodoh dunia akhiratku. Sama-sama pernah gagal dalam membina rumah tangga, semoga saja pengalaman bisa mengajarkan kami berdua tentang arti sebuah kesetiaan dan kejujuran dalam hubungan.
Enam tahun lalu, aku juga menyematkan yang harapan sama pada Santi mantan istriku. Berharap Santi adalah jodoh terbaikku. Banyak harapan dan angan yang ku impikan bersamanya. Namun takdir tak mendukung semua itu. Santi yang ku harap adalah pilihan terbaikku, malah kenyataannya orang yang menolehkan luka yang begitu dalam di hati dan hidupku ini.
Memang, manusia seperti kita hanya bisa berharap. Namun kembali lagi, semua keputusan terbaik ada di tangan Allah SWT. Maka sekarang, aku kembali meminta kepada sang pemilik hati. Agar Tari lah jodoh terakhirku. Jodoh yang mampu menemaniku hingga tua nanti.
🍀🍀🍀
Setelah makan siang. Aku, Tari dan Adam kemudian pergi menuju kantor WO yang sudah dipilih Tari. Kebetulan jarak dari restoran ku tak terlalu jauh. Hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit, kami sampai di kantor WO yang dipilih Tari.
Memasuki gedung kantor, kami di sambut hangat oleh resepsionis disana. Lalu kami mulai mengutarakan niat kami datang kesini. Lalu kami di antarkan ke ruangan pemilik WO agar kami leluasa bertanya .
Setelah bertemu dengan pemilik WO, kami langsung menjelaskan konsep pernikahan seperti apa yang kami inginkan. Dan dengan telaten dan sabar, mereka mulai menjelaskan satu persatu. Dapat ku lihat, Tari begitu antusias mendengar penjelasan dari pihak WO. Beberapa kali juga Tari mengutarakan pertanyaan dan dengan sabar pihak WO menjelaskan secara detail.
Hampir satu jam kami berbincang, akhirnya aku dan Tari sepakat akan menggunakan jasa WO tersebut. Dan besok kami akan mulai mempersiapkan pernikahan kami. Aku meminta pihak WO untuk datang ke restoran besok siang. Alhamdulillah, satu langkah sudah dapat aku dan Tari lalui dengan lancar.
🍀🍀🍀
Keesokan harinya, sesuai rencana, pihak WO datang ketika jam makan siang. Ku persilahkan mereka untuk menempati salah satu saung lesehan sambil mencicipi hidangan yang telah aku persiapkan.
Sedangkan Tari, masih di jalan katanya. Sambil menunggu Tari, aku melihat beberapa katalog pernikahan yang pihak WO bawa. Disana semuanya lengkap. Harga pun sudah tertera disana. Jadi kami tinggal memilih akan menggunakan yang mana.
"Assalamualaikum, maaf menunggu lama ya," ucap Tari saat sampai disini.
"Waalaikumsalam, Gak papa yang. Pihak WO juga baru datang. Mas suruh mereka makan dulu," jawabku. Tari pun hanya mengangguk.
"Kamu mau makan sekarang?"
"Gak Mas. Nanti saja,"
Setelah pihak WO selesai makan. Kami mulai membahas rencana dan konsep pernikahan kami. Aku dan Tari menyerahkan semuanya kepada pihak WO. Kecuali untuk catering, itu akan di handle oleh restoran ku.
Selesai urusan dengan WO, mereka pun pamit undur diri. Sedangkan Tari pamit kembali ke kantor. Karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan.
🍀🍀🍀
Malam hari, seperti biasa aku akan menghabiskan waktu dengan Papa. Membahas perkembangan restoran dan di lanjut dengan membahas hal apa saja. Semenjak kepergian Mama, Papa menjadi pribadi yang murung. Sering aku mendapati Papa menangis sambil memeluk foto Mama.
Sungguh, aku iri dengan cinta yang mereka miliki. Kadang aku malu pada diriku sendiri. Karena tak bisa membangun rumah tangga seperti mereka. Padahal jika di ingat, Papa dan Mama termasuk mertua yang baik. Mereka memperlakukan Santi seperti anak mereka sendiri. Tapi bagi Santi memiliki suami yang setia dan mertua yang baik mungkin tak berarti apa-apa jika dibanding dengan harta.
Hah, jika mengingat masa lalu, hati ini kembali merasa terkoyak lagi. Sudahlah, harusnya masa lalu ku kubur saja dalam-dalam. Tak perlu lagi di ingat, apalagi mengingat orang seperti Santi.
"Bagaimana persiapan pernikahanmu?" Tanya Papa padaku.
"Alhamdulillah, sudah mulai aku siapkan Pa. Mohon doa saja semoga semuanya di beri kelancaran,"
"Amin. Semoga ini pernikahan terakhir kamu. Papa hanya bisa memberikan doa yang terbaik. Akhir pekan nanti, ajak lah Tari kesini bersama cucu Papa. Papa ingin mengenal lebih dalam lagi," ujar Papa.
"Siap laksanakan komandan," jawabku. Mendengar itu Papa hanya mencebik. Sedangkan aku hanya terkekeh melihat tingkah Papa.
"Papa mau istirahat. Kamu jangan tidur terlalu malam. Calon manten harus jaga kesehatan," ucap Papa lagi. Aku pun hanya mengangguk.
Segera ku dorong kursi roda Papa menuju kamar. Setelah memastikan Papa tidur, aku pun pergi meninggalkan kamar Papa. Baru saja akan masuk ke dalam kamar, Mbok Yem datang tergopoh menghampiriku.
"Kenapa Mbok?" Tanyaku.
"Emmm, itu Den, anu. Ada yang mau ketemu Aden," jawab Mbok Yem gugup.
"Siapa Mbok?"
"I-itu den. Non Santi," ucap Mbok Yem lirih.
Santi? Untuk apa dia kesini? Memang ini baru pukul 8 malam. Tapi, untuk apa dia kesini. Menganggu orang saja. Dengan langkah malas aku menemui Santi yang kata Mbok Yem sudah menunggu di ruang tamu.
Melihat kedantangan ku, Santi langsung berdiri sambil membetulkan pakaian minimnya. Ya Tuhan, dia seperti wanita tunasusila saja berpakaian seperti itu. Bercerai dariku bukannya menjadi pribadi lebih baik, malah kelakuannya semakin menjadi. Kenapa juga dulu aku bisa memilih wanita seperti ini menjadi istriku.
"Mas," ucap Santi manja. Sedangkan aku yang mendengar itu rasanya ingin muntah.
"Untuk apa kau datang ke rumahku San?" Tanyaku langsung to the point.
"Aku ingin minta maaf Mas,"
"Aku sudah memaafkan mu. Jika tak ada urusan lagi, silahkan kau boleh pulang. Aku ingin istirahat," ujarku lagi. Sungguh, aku sudah tak ingin berurusan lagi dengannya sekarang dan juga nanti.
"Mas, aku mohon maafkan aku. Ternyata setelah berpisah darimu bukan kebahagian yang aku dapat. Malah derita yang ku terima. Lelaki itu mencampakkan ku Mas, dia-dia lebih memilih wanita yang lebih cantik dan juga kaya. Aku menyesal Mas," ucap Santi sambil tergugu.
Cih, sudah tau aku pemilik restoran sukses saja dia berlagak seperti ini. Aku tau sifat dia seperti apa. Jika dia belum mengetahui siapa aku yang sebenarnya, sudah ku pastikan dia tak mau seperti ini. Jangan anggap aku bodoh lagi Santi, karena aku tak ingin jatuh di lubang yang sama.
"Mas, aku mohon terima aku lagi Mas. Aku masih mencintai kamu," ujarnya lagi masih tergugu. Namun hal yang tak terduga justru ia lakukan. Tanpa persiapan, tubuh Santi langsung memeluk tubuhku dengan erat. Aku yang tak siap hanya bisa terpana dengan kelakuan Santi ini. Jujur saja aku kaget luar biasa.
Praaangg
Terdengar suara benda pecah belah jatuh begitu nyaring. Langsung ku arahkan pandangan ini ke arah pintu. Ya tuhaaaan, sepertinya masalah akan segera menghampiriku ketika melihat siapa yang datang.
"M-mas" ...
Bersambung...
Ayooo, siapa ya kira-kira yang datang ke rumah Darto. Heeem ulat bulu sudah mulai beraksi nih. Gimana ya cara Tari menghadapi ulat bulu gatal itu. Yuuk ikuti terus cerita mereka.
Stay tune yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Sari
Tari jangan dibikin menye2,bodoh ya thor..yg tangguh ,smart, gak gampang dihasut..bagus itu
2022-08-24
0