Darto POV
Acara lamaran semalam berakhir pukul 22.00 wib. Bude dan keluarga sengaja menginap disini. Mumpung libur sekolah juga katanya. Apalagi Alya ingin berlibur disini dan mengunjungi beberapa tempat wisata. Aku senang saja, jadi dengan begitu Papa menjadi ada temannya.
Seperti hari ini, Bude berencana ingin jalan-jalan ke Seaword mengajak Papa. Tentu saja aku izinkan, tapi aku tak bisa ikut dikarenakan masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Selain itu aku sudah memiliki janji dengan Tari untuk memilih WO yang akan digunakan nantinya.
🍀🍀🍀
Melakukan mobil ke rumah Tari, hari ini aku berjanji akan mengajak Tari dan Adam ke restoran milik Papa.
Memasuki pekarangan rumah Tari, kulihat Adam sudah siap dan duduk di teras sambil memainkan mobil mainannya.
"Adaaam," teriakku saat sudah turun dari mobil. Bocah gembil itu langsung berlari ke arahku setelah mendengar suaraku. Ku angkat tubuhnya ke dalam gendongan, menghujani wajahnya dengan ciuman.
"Om, sudah. Adam geli," ucapnya sambil menjauhkan muka yang ku ciumi. Aku hanya terkikik geli melihat tingkah Adam.
"Mas, sudah datang," terdengar suara Tari menyapaku. Sontak aku dan Adam mengalihkan perhatian pada Tari.
"Iya Dek. Mas baru sampai. Bagaimana, sudah siap?" Tanyaku pada Tari.
"Sudah Mas, berangkat sekarang?"
"Iya, biar kerjaan Mas cepat selesai. Jadi kita bisa cepet milih WO," Jawabku. Tari pun hanya mengangguk. Setelah berpamitan pada calon Ayah mertua, segera ku bawa Tari dan Adam menuju restoran.
🍀🍀🍀
Sampai di restoran, ku ajak Adam dan Tari ke ruangan ku. Tak lupa aku meminta pegawai untuk membawakan beberapa cemilan dan juga minuman untuk kami.
"Wah, ruang kerja Om luas ya," ujar Adam sambil melihat ke sekeliling ruangan ku. Aku yang melihat itu hanya bisa tersenyum simpul.
"Iya dong. Nanti Adam bisa sering kesini nemenin Om. Nanti Om sediain mainan disini buat Adam," ucapku sambil mengelus kepala Adam.
"Jangan gitulah Mas. Nanti kebiasaan," Tari protes saat aku berucap seperti itu.
"Ya gak papa. Buat anak apa sih yang enggak," jawabku santai.
"Wah, jadi bener ya Ma yang di bilang Nek Ijah. Kalau Mama sama Om mau menikah? Itu artinya Adam bakalan punya Ayah kan Ma?"
Mendengar itu, Tari hanya mengangguk sambil tersenyum ke arah Adam. Dapat ku lihat binar di mata anak itu. Sepertinya Adam bahagia mendengar berita itu.
"Yeeeay, Adam bakalan punya Ayah. Jadi, sekarang Adam boleh kan manggil Om dengan sebutan Ayah?" Tanya Adam padaku.
"Boleh dong sayang. Sekarang, Adam manggil Om Ayah ya,"
"Yeeeay, makasih Ayah," ujar Adam sambil memeluk diriku. Ya Allah, aku bahagia sekali mendapat perlakuan seperti ini. Aku mohon jangan ambil bahagiaku ini.
🍀🍀🍀
Sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan. Dari arah luar terdengar orang seperti ribut-ribut. Hal itu membuat konsentrasi ku hilang. Tari yang sedang memilah WO dan Adam yang sedang bermain pun menjadi heran. Awalnya Tari izin untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Namun ku larang, aku menyuruhnya untuk tetap fokus saja dalam memilih WO. Sedangkan urusan diluar biar aku yang melihatnya.
Tari pun setuju. Dia kembali memilah WO yang bagus di kota ini. Sedangkan aku berjalan keluar. Ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Dasar b*go. Pelayan gak becus! Liat nih, baju gue jadi basah gini. Lu tau nggak harga baju gue ini mahal. Panggil manager Lo sini. Gue mau komplen!" Terdengar teriakkan dari salah satu pengunjung yang ku yakini adalah seorang perempuan.
Dari sini dapat ku lihat seorang pegawaiku tengah di marahi oleh salah satu pelanggan. Melihat itu aku langsung turun tangan. Tak enak juga karena kejadian ini membuat suasana tak nyaman bagi pelanggan lain. Dengan tergesa aku segera menghampiri mereka.
"Maaf, ada apa ini?" Tanyaku saat sudah tiba di hadapan mereka. Dapat ku lihat baju pelanggan basah. Tapi tunggu dulu, aku seperti tidak asing dengan wanita yang ada di hadapanku ini.
"Hey Mas, lihat. Baju saya basah karena kelakuan di.....a," jawab wanita itu melemah saat mendongkak kan wajahnya dan melihatku. Aku yang melihat wajah wanita itu pun sama kagetnya. Bagaimana tidak. Wanita yang ada di hadapanku ini adalah wanita yang menolehkan luka yang begitu dalam padaku.
"Mas Darto?" Ucapnya.
Aku tak menanggapi ucapan wanita ini. Entahlah, melihatnya lagi, kenangan masa lalu seakan kembali hadir.
"Ma-maf Pak. Ta-tadi saya tidak sengaja menumpahkan minuman yang saya bawa ke Mbak ini. Saya kaget, lagian Mbak ini berdiri secara tiba-tiba. Nampan yang saya bawa jadi jatuh mengenai bajunya," ujar karyawan ku dengan sedikit ketakutan. Dapat ku lihat, penyesalan di matanya.
"Heh kacung! Kau menyalahkan ku hah?" Hardik wanita itu pada karyawan ku. "Sudah tau kau yang tidak becus bekerja. Malah menyalahkan ku. Dasar b*go! Cepat panggilkan manager atau pemilik rumah makan ini sekalian. Akan ku adukan kejadian ini, agar kau di pecat!" Lagi, dia menghardik sambil menunjuk karyawan ku.
Sungguh tak ada etika. Ternyata kelakuannya tak pernah berubah. Wanita egois dan pemarah yang kerjanya hanya bisa menuntut dan selalu menganggap dirinya benar. Benar-benar memuakkan.
"Heh, lu budeg? Cepet panggil manager atau pemiliknya langsung kesini cepet!" Hardiknya lagi sambil terus menunjuk ke arah wajah pegawaiku. Melihat itu tentu saja membuatku geram. Aku tak mau pegawaiku di rendahkan seperti itu. Sudah jelas dia yang salah tapi masih saja tak mau mengakui.
Ku langkahkan kaki menghadap wanita tersebut. Ku genggam tangannya yang menunjuk ke arah wajah pegawaiku.
"Saya pemilik restoran ini. Lalu, anda mau apa nyonya?" Ucapku penuh penekanan. Dapat ku lihat mata itu seketika membulat. Mungkin dia tak percaya. Laki-laki yang dulu ia hina habis-habisan ini adalah pemilik restoran sukses dan bisa terbilang besar di Jakarta. Bukan hanya di Jakarta saja, tapi beberapa kota besar lainnya.
"Ng-nggak mungkin. Kamu jangan mengkhayal deh Mas. Masa kamu pemilik restoran ini. Ngehalu saja kamu," ujarnya tak percaya. Nah, benar kan aku bilang. Pasti dia tak akan percaya. Dia kan taunya aku hanya seorang detektif swasta yang berpenghasilan tak seberapa.
"Ma-maaf Bu. Ta-tapi, Pak Darto memang pemilik restoran ini. Dia pewaris tunggal," ucap pegawaiku. Wajah itu kembali menegang saat mendengar lagi ucapan pegawaiku. Sedangkan aku hanya bisa menyunggingkan senyum melihat ekspresinya. Rasanya puas sekali.
"Jadi, sekarang anda ingin apa nyonya?" Tanyaku lagi.
"Ya a-aku i-ingin dia bertanggung jawab. Bajuku jadi basah akibat dia," jawabnya terbata.
"Baik, saya akan bertanggung jawab setelah melihat rekaman CCTV. Nanti, jika terbukti pegawai saya yang salah. Saya akan bertanggung jawab,"
Mendengar perkataan ku, wajahnya seketika pucat. Sudah ku pastikan, bahwa disini dia lah yang bersalah. Masih ku lihat gerak geriknya yang gugup. Hidilup dengannya hampir dua tahun, aku sudah hafal bagaimana sikap dia jika sedang berbohong.
Sifat dan watak dia memang seperti itu. Ku kira, lama tak berjumpa dengannya dia akan bisa berubah menjadi orang yang lebih baik. Namun dugaanku salah. Wanita ini masih saja memiliki sifat yang sama. Teringat dulu bagaimana ia sering sekali menghina diri ini. Mengataiku tak berguna dan mencaci maki diri ini.
Ya, dia adalah Santi. Mantan istri yang ku nikahi sekitar 6 tahun lalu. Dulu, dialah wanita yang begitu aku sayangi dan cintai. Segala cara dan jerih payah ku lakukan untuk bisa membahagiakannya. Namun, bukannya kesetiaan yang ku dapat. Malah pengkhianatan lah yang aku terima.
Dia lebih memilih pergi dengan lelaki lain yang menurutnya bisa memberikan semua yang dia inginkan. Apalagi masalah harta. Karena aku tau, gaya hidupnya begitu Hedon. Itu lah kenapa saat dulu aku masih menjadi suaminya. Aku tak pernah membuka identitas ku yang sebenarnya.
"Jadi, bagaimana jika kita sekarang lihat CCTV nya bersama-sama. Agar jelas siaa disini yang bersalah. Anda tenang saja nyonya, jika memang pegawai saya terbukti bersalah, saya akan mempertanggung jawabkan semuanya. Anda mau minta ganti rugi berapa? Satu juta? Dua juta? Atau bahkan sepuluh juta? Saya akan bayar," ujarku lagi penuh penekanan.
Kini, wajah yang selalu dihiasi dengan full make up itu sudah merah padam bagai kepiting rebus. Mungkin dia tak menyangka, lelaki yang dulu dia anggap lemah, sekarang bisa memperlakukannya seperti ini.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Yolan
maaf ya thorr,kenapa mantannya darto banyak nama ya yg pertama bukannya sinta trus melisa lah sekarang jadi santi bingung akunya🤔🤔🤪🤪
2022-10-08
1