2. Masa Lalu Darto

Usai menyimpan surat kerja sama, ku langkah kan kaki menuju ke arah dapur. Ingin mengecek bagaimana bahan baku disana. Untuk bahan-bahan di dapur, aku sudah percayakan pada kepala chef. Kebetulan, kepala chef ini adalah teman Papa semasa bujangan dulu, bisa dibilang mereka adalah teman akrab.

Namanya Om Suryo, Om Suryo ini berteman dengan Papa sejak duduk di bangku SMP. Kakek dan Nenek juga sudah menganggap Om Suryo seperti anak mereka sendiri. Karena, Om Suryo merupakan anak yatim piatu yang hanya tinggal bersama neneknya.

Sampai di dapur, ku lihat Om Suryo sedang mengecek daging sapi dan ayam yang baru saja masuk dari distributor.

"Assalamualaikum Om" ucapku.

"Waalaikumsalam, eh ada Pak Bos" jawab Om Suryo.

"Ish, panggil aja Darto sih om. Bas bos bas bos, aku ini bukan bos. Yang bos mah Papa"

"Ha ha iya-iya"

"Gimana Om aman?" tanyaku.

"Dah, aman. Kamu tenang aja. Oh ya, gimana kabar Papa mu?"

"Ya, begitulah Om. Om, mending kita ngobrolnya sambil nyantai yuk. Dah lama juga aku gak ngobrol sama Om" ajak ku pada Om Suryo.

"Boleh, kamu mau makan?"

"Gak om, nanti aja"

Om Suryo pun hanya mengangguk. Lekas aku dan Om Suryo keluar dari dapur dan duduk di salah satu meja yang kosong. Sebelumnya, sudah ku minta bagian dapur untuk membuatkan dua minuman dingin untukku dan Om.

"Papa mu apa ada perkembangan?" tanya Om padaku.

"Ya, begitulah Om. Belum ada perubahan yang signifikan. Papa jadi malas untuk terapi lagi dan terkesan pasrah. Padahal, sudah beberapa kali dokter bilang, jika kemungkinan Papa masih bisa berjalan lagi"

"Teruslah beri semangat untuk Papamu. Maaf jika Om belum bisa menengok lagi Papamu, kau tau sendirikan sekarang resto sedang ramai-ramainya"

"Ya Om tak apa, apalagi semenjak kepergian Mama. Semangat hidup Papa seperti tak ada lagi, Papa masih sering menyalahkan dirinya sendiri, katanya jika bukan karena Papa, pasti mama masih ada" ucapku lesu.

"Kamu yang sabar ya, Om tau, pasti ini pukulan terberat untuk Papamu. Om tau betul, betapa besar cinta dan sayangnya Papamu pada Mbak Sekar. Mungkin, Mbak Sekar adalah cinta pertama dan terakhir Papamu" jawab Om Suryo sambil menatap lurus ke arah luar jendela seperti sedang bernostalgia.

"Mbak Sekar beruntung sekali memiliki Papamu, begitu pun Papamu, sangat beruntung sekali memiliki Mama mu. Mereka adalah pasangan yang sangat harmonis, Om pun banyak belajar dari Papa mu bagaimana cara membina rumah tangga yang harmonis. Maka, sampai sekarang pun, alhamdulillah rumah tangga Om bisa mengikuti jejak rumah tangga Papamu" lanjut Om Suryo.

"Ya, Om benar sekali. Aku juga iri dengan keharmonisan rumah tangga mereka, kadang aku malu. Kenapa, aku sebagai anak tak bisa mencontoh rumah tangga mereka yang harmonis. Malah, rumah tanggaku sendiri, ah sudahlah. Om pasti juga tau seperti apa" ucapku.

Mendengar ucapanku, Om Suryo hanya terkekeh saja.

"Masalah dalam rumah tangga itu biasa To. Mungkin, memang kamu sama Sinta tak berjodoh. Jodoh kalian ya mungkin hanya sebatas itu. Jika Allah memang sudah menjodohkan mu dengan Sinta, pasti badai sehebat apapun yang menghampiri rumah tangga kalian, kalian akan sanggup menjalaninya. Tapi, jika tidak jodoh, walau pun tak ada ujian pun pasti akan teta pisah juga" ucap Om Suryo.

"Ya, Om benar sekali. Mungkin, jodohku bukanlah dia"

"Sekarang, apakah kau masih menutup diri dari perempuan? Om harap tidak. Karena, kau tak bisa menyamaratakan semua perempuan seperti Sinta"

"Tidak Om, aku tak menutup hatiku lagi. Sudah ada perempuan yang bisa menggetarkan hatiku kembali. Namun, untuk mendapatkan dia tak semudah membalikkan telapak tangan. Karena, dia pun sama, mempunyai luka dari masa lalu"

"Apa dia tau juga masa lalumu? Sepertinya kau banyak tau tentang dia"

"Dulu, dia adalah clientku. Aku di minta untuk mengawasi mantan suaminya. Namun, dia tak tahu bagaimana masa laluku om" jawabku.

Memang, tak banyak yang tau jika aku sudah menikah. Bahkan, teman terbaikku sendiri yaitu Radit. Bukan, bukan aku ingin menyembunyikan statusku sebagai suami orang, namun, ini semua adalah permintaan mantan istriku yaitu Sinta.

Dia mengajukan persyaratan padaku sebelum menikah, jika pernikahan kami tak boleh ada yang tau kecuali keluarga saja. Alasannya adalah karena karir. Sinta berprofesi sebagai model, saat itu karirnya sedang Bagus, namun Ibunya jatuh sakit dan meminta agar aku segera menikahi Sinta.

Awalnya Sinta kekeuh tak mau menikah dahulu, karena ia ingin fokus pada karir katanya. Namun, karena kondisi Ibunya yang semakin hari semakin memburuk, akhirnya Sinta memenuhi keinginan Ibunya. Tapi, dengan syarat pernikahan ini hanya boleh diketahui oleh keluarga saja.

Aku pun menyanggupinya. Aku dan Sinta memang sudah lumayan lama berpacaran, kami menjalin hubungan sudah hampir 3 tahun, dan menurutku, itu waktu yang cukup untuk mengenal satu sama lain. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melamar Sinta.

Pernikahanku dan Sinta hanya seumur jagung. Pernikahan kami hanya bertahan 2 tahun saja. Sinta kepergok selingkuh dengan lelaki lain. Alasannya karena laki-laki itu lebih kaya dariku dan bisa memenuhi semua keinginannya. Memang, selama menikah dengannya, aku menyembunyikan jati diriku. Aku tak bilang jika kedua orang tua mempunyai rumah makan yang terbilang sukses.

Yang Sinta tau hanyalah, kedua orang tua itu hanya petani biasa dan aku hanya berprofesi sebagai detektif swasta yang bayarannya tak seberapa. Sejak berpacaran, Sinta memang terkenal matre dan super duper boros, lingkungan dan temannya memang dari kalangan atas. Orang sekarang bilangnya kelas sosialita.

Sehingga, gaya hidup Sinta pun terkenal hedon. Namun, karena rasa sayang dan cintaku dulu, membuat aku menutup mata akan hal itu. Uang yang ku hasilkan tak pernah bersisa, Sinta terlalu hobi foya-foya.

Hingga puncaknya, Sinta aku pergoki tengah berselingkuh dengan lelaki lain di dalam hotel. Sakit, tentu saja sakit. Pengorbananku selama ini hanya sia-sia saja, demi memenuhi kebutuhan Sinta, aku rela bekerja sampingan. Sebenarnya Papa sudah memintaku untuk mengurus resto saja agar penghasilanku besar, namun entah mengapa selama dengan Sinta, aku tak mau berterus terang padanya.

Dan alhamdulillah, mungkin ini memang yang terbaik untukku. Allah menjagaku dari orang tamak seperti Sinta, karena aku yakin, jika Sinta tau yang sebenarnya siapa diriku, dia akan semakin menjadi saja dan hanya memanfaatkan diriku.

🌺🌺🌺🌺

"Pantas saja kamu banyak tau tentang dia To. Tapi, Om ikut senang jika kamu sekarang sudah bisa membuka hati untuk wanita lain. Ngomong-ngomong, siapa sih wanita yang sudah bisa meluluhkan ponakan Om ini. Jadi penasaran deh" ucap Om Suryo.

"Adalah Om, sekarang belum waktunya aku mengenalkan. Nanti, jika sudah waktunya tiba pasti aku kenalkan sama Om" jawabku.

"Baiklah, Om cuman bisa ngasih doa yang terbaik buat kamu. Semoga, kamu bisa meluluhkan hati wanita pujaanmu. Minta pada sang pencipta di sepertiga malam, agar usahamu di permudah untuk mendapatkan hatinya. Tapi ingat cintamu pada wanita itu jangan melebihi cintamu pada sang pencipta. Dan jangan kecewa dan putus aja, jika kenyataan tak sesuai dengan harapanmu" Om Suryo menasehatiku.

"Insha Allah Om, aku akan mencintai dia sewajarnya saja. Dan aku, pasrahkan semua pada Allah. Jika memang aku berjodoh dengannya, pasti Allah beri jalan. Tapi, jika dia tak berjodoh denganku, aku akan berlapang dada dan ikhlas" jawabku.

"Alhamdulillah, bagus itu. Pasrahkan saja semuanya pada Allah. Karena, Allah tau apa yang terbaik untuk kita"

"Iya Om. Terima kasih ya Om, Om memang selalu bisa diajak curhat. Untuk sekarang, maaf jika aku banyak bercerita pada Om, karena jika pada Papa aku tak mau menambah beban fikirannya"

"Tak apa, Om sudah menganggap kamu seperti anak Om sendiri. Bicaralah pada Om jika kamu sedang ada masalah. Oh ya, sampaikan pada Papamu, insha allah akhir pekan ini Om mau ke rumah"

"Siap Om, nanti aku sampaikan pada Papa" ucapku.

Setelah lumayan lama mengobrol dengan Om Suryo, beliau pun pamit kembali ke dapur. Katanya masih harus mengecek stok sayur dan yang lainnya. Sedangkan aku, memutuskan untuk pulang saja.

📍📍

Setelah pamit pada Reno, asistenku. Ku lakukan mobil ke arah rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 siang, cuaca hari ini cukup panas.

Jika mengingat masa laluku, rasanya aku seperti menjadi orang bodoh. Sudah banyak yang mengingatkan ku tentang kelakuan buruk Sinta, namun semua aku tepis karena rasa sayang dan cintaku yang besar untuknya.

Dulu, saat usia pernikahanku dan Sinta sudah memasuki usia satu tahun, aku berniat untuk memberitahukan pernikahanku pada yang lainnya. Namun, Sinta tak setuju dan malah marah berhari-hari padaku.

Akhirnya, aku mengalah lagi. Ku urungkan niat itu, hingga kami berpisah, rahasia pernikahan ku tak pernah diketahui oleh orang lain termasuk teman-teman terdekatku. Karena, aku berfikir untuk apalagi aku memberitahukan, toh hubunganku dan Sinta sudah berakhir.

Bukannya aku tak mau terbuka soal masa laluku, tapi biarlah itu kenangan untuk aku kubur dalam-dalam. Tapi, aku bernazar. Jika suatu saat nanti Tari menerima perasaanku, aku akan menceritakan semua kisah masa laluku padanya.

Aku ingin, dia tau dari diriku sendiri dan apa alasan sebernarnya. Karena, aku berkomitmen. Jika aku sudah terikat dan menjalin hubungan dengan wanita, pantang bagiku untuk menutupi semua apa yang pernah terjadi. Keterbukaan pada suatu hubungan sangatlah penting.

Karena, kuatnya pondasi suatu hubungan adalah kejujuran, komunikasi dan keterbukaan antar satu sama lain.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

murni l.toruan

murni l.toruan

Dunia halu dari orang kismin kalau model lupa diri dengan kodratnya sebagai perempuan, nikah dan menerima keadaan pasangannya yang harus punya anak dll...Sinta orang kismin sadari dirimu dari mana.

2024-05-11

0

Zakiyanisa Rohmadani

Zakiyanisa Rohmadani

ditunggu Up nya Yak Kak othor

2022-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!