Jangan Kalah Dari Ulat Bulu

Mentari Pov

Hatiku lega setelah mendengar penjelasan Mas Darto. Rasanya aku jadi malu sendiri sudah bersikap kekanakan seperti ini. Untung saja Mas Darto bisa bersikap dewasa. Alhamdulillah, aku bersyukur mendapat pasangan yang sikapnya dewasa dan ngemong seperti Mas Darto ini.

"Mas lihat pasangan itu?" tanyaku pada Mas Darto sambil menunjuk ke arah pasangan yang usianya tak muda tadi.

"Ya, Mas lihat. Memang kenapa?"

"Aku berharap, kita juga bisa seperti itu. Saling menyayangi dan mencintai sampai usia kita menua," jawabku.

"Insha Allah, asal kita saling percaya dan jujur. Hubungan kita bisa langgeng. Dan tentu saja, semoga hubungan kita selalu di ridhoi Allah,"

"Amin," aku mengaminkan ucapan Mas Darto.

'Ya Allah jagalah cinta kami ini. Jadikanlah Mas Darto jodoh dunia akhirat ku. Dan jadikanlah pernikahan ku kali ini adalah pernikahan yang terakhir,' batinku.

🍀🍀🍀

Usai dari taman, kami memutuskan untuk pergi ke rumah Mas Darto untuk memeriksa undangan yang telah jadi dan tinggal di sebar saja.

Namun di tengah jalan Mas Darto menghentikan mobilnya dan turun. Berjalan ke arah mobilku. Aku yang melihat itu langsung menurunkan kaca mobil.

"Kenapa Mas?" tanyaku heran. "Mobil mas mogok kah?"

"Nggak Yang. Mobil Mas baik-baik aja. Cuman ini si Alya minta jemput di kampusnya. Katanya motor dia mogok sedangkan dia harus membawa beberapa barang prakteknya. Menyusahkan saja," gerutu Mas Darto padaku. Aku hanya terkikik geli melihat ekspresi Mas Darto seperti itu. Dasar!.

"Ya sudah jemput saja Mas, kasian loh Alya,"

"Yasudah Mas jemput dia dulu, kamu duluan saja ke rumah Yang,"

"No. Aku ikut jemput Alya. Nanti kita sama-sama pulangnya," tolakku dan lebih memilih untuk ikut menjemput Alya.

Akhirnya kami pum memutuskan untuk menjemput Alya dulu meski pun Mas Darto harus mendumel lebih dahulu.

🍀🍀🍀

Sampai di kampus Alya, dia sudah menunggu di depan gerbang. Katanya nanti motornya akan dibawa oleh orang bengkel yang sudah di percaya oleh keluarga Mas Darto. Sedangkan ia ingin satu mobil denganku. Tentu saja itu tambah membuat Mas Darto kesal.

Alya bilang dia ingin makan terlebih dahulu karena perutnya lapar dan kebetulan ini sudah masuk jam makam siang. Akhirnya kami memilih restoran ayam cepat saji saja yang letaknya tak jauh dari kampus Alya.

"Gimana kuliahmu Al?" tanyaku pada Alya.

"Alhamdulillah baik Mbak. Lancar Jaya," jawabnya.

"Syukurlah, semoga ilmunya berkah,"

"Amin amin. Terima kasih Mbak ku yang cantik jelita. Tapi masih cantikan aku deng," celoteh Alya.

Mas Darto yang mendengar itu hanya bisa mencebikan mulutnya. Sedangkan aku hanya bisa tertawa. Ada-ada saja tingkah anak ini.

"Wah wah, ada yang sedang bahagia nih. Kirain udah bunuh diri karena lelaki yang dia anggap cinta sama dia ternyata hanya dijadiin pelarian saja,"

Sontak kami menoleh ke arah sumber suara itu. Setelah melihat siapa yang berbicara seperti itu, ternyata si ulat bulu.

"Al, kek ada yang ngomong. Siapa ya?" tanyaku sok polos pada Alya.

"Gak tau Mbak. Demit kali. Hiihh," jawab Alya sambil bergidik ngeri.

"Kurang ajar kalian!" kini Santi sudah terlihat kesal dengan ucapan kami.

"Wah Mbak. Sepertinya demitnya marah. Ayok Mbak kita baca ayat kursi," ujar Alya sambil mengalahkan tangannya. Sumpah, aku ingin tertawa melihat tingkah Alya yang absurd ini.

"Heh, anak bau kencur. Lu kira gue setan apa hah?" santi kembali berteriak.

"Wah Mbak keknya demitnya ini bandel. Udah ta bacain ayat kursi kok bukannya ngilang malah ngeyel yah itu demit. Haduh haduh kita harus gimana dong Mbak?" ucap Alya dengan ekspresi muka dibuat-buat.

"Mas, kok kamu diem aja sih Mas aku diperlakukan seperi itu sama mereka," kini Santi malah duduk di samping Mas Darto dan bergelayut manja padanya.

Melihat itu tentu saja aku tak akan tinggal diam. Santi sudah benar-benar keterlaluan. Dia kira bisa seenaknya berbuat seperti itu. Dasar perempuan tak tahu malu.

Sekarang aku tak boleh kalah dari ulat bulu ini. Ayolah otak berfikir, apa yang bisa aku lakukan untuk memberi pelajaran si ulat bulu ini. Melirik ke arah minuman yang masih belum aku sentuh, sebuah ide terlintas di otakku. Dengan sigap ku pegang gelas minuman itu dan....

"Astagfirullah hal adzim" pekik ku seolah kaget dan setelah itu minuman yang telah ku pegang sengaja ku tumpahkan ke muka dan baju Santi. Dan alhasil sekarang muka dan baju Santi basah kuyup oleh minumanku.

"Kenapa Mbak kenapa?" ucap Alya dengan wajah dibuat panik.

"Mas mu ke tempelan demit Al. Lihat itu, jadi Mbak reflek gak sengaja nyiram minuman Mbak ke demit itu," jawabku santai.

Namun wajah Santi sekarang memerah. Pasti dia marah akan perlakuan ku padanya. Rasakan kau ulat bulu. Emang enak ku siram pake air cola.

"Si*lan. Se*an alas kau Tari. Kau sengajakan melakukan ini padaku? Dasar wanita g*la," pekik Santi padaku. Tangannya sudah melayang ke atas hendak menamparku. Namun sebelum tangannya mendarat di pipiku. Alya melakukan hak tak terduga.

Byuuurr

Kembali Santi disiram air minum oleh Alya.

"Aduh sorry, gak sengaja tante. Aku tadi mau berdiri, eh malah kesandung. Maaf ya tante gatal," ucap Santi sambil berpura-pura membersihkan muka Santi dengan tissu bekas makan kami. Bukan membersihkan sih, lebih tepatnya mengubek muka Santi.

Melihat itu aku dan Mas Darto hanya bisa menahan tawa. Kalau Alya sudah seperti ini aku tak bisa mencegahnya. Dia selalu punya cara untuk bisa menjahili lawannya.

"Aaakkh, hentikan bocah g*la. Kau merusak make up ku," teriak Santi sambil menghempaskan tangan Alya yang bertengker di mukanya. "Dasar orang-orang g*la. Lihat saja aku akan membalas kalian nanti," ujarnya lagi sambil pergi meninggalkan kami.

"Ha ha ha ha ha," tawa kami pecah setelah Santi pergi dari sini. Sampai-sampai perutku sakit jika mengingat kejadian barusan.

"Dasar ulat bulu," ucap Alya.

Mulai saat ini aku tak akan kalah lagi oleh si ulat bulu betina itu. Akan ku pertahankan apa yang sudah menjadi milikku. Aku tak ingin dia menghancurkan hubunganku dengan Mas Darto.

"Kalian benar-benar bar-bar," ujar Mas Darto.

"Aku bisa lebih bar-bar dari itu jika Mas berani macam-macam dibelakang Mbak Tari. Ingat itu Mas," kini Alya malah mengancam Mas Darto.

"Ish, iya-iya. Mana mungkin Mas berani macam-macam sama Mbak Tari Al, Mas kan cinta mati sama Mbak Tari,"

Heleh dasar gombal!

"Hilih, bucin!" ledek Alya pada Mas Darto.

🍀🍀🍀

Usai mengisi perut, kami memutuskan untuk pulang. Alya akan kembali satu mobil denganku. Dan Mas Darto akan memakai mobilnya sendiri.

Keluar dari restoran, kami dikejutkan lagi oleh Santi. Ku kira ia sudah pulang ternyata ia malah berdiri di samping mobil Mas Darto. Mau apalagi si ulat bulu itu? Belu' cukup kah perlakuan kami tadi. Baiklah, kita lihat sekarang si ulat bulu itu akan berbuat onar apa lagi.

"Mbak, si ulat bulu itu mau ngapain lagi?" tanya Alya padaku. Aku hanya mengedikkan bahu tanda tak tahu.

"Kamu siap Al?" seolah tau maksud pertanyaanku, Alya pun mengangguk.

"Ingat jangan terlalu bar-bar. Ini tempat umum," seakan tau rencana kami, Mas Darto mengingatkan agar kami tak terlalu bar-bar.

"Beres. Mas tenang saja," Alya meyakinkan Mas Darto.

Kami pun berjalan menuju ke mobil kami. Setelah dekat, Alya berdehem dan tak lama Santi pun melirik ke arah kami.

"Maaf tante, Mas saya mau masuk ke mobilnya," ucap Alya.

"Tante, tante. Kau kira aku ini tantemu apa hah?" hardik Santi pada Alya.

"Mas, anterin aku pulang ya. Lihat nih Mas baju aku lengket gini. Mobil aku mogok, Mas anterin aku pulang ya," ucap Santi dengan nada manja.

Hueeek!

Rasanya aku ingin muntah mendengar ucapan Santi yang dibuat manja seperti itu. Jika saja bukan ditempat umum, ingin rasanya ku tonjok saja muka yang penuh dempulan itu.

Bugh

"Ups, sorry gak sengaja. Lagian ngalangin jalan sih. Kan kita mau masuk mobil mahal," ucap Alya mendorong tubuh Santi sehingga Santi terduduk diatas aspal.

"Aww, dasar bocah kurang ajar!" maki Santi pada Alya.

Alya memberikan kode padaku dan juga Mas Darto agar segera masuk ke dalam mobil meninggalkan Santi yang masih terduduk. Sedangkan Santi belum beranjak. Mungkin dia berfikir bahwa Mas Darto akan menolongnya berdiri dan mau mengantarkannya pulang.

Aku dan Mas Darto yang mengerti kode dari Alya, dengan buru-buru langsung masuk ke dalam mobil dan langsung tancap gas meninggalkan restoran.

Namun masih ku dengar Santi berteriak-teriak memanggil nama Mas Darto. Tak lupa sumpah serapah dan caci maki keluar dari mulut si ulat bulu.

Namun kami tak menghiraukan racauan Santi tersebut dan memilih terus menjalankan kendaraan meninggalkan restoran dan pergi menuju ke rumah Mas Darto.

Bersambung...

Assalamualaikum semuaaa, alhamdulillah Tari sama Darto bisa up lagi. Doain ya semoga bisa konsisten Up tiap hari.

Oh ya, kalau berkenan mampir juga ya ke cerita baru author yang judulnya "cinta segitiga membawa petaka" ramikan juga yuk disana. Jangan lupa rate, komen dan like nya.

Terima kasih ♥

Terpopuler

Comments

Arsuni Gustaf

Arsuni Gustaf

yang emngherankan dicerita ini...kok si Darto selalu diam saja kalau dipeluk santi...apa masih suka ya..waduh...kalau aku jadi Tari..gk mau lanjut nikah karena Darto gk bisa tegas sama santi...mungkin masih cinta kali....Darto...Darto...payah lu.

2024-06-21

0

Tiwik Firdaus

Tiwik Firdaus

dartonya dkpelik diam saja ngak bertindak tegas katanya dulu jadi agen swasta kok lembek

2023-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!