Tugas

keesokan harinya Ana terbangun dengan wajah sembabnya,ia langsung membersihkan diri dan menjalankan kewajibannya beribadah. Selesai itu, Ana langsung menuju kamar Hana,balita cantik itu sedang asik dengan dot nya,ketika melihat Ana dia langsung tersenyum.

Ana menggendongnya,mengganti popok dan memandikan Hana di pagi hari. Setelah merapikan Hana ia langsung menggendong bayinya kelantai bawah.

"Selamat pagi nyonya," sapa salah satu pelayan dirumah Farid

"Selamat pagi,panggil saya Ana saja tidak perlu pakai sebutan nyonya," sahut ana yang masih fokus menggendong Hana .

Saat keduanya sedang bicara tiba-tiba Farida keluar dari kamar miliknya.

"Benar yang dikatakan dia,tidak perlu memanggilnya nyonya,dia sama seperti kalian," ucap Farida sarkas

Ana yang mendengar hal itu begitu tak kaget lagi,karena sejak awal dia memang tidak menyukai ana.

"Saya permisi nyonya besar," ucap pelayan yang tidak mau terlibat dengan keduanya

"Apa ibu mau minum teh?," ucap Ana menawarkan minuman

"Jangan panggil saya ibu,saya bukan ibu kamu. Panggil saya nyonya seperti mereka,"

Hati Ana kian terluka,kenapa hal ini harus terjadi dihari kedua dia menyandang status istri,apakah ini bayaran atas pengorbanannya untuk menikahi laki-laki yang tidak ia inginkan dan juga menjadi ibu sambung namun di anggap pengasuh. Kalau begini kenapa mereka harus repot-repot untuk mencari istri kenapa tidak cari pengasuh saja.

"Baik nyonya,apa nyonya ingin saya buatkan minuman?," tanyanya kembali

"Tidak perlu,yang ada nanti kamu ngeracun saya lagi,dan kamu akan mengambil keluarga serta harta kekayaan dirumah ini, taktik mu sudah terbaca," ucap Farida dengan kata-kata sarkas.

"Astaghfirullah,saya tidak pernah berpikiran sampai kesitu nyonya,niat saya hanya ingin membantu merawat cucu nyonya,hanya itu saja,"

"Halahhhh,orang biasa seperti kalian tidak mungkin menerima pinangan dari seorang laki-laki kaya kalau bukan karena harta,apa suami terdahulu mu tidak memberikan mu kehidupan yang layak,hhmmhhhh kasihan sekali,"

"Cukup nyonya! jangan pernah melibatkan suami saya yang sudah meninggal, meskipun dia tidak meninggalkan kehidupan yang layak seperti saat ini,tapi dia memberikan saya kebahagiaan yang utuh. Harus nyonya tahu sebelum tuan Farid mempersunting saya,berulang kali saya menolaknya,karena saya tidak mau mengkhianati suami saya. Namun anak nyonya terlalu gigih bahkan untuk meyakinkan saya dia membawa cucu anda,dan akhirnya saya menerima,sekali lagi tidak ada maksud lain,murni hanya ingin membantu merawat Hana," sahut Ana panjang lebar yang membuat Farida terdiam kalau

"Itu kan hanya alasan saja,"

"kalau nyonya memang tidak akan pernah menyukai saya,maka segera temukan calon istri yang cocok untuk anak nyonya,jika sudah menemukannya maka dengan senang hati saya akan pergi tanpa membawa apapun dari rumah ini selain apa yang saya bawa sebelumnya,"

"Kamu menantang saya?! baik ,saya akan bawa secepatnya calon istri untuk anak saya,dan jika saat itu tiba maka bersiaplah untuk pergi dari rumah ini,"

"Baik nyonya,saya sangat menantikan hari itu tiba,"

Pukul 7 pagi semua keluarga berkumpul di meja makan untuk melakukan ritual sarapan. Ana merasa canggung berada diantara ibu dan anak itu sampai akhirnya dia berpamitan untuk menyuapi Hana.

"Mau kemana kamu Ana?," ucap Farid yang melihat ana berdiri dari kursinya

"Maaf mas,eh tuan Farid. Saya permisi ingin menyuapi non Hana," ucap Ana menundukkan kepalanya

Farid mengernyitkan dahinya mendengar ucapan yang Ana ucapkan.

"Apa yang barusan kamu ucapkan?," tanya Farid pada Ana

Ana mencoba mencerna pertanyaan Farid,apa dia sudah salah bicara.

"Maksud tuan Farid apa?,"

"Kenapa kamu berbicara seformal itu terhadap saya,saya ini suami kamu bukan majikan kamu," ucap Farid menjelaskan.

"Ma __ af tuan,saya rasa lebih baik seperti ini,saya lebih nyaman,"

"Jangan ngaco kamu,saya menikahi mu bukan untuk menjadi pembantu saya. Saya sudah tidak nafsu makan,mah aku berangkat dulu," ucap Farid meninggalkan meja makan dan melewati Ana begitu saja.

"Iya nak,hati hati jangan lupa sarapan di kantor,"

Tanpa mendapatkan jawaban dari putranya Farida melanjutkan sarapannya.

"Belum apa-apa sudah merusak suasana pagi hari ini,dasar kamu tidak becus menjadi istri anak saya,"

"Maafkan saya nyonya,"

"Tapi ,kamu tidak sepenuhnya salah,jadi saya memaafkan mu,karena kamu mengakui keberadaan kamu disini tak lebih dari pembantu. Kenapa tidak sekalian saja kamu pisah kamar dengan anak saya,toh sampai kapan pun,dia tidak akan pernah menyentuh kamu,harus kamu tahu bahwa anak saya masih begitu mencintai mendiang istrinya,kasihan kamu berkedok istri padahal kamu hanya pengasuh," ucap Farida menyayat hati Ana yang berdiri dan mencoba menahan air matanya.

"Baik nyonya,kalau diizinkan saya ingin meminta 1 kamar kecil dirumah ini,lagi pula saya tidak terlalu terbiasa dengan kamar yang besar dan dingin oleh AC,saya terbiasa hidup dengan kamar yang kecil."

"Temui kepala pelayan,minta 1 kamar khusus pelayan,mungkin kamar pelayanan pun masih lebih mewah dari kamar milikmu sebelumnya,"

Ana sudah tidak kuat dengan hantaman demi hantaman yang Farida berikan, ucapannya lebih menusuk dari belati yang tajam sekalipun.

"Baik nyonya,"

Ana meninggalkan meja makan dengan mengendong Hana,dia meminta tolong pada salah satu pelayan untuk menyuapi Hana, sementara dia ingin menemui kepala pelayan dirumah besar itu.

"Ada yang bisa saya bantu nyonya? " ucap kepala pelayan yang melihat kedatangan Ana.

"Apakah kamu kepala pelayan disini?,"

"Betul nyonya,apa anda mencari saya?,"

"Iya,aku mencari mu. Apa aku boleh meminta tolong?,"

"Dengan senang hati nyonya, katakanlah,"

Dengan ragu ragu Ana menyampaikan maksudnya.

"A __ apa masih ada kamar pelayan yang kosong?," ucap Ana

Kepala pelayan itu mengernyitkan dahinya, untuk apa nyonya besar itu menanyakan kamar tamu.

"Setahu saya ada 2 kamar tersisa,namun 1 kamar ada pemiliknya dia sedang cuti karena sakit,jika kamar yang satunya tidak ada yang mengisi, memangnya ada apa nyonya?,"

"Hmmmh, bolehkah aku mengisinya?," tanya Ana gugup

Lagi-lagi kepala pelayan itu terkejut dengan ucapan Ana,karena setahu dia wanita dihadapannya ini adalah istri dari pemilik rumah ini.

"Ma __ maaf nyonya untuk apa anda mengisi kamar pelayan yang sempit dan panas, bukankah kamar tuan dan nyonya sangat besar?,"

Ana tersenyum mendengar ucapan kepala pelayan tersebut.

"Saya tidak terbiasa tidur dikamar besar,saya lebih nyaman tidur dikamar sempit dengan satu kipas angin,dan satu lagi jangan panggil saya nyonya, panggil saya Ana saja,"

"Ti__ tidak,tidak. Anda adalah nyonya dirumah ini,mana mungkin saya lancang memanggil anda dengan sebutan nama.

"Aku sama seperti kalian, Sekarang tunjukan kamar itu,saya akan membawa barang-barang milik saya ke kamar baru milik saya.,"

"Tapi__ nyonya kalau tuan marah bagaimana?,"

"Tidak akan, kalau dia marah biar saya yang tanggung jawab,"

Dengan perasaan campur aduk kepala pelayan itu mengantarkan Ana ke halaman belakang,karena lokasi kamar pelayan ada disana,Ana tersenyum melihat kamar baru miliknya satu kasur ukuran singgle yang sudah rapih dan lemari pakaian,Ana seolah kembali ke habitatnya.

***

Like,komen dan vote ya

Minimal kalian harus komen dan like,dengan begitu kalian sudah mendukung dan menghargai tulisan amatir ini❤️👏

Terpopuler

Comments

Vera Wilda

Vera Wilda

Semoga aja s nenek lampir Farida akan dapat balasan atas perkataan nya .........
manusia tidak punya hati..... 😡😡

2024-02-13

0

Fay

Fay

lanjut baca

2023-08-19

0

Lia Sukmawati

Lia Sukmawati

iya betul pergi ana secepqtnya

2023-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!