Peringatan

Farid membawa Ana kerumah besarnya,disana sudah ada beberapa pelayan yang menyambut kedatangan mereka. Ana merasa asing dengan perlakuan para pelayan itu pasalnya dia selalu melakukan semuanya sendiri dan sikap sopan mereka hanya ia dapatkan ketika mengajar di dalam kelas.

Ana menggendong Hana yang tampak nyaman dan tidak ingin lepas darinya,ibu farida yang melihat hal itu pun merasa lega sekaligus khawatir,ia khawatir kalau Ana hanya memanfaatkan kekayaan anaknya saja.

Farid masuk kesebuah ruangan pribadi miliknya,tidak ada yang boleh masuk kesana selain dirinya,bahkan putrinya sekalipun terlarang untuk menginjakkan kaki ditempat pribadi milik Farid. Setiap malam Farid tidur disana, namun sesekali ia akan menemani Hana tidur. Singkatnya siapapun yang masuk ke kamar pribadi Farid tanpa izin maka dia harus angkat kaki dan menghilang dari hadapan Farid.

Sedangkan Ana masih memangku Hana yang kini menjadi anak sambungnya. Ibu farida menatap sinis pada menantu barunya,Ana yang ditatap seperti itu pun seolah tidak enak hati.

"Hey,kamu harus ingat posisi kamu dirumah ini,kamu tak lain adalah pengasuh cucu ku,jadi jangan pernah bermimpi untuk bisa merebut mereka dari saya terutama harta keluarga kami,kamu harus selalu ingat itu,dan jangan pernah mengatakan pada Hana kalau kamu adalah ibunya,bilang saja kalau kamu pengasuhnya," ucap Farida sarkas

"Bu ... bukankah memang saya ibu sambungnya?," ucap Ana gugup

"Haha jangan mimpi,bahkan keberadaan kamu dirumah ini pun tidak akan lama,saya akan mencarikan pendamping yang cocok untuk anak saya,dan kamu dipilih oleh anak saya semata karena kamu memiliki kemampuan untuk mengasuh anak saya. Maka bersiaplah dari sekarang bahwa suatu saat nanti kamu harus angkat kaki dari rumah ini,"

Bagai dihantam ribuan batu,bukankah seharusnya tidak begini, bukankah harusnya pengorbanannya Ana dihargai,namun sambutan pertama yang ia dapatkan begitu menyayat hati.

"Maaf Bu,saya akan pergi jika suami saya menginginkan hal itu,selama dia masih mau mempertahankan dan menjadikan saya istrinya maka selama itu juga saya akan mendampingi suami saya, begitulah sumpah pernikahan tadi pagi," Ana berucap dengan rasa takut,namun dia harus mengatakannya agar tidak ada orang yang dengan mudah menggertaknya.

"Cihhh baru beberapa jam saja menjadi istri Farid belangmu sudah terlihat," ucap Farida meninggalkan menantu dan cucunya.

Sejujurnya Farida adalah orang baik,namun karena rasa sayang terhadap anak semata wayangnya membuat Farida turun tangan dalam mengurus kehidupan pribadi Farid,termasuk urusan jodoh.

Ana masih duduk di ruang tamu,dengan pikiran yang campur aduk. Ditangannya masih ada Hana yang terlelap,tiba tiba Farid turun dari lantai atas dalam keadaan segar.

"Ana,kenapa kamu masih disini?," tanya Farid yang ikut mendudukkan tubuhnya di atas sofa

"Saya bingung mas harus pergi kemana,rumah ini sangat besar,dan saya tidak tahu harus masuk ke kamar yang mana,"

Farid tersenyum mendengar ucapan Ana.

"Maafkan aku tadi langsung meninggalkan kamu begitu saja, sekarang berikan Hana padaku dan ikuti aku," ucap Farid yang langsung menggendong Hana yang sedang terlelap

Ana mengikuti langkah Farid kelantai atas, dan beberapa menit kemudian mereka sudah berada dilantai atas.

"Kamar yang pertama ini adalah kamar kita,dan yang ditengah ini kamar Hana,dan yang di ujung sana adalah ruangan pribadi saya,jadi kamu jangan pernah menginjakkan kaki kamu disana,"

Karena tidak ingin banyak bertanya dan protes Ana pun mengiyakan tanpa ingin membantah sedikit pun,lagi pula seperti yang dikatakan ibu mertuanya bahwa keberadaan dia disini bisa jadi hanya sementara.

Farid membawa koper milik Ana ke kamar keduanya, sedangkan ana menidurkan Hana di kamarnya. Tidak terpikirkan sedikitpun untuk menikmati malam malam yang indah sebagai pengantin, justru sebisa mungkin ia ingin menghindarinya.

Setelah menidurkan Hana ,ana pun kembali ke kamar utama yang sekarang menjadi kamar miliknya,Ana berniat ingin membersihkan diri dan beristirahat,karena hari cukup melelahkan. Setelah berhasil membersihkan diri kini ia sudah berada satu ruangan dengan Farid, keduanya nampak canggung,Farid seolah akan memulai sesuatu sedangkan Ana nampak ingin menghindari sesuatu.

"Apa kamu sudah akan tidur?," tanya Farid yang sedang duduk di sofa kamar

"I ... iya mas,aku lelah," sahut Ana gugup

" Apa kamu akan tidur dengan hijab itu?,"

"I... iya mas,"

"Kenapa?"

"Ka ... karena aku belum siap jika harus menampakkan aurat ku,"

Farid tersenyum ..

"Bukankah kita sudah mahram? jadi aurat mu halal untuk ku, bahkan jika aku melakukan hal lebih dari itu pun tidak masalah," ucap Farid santai sambil melipatkan kakinya dan menatap Ana

"Ta ... tapi aku belum siap melakukannya,aku belum terbiasa hidup dengan laki-laki lain,"

Farid mengernyitkan alisnya .

"hhhmmh,baiklah jangan paksain kalau kamu belum siap melakukannya,saya akan menunggu kamu siap,saya yakin kamu paham dengan kewajiban kamu,"

Ana menundukkan kepalanya,ia merasa bersalah, namun hati tidak bisa dibohongi kalau hatinya masih besar untuk suaminya,bahkan sampai detik ini hatinya belum ikhlas untuk menjalani kehidupan dengan laki-laki lain, padahal laki-laki Iain itu adalah suaminya.

Mereka segera tidur,namun lagi lagi ana mengambil bantal dan guling,saat Farid sudah membaringkan tubuhnya ditempat tidur, Ana malah tidur di sofa.

"Kenapa kamu tidur disitu,apa tempat tidur ini tidak cukup luas untuk kamu?,"

"Saya belum ...,"

"Terbiasa?,"

Ana menundukkan kepalanya.

"Yasudah kalau begitu, tidur lah dikamar ini,biar saya tidur di kamar lain. Jangan siksa tubuh kamu dihari pertama jadi istri saya, gunakan kasur ini,dan kamar ini akan tetap jadi milik kamu dan saya," ucap Farid yang mengerti situasi ana,lalu ia pun beranjak dari kamar itu, Farid pun tidur di kamar pribadi miliknya, kamar yang selama 1 tahun ini menyimpan misteri.

Ana membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur,ia menangis tersedu-sedu dengan nyaris tanpa suara,dia meratapi nasib hidupnya begitu banyak ujian yang harus ia hadapi,bahkan diawal pernikahan pun dia sudah menerima kebencian dari ibu mertuanya. Terkadang dia berpikir apa salah dirinya, sehingga orang-orang begitu tidak suka dengan Ana,hanya ibu satu-satunya orang yang selalu mendukung Ana dan Allah pastinya.

Setelah lelah menangis akhirnya Ana tertidur. Dilain kamar Farid sedang melamun menatap figura dikamar itu,Tampa terasa air matanya luruh. Dia mencoba menjalani pernikahan ini senatural mungkin,dia tidak ingin mengambil sebuah keuntungan dari sebuah hubungan, meskipun kenyataannya demikian. Farid tahu bahwa dia telah menikahi wanita yang baik dan begitu mencintai suaminya yang sudah tiada,maka ia berharap jika dia bisa menjadi figur suami yang menggantikan suami terdahulunya meskipun tidak mudah.

***

Jangan lupa like,komen dan vote .

Selamat sahur ❤️

Terpopuler

Comments

Joice Meitasari

Joice Meitasari

jadi susah tidur,mewek trs😭😭

2020-12-31

0

Ani Liiu Yaoshan Fidela

Ani Liiu Yaoshan Fidela

hati sedang ingin 😭😭😭
baca cerita mengandung bawang
tambah deres😭😭😭😭😭😭😭😭😭

2020-11-22

0

Maulina Kasih

Maulina Kasih

ciri khas novel author kan gini...tulisan mngandung bawang

2020-08-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!