Menerima

Hari demi hari Ana seolah membuka hatinya untuk Farid ,terlebih perlakuan suaminya yang manis. Farid selalu melakukan banyak hal untuk meluluhkan hati Ana, awalnya Ana tak menggubris apa yang Farid lakukan,namun karena Farid tidak menyerah meyakinkan Ana maka dia pun seolah menerima semua perlakuan Farid.

"Sayang hari ini mas akan lembur,jadi kamu tidur lah lebih dulu," ucap Farid pada Ana

Akhir akhir ini Farid memang selalu menggunakan panggilan sayang pada Ana, meskipun sedikit berlebihan namun Ana pun suka dengan panggilan yang Farid berikan padanya.

"Baik mas,hati hati jangan lupa makan dengan baik ,jangan lupa shalat sesibuk apapun kamu,"

"Baik sayang,akan ku ingat semua pesanku,titip Hana dan mamah ya," ucap Farid yang mencium kening istrinya dan segera menuju mobil setelah Hana mengantarnya sampai depan rumah.

Perasaan Ana seolah berbunga-bunga, seperti anak muda yang sedang kasmaran,dia pun sudah jarang memikirkan mendiang suaminya lagi,bukan melupakan hanya saja dia ingin mencoba menjalani pernikahannya,ia pun tidak ingin mengabaikan suaminya terlalu lama, terlebih dia paham akan kewajiban sebagai seorang istri.

***

Sore hari Ana sedang menyuapi Hana di taman depan rumah tiba-tiba Farida bergabung dengan keduanya.

"Kalian sedang apa?," tanya Farida yang baru datang

"Eh..mama ini aku lagi nyuapin Hana mah, Alhamdulillah dia mau makan dan banyak,"

"Syukurlah, cucu omah sekarang tumbuh dengan baik, semuanya berkat kamu Ana,maafkan mamah yang sempat menentang hubungan kamu dengan Farid,mamah menyesal,tolong maafkan mamah," ucap Farida tulus.

"Mamah,aku sudah ikhlas dan memaafkan semuanya,aku tau mama orang baik,jadi aku harap mama tidak perlu mengungkit hal ini lagi,"

"Iya Ana,mama bersyukur menyadari hal ini secepatnya kalau tidak mamah akan menyesal sangat dalam,"

Ana pun memeluk ibu mertuanya ia tau matanya Farida sedang menahan air mata,Ana bersyukur karena ujian satu persatu bisa ia lewati meskipun tidak mudah.

"Ana?," panggil Farida yang sudah menetralkan suasana hatinya

"iya mah," sahut Ana

"Mama berharap kamu secepatnya memiliki anak,agar rumah ini tidak lagi sepi dan Hana memiliki teman dirumah,"

Satu ujian berlalu adalagi yang lainnya,entah kenapa pertanyaan soal anak membuat Ana tidak percaya diri, apalagi sebelumnya dia pernah menikah dan tidak memilik anak.

"In syaa Allah ya mah,atas izin Allah,"

"Kamu dan Farid juga jangan lupa selalu berusaha dan berdoa pastinya,"

"Iya mah"

Ana seolah dalam masalah baru,Farida yang selalu menuntut agar cepat memiliki anak,adalah sebuah ujian baru untuk Ana, bagaimana tidak , hubungannya dengan Farid baru saja mencair,belum ada sentuhan fisik yang lebih intim kecuali mencium tangan saja.

Banyak hal yang Ana pikirkan, bagaimana cara menyampaikan keinginan ibu mertuanya untuk memiliki anak. Bagaimana pun mereka berdua harus membicarakan hal ini, untuk mencari solusi bersama.

***

Waktu menunjukkan pukul 11 malam,Farid baru pulang dari kantornya,Ana yang sedari tadi tidak bisa tidur karena memikirkan keinginan mertuanya,dan ia bingung harus memulai dari mana untuk bicara dengan Farid.

Ana menyambut kedatangan suaminya yang baru saja datang,dia mencium tangan Farid dan mengambil tas kerja milik suaminya.

"Ana kamu belum tidur, ini sudah larut malam apa kamu tidak mengantuk?,"

"Belum mas,aku tidak bisa tidur,"

"Kenapa,apa ada yang kamu pikirkan,"

"Hhmmhhhh...,"

"Kenapa?,"

"Mas ,sebaiknya mas membersihkan diri dulu,akan aku siapkan air Hangatnya,"

"Baiklah,"

20 menit kemudian Farid keluar dari kamar mandi.

"Mas,apa kamu sudah makan malam?," tanya Ana pada Farid

"Aku sudah makan,tadi ada meeting sama investor yang akan berinvestasi di hotel baru yang akan perusahaan ku buat,jadi kamu tidak perlu khawatir,"

"Baiklah mas, sebaiknya mas beristirahat,kamu pasti lelah,"

Ana pun ikut terlelap dengan segala pemikirannya,entah dia akan membicarakannya atau tidak mengatakannya sama sekali.

***

Azan subuh berkumandang,Ana bangun lebih awal dia membersihkan diri dan kemudian ia membangunkan Farid. Ana menjalankan shalat sunah 2 rakaat terlebih dahulu,ia selalu rutin mengerjakannya.

Dua rakaat (sebelum) shalat fajar (subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya. (HR. Muslim).

Selesai menjalankan shalat subuh ,Ana membangunkan Hana,ia membawa anak cantik itu ke kamar utama,atas perintah Farid. Beberapa hari ini Farid jarang meluangkan waktu untuk anak semata wayangnya,dia lebih disibukkan dengan pekerjaannya.

"Assalamualaikum Papah," ucap salam Hana pada Farid

"Wa'alaykumussalam,hei anak apa,aduhhh sini nak,papah kangen sama kamu," sahut Farid yang langsung mengambil Hana dari gendongan Ana.

Farid bermain dengan Hana,Ana yang memperhatikan hal itu pun merasa bahagia,ia bersyukur bisa menjadi bagian dari keduanya. Saat keduanya mulai tenang,Ana membuka suara.

" Mas,"

"Iya sayang,"

"hhmmhhhh,"

"Bicaralah,sudah sedari malam aku penasaran,"

"Itu mas,mamah beberapa kali bicara padaku,kalau dia menginginkan anak dariku,dia ingin kembali memiliki cucu mas,lalu aku harus bagaimana menyikapinya?,"

Farid pun mengalihkan pandangannya pada Ana,raut wajahnya berubah seperti menyiratkan ketidaksukaan dan membuat dia merasa tidak nyaman.

"Jangan dengar permintaan mamah,kamu fokus saja menjalani peran kamu sebagai istri dan ibu untuk Hana,lagi pun saya belum berniat ingin memiliki anak lagi,Hana sudah cukup untuk saya,"

Deg,kata-kata yang Farid ucapkan seolah menyayat hati Ana, apalagi Farid menggunakan kata saya ,kenapa terdengar menyakitkan. Namun Ana kembali sadar bahwa sejak awal memang pernikahan ini bukan atas dasar cinta.

"Mas, apakah kamu memang tidak ingin memiliki anak dariku?," ucap Ana ragu

Farid yang mendengar hal itu pun merasa terkejut,ia pikir Ana akan sepemikiran dengannya,tidak akan membuat jejak lain dengan hubungan yang tidak didasari rasa cinta salah satunya keberadaan anak.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu, bukankah kamu pun akan melakukan hal yang sama,kita menikah dengan perasaan yang berat,namun aku sadar bahwa ini nyata dan kamu berhak diperlakukan layaknya seorang istri,dan aku tidak berpikir tentang anak," ucap Farid panjang lebar yang semakin menyayat perasaan Ana.

Dengan menahan air matanya,dia mencoba tegar,Ana sudah berpikir terlalu jauh tentang perubahan Farid ,ia pikir Farid memang ingin memulai semuanya dari awal, nyatanya ini adalah sebuah kewajiban,Ana seolah menutup hatinya kembali secara perlahan.

"Baiklah mas,aku permisi kedapur untuk membuat sarapan," Ana melangkah kan kakinya namun saat akan membuka pintu Farid memanggil

"Ana,"

Ana menoleh

"Iya mas,ada apa?,"

"Apa kamu sudah siap melakukannya?," tanya Farid penuh teka-teki

"Melakukan apa mas?,"

"Melakukan kewajiban mu,"

deg jantung ana kembali berpacu dengan sangat cepat. Apalagi yang Farid inginkan, setelah ia menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami, apakah ia menuntut Ana melakukan hal yang sama. Entahlah.

***

Jangan lupa like,vote dan komennya hehe

Aku nulis ini sampe ketiduran 3x wkwk,perut kosong dipaksa mikir ya ngantuk😂🤣

Terpopuler

Comments

carenina

carenina

memang laki2 pasti egois mau enak2 sj

2020-10-09

2

Maulina Kasih

Maulina Kasih

heran maunya itu laki apa...gak mau punya ank tp cm mau nikmati doanh

2020-08-18

1

Tuti haryati

Tuti haryati

deg deggg

2020-08-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!