Ana berusaha untuk menatap wajah Farid,mata itu tulus mengatakan kata maaf,namun maaf untuk apa?
"Ana sekali lagi saya minta maaf,"
"Maaf untuk apa mas?,"
"Maaf karena saya membawa kamu kedalam ikatan pernikahan ini,maafkan saya yang belum bisa menjadi suami yang baik untuk kamu dan ...," ucap Farid terhenti hal itu lantas membuat Ana penasaran
"Dan apa mas?,"
"Dan saya tahu kalau mamah saya tidak menyukai kamu,namun satu hal yang harus kamu tahu bahwa mamah saya adalah orang yang baik,namun dia terlalu takut orang lain akan menyakiti dan memanfaatkan saya. Saya harap kamu mengerti Ana,"
Ana terdiam,ia pun yakin kalau ibu mertuanya adalah orang yang baik,Ana berharap suatu saat nanti ibu mertuanya akan menerima ana, meskipun pada akhirnya ana akan keluar dari rumah itu.
"Iya mas,saya percaya kalau nyonya besar adalah orang yang baik,hanya situasinya saja untuk saat ini kurang memihak," sahut ana yang membuat Farid terkejut dengan sebutan Ana pada ibunya.
"Ana dia adalah ibu mertuamu,kenapa kamu memanggilnya dengan sebutan nyonya?,"
Ana tersenyum getir.
"Mas,aku mohon biarkan aku memanggilnya demikian,aku yakin suatu saat nanti ibumu akan menerima ku dan membiarkan aku memanggilnya layaknya ibu mertua dan menantu, untuk saat ini biarkan aku memanggilnya sesuai yang mama mu inginkan,"
"Tapi ... Ana itu tidak benar,"
"Mas,aku mohon, aku tidak ingin membuat ibumu tambah membenci ku. Jadi biarkan aku tetap mengabdi pada kalian meskipun harus menjadi pengasuh ataupun pelayan," ucap Ana dengan menahan sesak di dadanya
"Apa maksud kamu,saya menikahi kamu untuk menjadi istri saya bukan untuk bekerja,"
"Sudahlah mas, sebaiknya kita istirahat ya,besok kamu harus pergi bekerja,"
"Saya akan bicara sama mamah agar dia tidak lagi bersikap acuh terhadap mu,dia harus tau bahwa kalian sama berartinya untuk saya,"
Lagi lagi Ana tersenyum kecil,seolah ucapan Farid adalah Senda gurau,padahal kenyataannya adalah mencekam.
"Hhmmhhhh sudah ya mas,kita tidur,"
Keduanya sudah berada ditempat tidur yang sama,mereka tidur dengan pikirannya masing-masing,Farid dengan pikiran bagaimana dia bisa membina hubungan rumah tangga yang baik dengan Ana,dan Ana dengan pikiran bahwa dia harus mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu harus pergi dari rumah ini. Sampai akhirnya keduanya terlelap dengan saling membelakangi.
**
Keesokan paginya Ana sudah lebih dulu bangun dan menjalan kewajibannya shalat tahajud dan shalat subuh,ia membangunkan Farid setelah Ana selesai shalat subuh,karena terlalu canggung jika harus berjamaah bersama.
Aktivitas Ana setiap hari adalah mengurus Hana,dan itu adalah tujuan pernikahannya. Hana begitu nyaman dengan perlakuan Ana sosoknya berhasil menjadi ibu pengganti, meskipun tidak tahu sampai kapan,namun Ana selalu berusaha melakukan yang terbaik urusan dia harus pergi dari rumah Farid itu perkara akhir.
Ketika memasuki waktu sarapan,Ana seperti biasa menyibukkan diri di menyuapi Hana, sejujurnya ia menghindari sarapan pagi bersama Farid dan mamanya.
"Selamat pagi nak," ucap Farida pada putranya
"Pagi mah,yang lain kemana?,"
"Apa maksud mu,kita kan cuma berdua saja,"
"Mah,jangan mulai deh,jangan buat selera makan ku hilang. Mah dia sekarang istriku dan ibu dari Hana ,aku tau mama tidak menyukainya tapi aku mohon mah hilangkan ketidak sukaan itu,aku akan berusaha menjadi Anak dan suami yang adil untuk kalian berdua," ucap Farid mengutarakan semuanya
Farida terdiam karena memang dia hanya takut bahwa anaknya akan lebih menyayangi istri barunya,apalagi ia dengar sendiri dari mulut orang-orang yang tinggal disekitar Ana,dia takut semua itu adalah kebenaran.
"Baiklah mamah akan berusaha menerima Ana sebagai anak menantu mamah,mamah harap Ana bisa seperti almarhum istri mu yang sangat menyayangi keluarga termasuk mamah,"
"In syaa Allah mah,Farid tidak akan memilih wanita sembarangan,jika dia menyakiti mamah Farid orang pertama yang akan menegur Ana,"
"Baiklah sebaiknya kita sarapan dulu,kamu harus bekerja nak,"
"Aku akan sarapan jika Ana berada di meja makan yang sama dengan kita,"
Farida menarik napas panjang.
"Baiklah,"
"Pelayan tolong panggil kan Ana dan ambil alih cucuku untuk kau suapi," ucap Farida pada salah satu pelayan yang berdiri di dekat keduanya
"Baik nyonya besar,"
Ana sudah bergabung di meja makan yang sama,ketiga sarapan dengan penuh kecanggungan, terutama Ana makan yang ia telan seolah tersendat dan tidak bisa tertelan.
Farid telah berangkat ke kantor,ada kebiasaan baru yang ia buat yaitu Ana harus mengantar suaminya sampai ia masuk kedalam mobil lalu kegiatan mencium tangan harus selalu dilakukan agar terbangun hubungan yang harmonis kedepannya,dan Ana tidak menolak hal itu.
"Ana," suara Farida memanggil Ana
Ana pun menghampiri Farida yang sudah melihat kegiatan keduanya dari kejauhan,Ana tau apa yang akan disampaikan ibu mertuanya itu.
"Maafkan saya nyonya besar,saya tau saya salah,hal itu saya lakukan atas perintah tuan Farid,maafkan saya nyonya," ucap Ana yang menunduk dan tidak berani melihat kearah Farida.
Lalu Ana pun melanjutkan ucapannya.
"Nyonya biarkan saya melakukan hal itu sampai klak nyonya menemukan istri untuk tuan Farid,saya berjanji tidak akan berbuat lebih dan izinkan saya memanggil nyonya mamah ketika di depan tuan Farid,agar dia tidak curiga," ucap Ana yang entah dapat keberanian dari mana berbicara seperti itu.
Farida terdiam,dia mengamati gerak-gerik dan ucapan Ana,ia akan memberikan kesempatan itu pada Ana,namun dengan beberapa syarat.
"Baiklah saya menyetujuinya tapi dengan beberapa syarat,"
"Ba ....baik nyonya apapun syaratnya akan saya ikuti,"
"Jika saya menemukan orang yang cocok untuk anak saya maka kamu harus menandatangani surat perceraian dengan anak saya,dan jika dikemudian hari saya tidak menemukan pengantin yang cocok untuk anak saya kamu harus mengabdi dirumah ini selamanya,"
Ana sempat terkejut mendengar persyaratan yang kedua, namun hal itu tidak terlalu menjadi masalah untuknya karena pergi ataupun tinggal baginya sama saja,Ana sudah mengkhianati Almarhum suaminya.
"Baik nyonya saya terima persyaratan itu, terima kasih sudah menyetujuinya,"
Ana kembali mengambil Hana dari tangan pelayan yang mengambil alih tugasnya.
***
Hari demi hari berlalu dengan tidak mudah bagi Ana, pikirannya terbagi antara tugas mengasuh,menjadi istri dan mengikuti keinginan ibu mertuanya. Sesungguhnya ana mengambil hikmah bahwa tugas seorang istri adalah merawat keluarganya meskipun berbeda dengan Ana yang melakukan semuanya hanya sebatas tanggung jawab.
Farid beberapa bulan ini disibukan dengan perjalanan bisnisnya,ia jarang bertemu istri dan anaknya karena harus turun langsung untuk bertemu dengan para investor.
***
Dukung terus ya agar aku semangat nulisnya 😁❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Joice Meitasari
semoga ibu Farida mendapatkan menantu yg bermuka 2.biar dia merasakan dihina org lain itu gmn rasanya
2020-12-31
1
aal lia
horang kaya mah bebas ngomongnya. ngomongnya smpe nyakitin bgt jg bebaass.. jiwa misqwiinn aq ikut menjerit ngerasain apa yg dialamin anna
2020-10-14
2
aal lia
horang kaya mah bebas ngomongnya. ngomongnya smpe nyakitin bgt jg bebaass.. jiwa misqwiinn aq ikut menjerit ngerasain apa yg dialamin anna
2020-10-14
3