Ana meninggalkan kamar dengan banyak pikiran,sikap Farid tidak mudah untuk ditebak semuanya terasa abu-abu. Ana membantu pelayan menyiapkan makanan untuk sarapan suami dan mertuanya,Ana tersenyum miris ternyata dirinya lebih cocok sebagai pelayan daripada istri dari seorang Farid karim,pengusaha muda yang sukses dalam dunia bisnis.
Kejadian pagi ini menyadarkan Ana kembali, bahwa dia harus tetap menapak tanah,jangan terbuai dengan perlakuan Farid,Ana meyakinkan dirinya bahwa Farid tidak benar-benar menginginkannya. Sarapan sudah disiapkan,Ana memanggil mamah mertua dan juga suaminya.
Semuanya sudah duduk di bangkunya masing-masing,namun Ana memilih untuk memisahkan diri untuk saat ini,bahkan seterusnya. Dia tidak ingin terus bergantung pada kehidupan Farid yang tidak benar-benar menginginkannya,Ana pun akan bicara pada ibu mertuanya mengenai keinginan memiliki cucu kembali.
"Mah,mas. Aku pamit tidak ikut sarapan karena ingin menyuapi Hana," ucap Ana perlahan
"Lebih baik kamu sarapan dulu Ana,Hana biar disuapi susternya," sahut Farida pada menantunya.
"Tidak apa-apa mah,aku ingin melakukannya sendiri,"
"Benar kata mamah Ana ,sebaiknya kamu sarapan dulu,masalah Hana dia sudah ada yang mengurusnya,"
Ana pun tidak bisa berkutik, akhirnya dia duduk bersama keduanya. Suasana diruang makan cukup hening,sampai akhirnya Farid membuka suara.
"Mah, berhenti meminta cucu pada Ana,mungkin dia tertekan dengan permintaan mamah, biarkan dia fokus mengurus Hana. Bukankah Hana sudah cukup ?," ucap Farid yang berbicara setelah ia makan.
Kata demi kata yang Farid keluarkan semakin meyakinkan Ana,bahwa Farid tidak benar-benar menginginkannya pernikahan ini. Sempat ingin menjalani semuanya dengan normal dan melupakan mendiang suaminya,namun hal itu ia urungkan. Ana harus bersiap dengan segala kemungkinan.
"Benarkan Ana?," tanya Farid sepontan
Ana yang diberi pertanyaan dadakan cukup kaget dan bingung harus menjawab apa,namun Ana sudah tidak ingin lagi memberikan harapan pada mamah mertuanya.
"Lalu untuk apa kalian menikah jika bukan untuk memiliki keturunan, teman-teman seusia mamah sudah banyak yang memiliki cucu sedangkan mamah baru satu,mamah pun ingin seperti orang-orang,"
Farid menarik napasnya cukup dalam.
"Aku pamit ke kantor mah,hari ini ada rapat penting,"
Setelah berpamitan Farid meninggalkan keduanya di meja makan. Farida meyakinkan Ana bahwa dia harus memiliki cucu dari ana.
"Ana kamu mau kan melahirkan cucu untuk mamah?Farid mungkin terlalu lelah dengan pekerjaannya, jadi dia tidak punya banyak waktu untuk membicarakan soal anak,"
Ana tersenyum miris, sesungguhnya Farid tidak lelah, memang dia tidak menginginkannya.
"Mah,apakah kesepakatan mamah waktu itu masih berlaku? jika masih aku akan menerimanya kembali,"
"Kesepakatan apa Ana?,"
"Mamah pernah mengatakan pada Ana,bahwa ana harus tetap disini dan menjadi pengasuh hana ,selama mamah belum menemukan pendamping yang cocok untuk mas Farid,dan saat itu tiba Ana harus meninggalkan rumah ini,"
Farida terdiam, ternyata dulu dia sejahat itu dan pernah mengatakan hal yang menyakitkan.
"Apa maksudnya Ana?,"
"Mah,carilah istri yang cocok dengan mas Farid, yang satu kasta dengan kalian sama seperti almarhumah mbak Hana dulu. Mah, mas Farid tidak bahagia dengan pernikahannya dengan Ana. Jadi Ana akan sangat bersyukur jika mamah menemukan istri seperti mbak Hana dan dicintai mas Farid,"
Farida terdiam,ia pikir Ana sudah melupakan semua ucapannya ternyata kata-katanya tersimpan dengan baik di memori Ana.
"Ana, mungkin Farid butuh waktu. Dia memang sangat mencintai istrinya jadi tidak mudah bagiannya untuk menerima wanita lain,"
"Mah,Ana pun sangat mencintai mendiang suami Ana,tapi ana mengkhianatinya dengan menikah lagi,Ana pun berupaya setia sampai kesetiaan itu hancur saat Ana menerima pernikahan ini. Ana menyesali keputusan saat itu,tapi disini ana tidak ingin melihat banyak penyesalan dari mas Farid karena dia menikahi ana.,"
Farida semakin tidak bisa berkata-kata,bahwa ternyata menantunya tidak bahagia dan menyesali pernikahannya.
"Apa kamu sungguh-sungguh tidak bahagia dengan pernikahan ini?,"
"Awalnya sulit bagi Ana,sampai akhirnya sikap mas Farid berubah seolah sudah menerima pernikahan ini,dan lambatlaun aku pun demikian,namun akhir-akhir ini mas Farid berubah semenjak Ana membicarakan masalah anak, sikapnya benar-benar berbeda,"
"Mungkin itu perasaan kamu saja,bisa jadi dia bersikap seperti itu tidak Farid sadari ,"
Ana tersenyum.
"Mah perasaan Ana cukup sensitif untuk menerima sikap orang lain yang berubah-ubah,mah Ana sudah siap jika suatu saat nanti Ana harus pergi dari rumah ini,aku tidak ingin terus berada disini,karena aku tidak sama dengan kalian,"
"Ana kamu jangan berlebihan,mamah tau Farid salah,mamah akan tegur dia nanti,"
"Jangan mah,aku tidak mau semakin dibenci karena dituduh mengadu,biarkan seperti ini segeralah cari seorang istri yang sesuai dengan kriteria mas Farid,aku mohon mah,aku juga berhak bahagia,"
Farida kehabisan kata-kata selain mengiyakan keinginan Ana,namun Farida kembali memberi persyaratan.
"Baiklah,tapi tunggu sampai pernikahan kalian berjalan 1 tahun,jika sampai saat itu kamu tak kunjung hamil dan Farid belum juga menerima kamu sepenuhnya, maka mamah berjanji akan melepaskan kamu dari rumah ini,"
Ana terdiam,6 bulan lagi . Itu bukan waktu yang sedikit dan tidak juga lama,jadi ana menyetujuinya.
"Baiklah mah,Ana setuju,"
Ana kembali ke kamarnya,dia berpikir keras apa yang akan dia lakukan selama 6 bulan ini,apakah dia akan mencoba menarik simpati Farid dan benar-benar membuatnya jatuh cinta,atau mengalir saja menyerah semuanya pada keadaan, ntahlah.
***
Hari ini adalah hari Minggu,Hana sudah wangi dengan gaun peach dan bando di atas kepalanya,bayi berusia satu tahun setengah itu sudah pandai berjalan,Hana termasuk orang yang cerdas. Bayi Hana tumbuh menjadi anak yang cantik, mulutnya tak henti mengoceh,membuat semua orang merasa gemas dan ingin menggigitnya.
Ana menyayangi Hana,namun sebisa mungkin ia tidak memanjakan putri sambungnya sejak awal. Ana mendidik Hana untuk mandiri,di kamar bayi itu begitu banyak foto Hana ibunya,ah cukup repot ibu dan anak ini memiliki nama yang sama, mungkin saking cintanya Farid pada mendiang istrinya.
Ana selalu mengatakan pada Hana bahwa foto ini adalah mamahnya,bahkan foto Maternity sewaktu Hana masih dalam kandungan tercetak jelas dan besar seperti lukisan, memenuhi kamar milik balita itu,dan yang lebih menyesakan dada di foto itu Farid memeluk Hana dan perutnya yang sedang mengandung buah cinta keduanya,penuh cinta.
Ana semakin mengetahui keberadaan foto itu,ya agar Ana sadar bahwa sampai kapanpun dia tidak akan pernah menggantikan posisi Hana sebagai ibu dari anak Farid.
***
Aku kembali hehe
Jangan lupa like,komen dan vote ❤️😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Desy Rizky Shafia
air mata ku nggak berhenti netes nee Thor 😭😭😭
2021-03-18
0
maura shi
apa yg harus d tunggu,pergi aja sudah ana
2021-01-18
0
Joice Meitasari
😭😭😭
2020-12-31
0