Hanya keheningan yang mengisi kamar Ayana yang luas itu, dua manusia yang masih berdiri di tengah-tengah pintu belum ada yang membuka suara, dengan Ayana yang masih dalam posisi memeluk Gio dari belakang.Kemudian satu tangan Gio bergerak menaruh tas ranselnya ke lantai.Setelah itu tangannya memegang tangan Ayana lalu memutar tubuhnya untuk menghadap pada perempuan yang masih diam sejak tadi mencegah dirinya pergi.
"Kamu yakin? Mau aku di sini? " tanya Gio pelan. Ayana hanya mengangguk tak menjawab." Kaka gak sendiri di sini, ada pelayan kan? " Gio masih dengan wajah datar dan suaranya mendadak dingin pikir Ayana.Gio masih bicara sopan dan tidak melayangkan kata-kata kasar kepada istrinya itu, meski hatinya hancur berkali-kali oleh ucapan tajam dari prempuan yang sedang berdiri di hadapannya kini.
Ayana mendongak menatap wajah Gio." Tapi mereka di rumah belakang bukan di sini.Terus gimana kalau nanti ada apa-apa sama gue sementara lo gak ada? Jangan lupa lo harus tanggung jawab karena Papah udah nitipin gue ke lo." ucap Ayana.
Gio menghela napas lelah dirinya bingung sebenarnya, kaki dan egonya ingin pergi dari sini tapi hatinya mencegah." Kok lo diam aja? Kalau mau pergi ya pergi aja sana. " ujar Ayana kembali judes padahal tadi sudah hampir melunak.Gengsi memang mengalahkan segalanya.
Gio menatapi wajah Ayana yang begitu cantik dan indah di depannya ini.Dirinya memang belum mencintai Ayana tapi ia akan berusaha mencintai perempuan ini, tapi sayangnya Ayana sama sekali tidak memberinya kesempatan dan hanya menorehkan luka karena ucapannya yang selalu tajam itu.
"Jadi yang benar yang mana? Kamu nyuruh aku pergi atau tetap di sini? " tanya Gio akhirnya setelah beberapa detik hanya diam memandangi Ayana dengan wajah datar.Mata Gio tertuju pada bibir tipis milik istrinya.Demi apa pun hatinya sangat hancur karena kata-kata tajam yang keluar dari bibir yang sejak semalam sudah menjadi candunya itu.
"Terserah, mau pergi juga silakan, gue gak peduli. " Ayana pergi dari hadapan Gio lalu membanting pintu kamar mandi dengan keras.
Gio menarik napas sepenuh dada lelah sungguh dirinya pusing saat ini, sebenarnya apa sih yang Ayana inginkan, mengapa wanita itu tidak mengatakannya dengan jelas bahwa dia ingin Gio di sini atau pergi.Dan mengapa harus Gio yang memikirkan ini, dia mana tahu apa yang di mau Ayana .
Setelah lama hanya berdiri dengan bingung.Gio memutuskan untuk kembali ke dalam kamar lalu duduk di kursi belajarnya.Gio mencoba melawan egonya untuk tetap di sini meski harga dirinya sudah berkali-kali di injak dan jatuhkan oleh Ayana.Gio akan tetap mencoba setidaknya sampai Frans kembali atau seberapa kuat dirinya menahan dan menerima semua perlakuan Ayana kepadanya.Jika Gio sudah merasa tak sanggup lagi maka ia akan menyerah namun setidaknya ia sudah pernah berusaha dan mencoba.
"Sabar, Gi.Lo harus kuat masa baru di hina gitu aja lo mau nyerah? Anggap aja ini ujian untuk naik level agar hubungan lo dan Ayana semakin dekat kedepannya. " Gio menyemangati diri sendiri.Jauh dari dalam lubuk hatinya ia mengharapkan pernikahannya ini berujung manis dan bahagia.Karena sedari awal dia memang tidak ada niat main main dengan pernikahannya, dia serius menjalani semuanya meski pada awalnya hanya terpaksa.
Ayana terlihat membuka pintu kamar mandi dengan wajah yang jauh lebih segar usai membersihkan diri.Wanita itu memang sangat cantik pandai merawat diri dan jauh terlihat lebih muda dari usianya.Bahkan saat pertama kali melihat Ayana, Gio mengira umur Ayana ini masih 23 tahun, atau palingan hanya tiga atau empat tahun di atasnya.Namun siapa sangka ternyata 10 tahun di atas Gio, uang memang segalanya. Ayana yang memang sudah cantik dari orok di tambah di dukung dengan perawatan mahal dan gaya hidup yang sehat tentu saja dia akan terlihat jauh lebih awet muda dari usianya.Coba jika Ayana hanya orang miskin seperti Gio ini mungkin saja Ayana terlihat seperti tante-tante pada usianya.
"Kok gak pergi? " tanya Ayana tangannya sibuk mengoleskan krim malam ke wajah mulusnya.
"Tolong beri Aku kesempatan untuk belajar mencintai kamu,Ka.Beri aku kesempatan mendampingi Kaka sebagai seorang suami yang semestinya. " ujar Gio dengan mata menatap lekat Ayana yang sedang sibuk melakukan ritual malamnya.
Gerakan tangan Ayana yang sedang mengoles krim ke lehernya terhenti saat mendengar kata-kata Gio barusan." Gue gak butuh cinta, cinta dari orangtua dan keluarga gue udah lebih dari cukup, jadi gue gak butuh di cintai siapa pun, kecuali nanti cinta dari pasangan gue. " Ayana menoleh sebentar dia melihat Gio yang kini tetap menatapnya.Ayana kembali memberikan pijatan halus pada wajah dan lehernya." Tapi ya, Ada syaratnya kalo lo mau.Kalau lo sanggup ikuti semua apa yang gue bilang, " balasnya datar tanpa menoleh sedikit pun.Dalam hati dia mengejek Gio, dia akan memberika syarat yang berat supaya lelaki bau kencur itu menyerah.Ayana yakin Gio tidak akan sanggup mengikuti perintahnya.
"Apa itu? " tanya Gio penasaran.
Ayana menutup krim malamnya dengan gerakan pelan.Lalu menoleh pada Gio dan sepasang mata jernih itu menatapnya begitu penasaran.Ayana menatap Gio dengan pongah dan tentu saja selalu meremehkan.
"Kita harus berpura-pura saling mencintai di depan semua orang.Kita jalani rumah tangga sialan ini untuk sementara sampai waktunya pas untuk pisah.Setelah itu gue mau kita cerai dengan baik-baik tanpa membuat nama gue buruk sedikitpun, lo tenang aja.Gue akan ngasih imbalan ke elo buat buka usaha atau apa pun itu terserah lo.Dan setelah kita berpisah gue pastikan lo bisa melanjutkan hidup dengan lebih baik. " papar Ayana seraya menatapi Gio yang juga sedang menatapnya dengan tatapan semakin penasaran.
"Gimana lo mau gak? Enak kan setelah itu lo bisa menikah dengan cewek yang lo cintai, begitu pun gue karena gue gak cinta sama lo dan kayanya gak akan deh.Hati gue udah ada yang punya, lo gak akan bisa merebut hati gue biar lo jungkir balik sekali pun," Sambung Ayana serius.
Gio tak menjawab hanya memandangnya dengan tatapan sendu,Tidak tahu mengapa hatinya mendadak tambah sedih." Kaka punya pacar? " tanyanya pelan setelah beberapa detik terdiam bukannya menjawab ucapan Ayana tadi.
Ayana menggeleng membuat Gio heran." Gue gak punya pacar.Tapi gue punya cowok yang gue suka selama lebih dari 12 tahun.Dia yang selalu memenuhi hati dan pikiran gue.Dia itu sempurna berbeda jauh sama lo yang sama sekali bukan tipe gue. " jelasnya sangat menusuk tepat pada jantung Gio.Di tidak suka mendengar Ayana memuja lelaki lain secara terang-terangan di hadapannya seperti ini, bagaimana pun perempuan ini adalah istrinya sekarang.Tentu saja Gio tidak suka mendengarnya.
Ayana tersenyum tanpa Gio sadari, dia hanya sedang memanasi Gio supaya lelaki muda itu menyerah sendiri.Padahal saat ini tidak ada satu pun lelaki yang di cintainya.Yang barusan dia katakan itu semua hanya masalalu yang sudah lama terkubur, dan tak mungkin ia ingat-ingat kembali.
"Asal lo tau, Gue menerima pernikahan ini semua cuma demi Papah, bukan semata-mata gue iklas menerima begitu saja, enggak sama sekali.Sejak awal gue udah gak sreg sama lo meski pun kita belum ketemu, feeling gue bener lo gak pantes buat gue.Maaf kalau gue ngomong gini, Kita ini gak cocok dari segi apa pun.Lo terlalu muda, lo gak akan bisa mengimbangi dan memahami gue, sampai kapan pun kita gak akan pantas bersanding. " ujar Ayana sebelum melanjutkan lagi ucapannya.
"Lo jangan buang-buang waktu untuk belajar mencintai gue, Karena yang lo lakuin semua itu akan sia-sia. Gue gak akan pernah jatuh cinta sama lo, itu mustahil, jadi percuma aja, lebih baik ikuti saran gue dengan begitu lo lebih baik dan tidak begitu merasa tersakiti nantinya. " kini penjelasan itu terasa semakin mengiris perasaan Gio.
"Lo boleh kok berhubungan dengan siapa pun gue gak peduli.Dan begitu juga sebaliknya lo jangan pernah melarang apa yang gue lakuin untuk menyenangkan diri gue. " pungkas Ayana dengan lugas tanpa melihat wajah Gio yang sudah berubah begitu datar dan dingin.
"Aku akan coba. " Balas Gio lirih dan hanya itu sebelum dirinya masuk ke kamar mandi.
Sepeninggal Gio Ayana terdiam dengan perasaan aneh setelah melihat wajah lelaki itu.Sebenarnya ia tidak ingin mengatakan itu pada Gio, Ayana sudah berniat akan mencoba menerima laki-laki itu walau tidak mencintainya sekali pun.Tadi setelah pulang dari kantor Ayana menelepon Giselle ia mendapat saran dan nasihat dari wanita itu.Giselle sahabatnya yang selalu bijak itu, menyarankan Ayana agar mencoba untuk menerima Gio setidaknya sekali saja beri lelaki itu kesempatan.Sampai Ayana bisa membuktikan dan melihat sendiri seberapa jujur dan tulus lelaki itu memperistri dirinya.
Jika saja Gio melakukan apa yang Ayana duga, baru lah dirinya boleh saja menendang Gio atau menghukumnya sekali pun.Tapi setidaknya sudah memberinya kesempatan dan membuktikan tentang dugaan Ayana mengenai apa maksud dan tujuan Gio menikahinya, hati Ayana yang semula mulai melunak kini kembali mengeras karena lagi-lagi ego yang menguasai.
...🍀🍀🍀🍀...
Di kamar mandi Gio tidak melakukan apa-apa, ia hanya berdiri di depan cermin seraya menatap dirinya dengan air mata yang memenuhi pelupuk matanya.Gio bertanya-tanya pada dirinya sendiri apa sanggup ia menjalankan pernikahan ini.Apa benar Gio bisa kuat menghadapi sikap Ayana yang selalu kasar dan sesuka hati terhadapnya. Apa lebih baik Gio mundur saja sebelum hatinya lebih hancur lagi oleh perlakuan Ayana.
Lama berdiri di sana Gio masih belum mendapat jawaban, hatinya masih berperang dengan ego. Dengan perasaan yang gambang Gio keluar dari kamar mandi usai berganti pakaian dengan yang lebih santai.Gio berjalan ke arah ranjang dan melihat Ayana yang sedang bermain ponsel sambil cekikikan entah dengan siapa.Sebenarnya ada perasaan sedikit tidak suka di hati Gio kala melihat istrinya lebih bahagia dan menghargai ponselnya ketimbang pada Gio sendiri.
"Tidur Ka, udah malam.Jangan begadang nanti Kaka sakit. " Ajak Gio pelan dirinya menarik selimut lalu bersiap merebahkan diri sebelum mendengar balasan Ayana.
"Kan gue udah bilang, Lo itu jangan ikut campur dengan urusan gue.Terserah gue mau begadang kek atau gak tidur sekali pun.Lo urus saja diri lo sendiri. " balas Ayana ketus seraya menaruh ponselnya di nakas.
Gio yang hendak merebahkan diri itu kembali menegakan dirinya, dia menatap Ayana yang kini menatapnya." Ka, Aku tau Kaka memang gak menerima Aku sebagai suami.Tapi setidaknya ijinkan Aku peduli sama Kamu, gak ada salahnya kan kalau Aku peduli sama Istri sendiri? Aku gak peduli Kamu anggap pernikahan kita ini adalah hal konyol atau apa pun itu, terserah. tapi pernikahan kita ini sah baik secara hukum mau pun agama.Jadi apa salahnya selama kita dalam ikatan ini kita jalani semuanya dengan baik, dengan semestinya, meskipun kita gak tau gimana akhirnya. " Gio menatap lekat ke dua bola mata Ayana yang bergerak gelisah.Perempuan itu menghindari tatapannya.Sebenarnya Gio belum paham akan karakter diri Ayana yang baru di nikahinya seminggu lebih ini." Meksi pun tujuan Kamu tetap ingin kita bercerai nantinya, itu terserahmu, tapi apa salahnya kalau kita jalani ini dengan baik selama dalam pernikahan.Jangan main-main Ka, Pamali. "
Gio tahu Terkadang sifat Ayana ini sangat keras dan tak tersentuh.Namun terkadang juga melembut seperti perempuan yang memang memiliki hati dan perasan lembut, tapi sayangnya sikap lembut Ayana sulit di temukan dan susah memancingnya.
"Tolong ijinkan dan beri Aku kesempatan sekali saja, agar Aku bisa membuktikan bahwa Aku menikahi Kamu tulus bukan semata-mata semua karena uang aja dan apa yang Kamu tuduhkan itu. " ujar Gio lagi dengan tatapan yang terus mengarah pada Ayana.
Ayana mengangguk seraya balas menatap Gio tanpa pikir panjang, boleh juga dia ingin melihat seperti apa lelaki bau kencur ini nantinya.Lihat saja Ayana akan membuktikan kalau lelaki ini hanya ingin menguras hartanya saja." Oke, kalau gitu, buktiin semuanya.Gue beri satu kesempatan untuk lo, tapi ingat sekali saja lo melakukan kesalahan maka kesempatan itu habis dan kita cerai. "
Senyum manis terbit di bibir Gio." Makasih ya Ka. Kalau gitu Kaka bisa kan bersikap lembut sama Aku? Biar Aku sedikit senang walau Kaka gak tulus melakukannya. " pinta Gio dengan tatapan lembutnya itu.Mata Gio itu besar dan jernih tapi kalau natap lembut dan sayu membuat yang melihatnya jadi luluh lantak.
Ayana tak segera menjawab malah memalingkan wajahnya ke samping." Ish, ini bocah apaan sih matanya itu? " dumel Ayana dalam hati.
"Ka? bisakan? " tanya Gio serius.
Ayana menarik napas lelah juga menghadapi bocah." Ya.Lo lakuin aja terserah, Sesuka lo aja, makanya lo jangan bikin gue kesel mulu kalau lo pengen gue lembut dan gak marah-marah terus. " ucapnya seraya mendelik.
"Nah gitu dong, kan senggaknya kita gak ngerasa kaku-kaku amat tiap hari debat terus capek Aku ." ujar Gio dengan wajah yang sudah berseri kembali menggantikan wajah sendu yang sempat membuat perasaan Ayana tak nyaman.
Ayana membalas dengan gumaman dirinya sudah mengantuk ingin segera tidur, tapi Gio mendekat membuat Ayana tentu saja kaget." Mau ngapain lo? " tanya Ayana dengan sikap waspada.
"Mau peluk boleh gak? Sambil tidur kita pelukan enak kali. " jawab Gio seraya mendekat.
Ayana mendorong bahu Gio agar tidak meringsek kepadanya." Sana ih jauh-jauh, gue gak bisa tidur kalau nempel sama orang apa lagi sambil pelukan yang bener aja? Lo jangan macam-macam ya, Gue ngasih kesempatan bukan berarti lo sesukanya ke gue kaya gini. "
"Emang kenapa sih,Ka? Cuma pelukan Aku juga gak ngapa-ngapain kok, dan kalau pun iya kita ini kan halal bebas dong. Lagian Kaka kan belum nyoba tidur sambil pelukan itu nyaman apa enggak, makanya kita coba dulu. " balas Gio sikap manjanya mulai muncul Ayana bisa melihat itu.
"Hadeh, terserah lah. " Ayana pasrah membuat mata Gio berbinar dan bersiap menubruk Ayana namun terhenti saat tangan Ayana menahannya." Tapi ingat lo gak boleh lebih dari itu, jangan macam macam dan cari kesempatan.Kita gak tau pernikahan ini gimana nantinya, Gue gak siap memberikan kewajiban gue, lo harus ngerti Gio. " ucap Ayana yang membuat Gio melemas.
"Ya udah gapapa.Kalau Kaka belum siap Aku akan nunggu walau seminggu sebulan atau bahkan Setahun_" Gio menggaruk kepalanya." Ya jangan kelaman dong Ka.Dosa tau gak ngasih kewajiban ke suami itu dosa hukumnya." ujar Gio yang membuat Ayana mendengus.
"Apa otak para lelaki, hanya itu isinya ya? " tanya Ayana malas.
"Kalau udah menikah ya emang itu salah satunya, Ka.Yakali udah nikah tapi tetep masih perjaka mah ngapain nikah coba. " balas Gio seraya menggosok telapak tangannya dirinya kedinginan karena suhu AC lumayan dingin.
Mendengar kata perjaka, Ayana seketika teringat akan kecurigaannya pada Gio setelah kemarin malam.Dan sebenarnya inilah salah satunya penyebab Ayana marah dan mengusir Gio secara tidak langsung.Ayana jadi teringat kembali mengenai keperjakaan Gio itu yang sempat ia ragukan, Ayana jadi berpikir apakah dia harus mencobanya dengan Gio.Setidaknya sekali saja untuk membuktikan dugaannya apakah Gio itu masih perjaka atau sudah tidak.
Tapi bagaimana caranya Ayana memulai dan memintanya, yang benar saja, masa Ayana harus meminta lebih dulu.Di mana harga dirinya akan di simpan jika ia melakukan itu dan bagaimana jika hasilnya adalah benar, bahwa Gio sudah pernah melakukannya atau bahkan sering dengan orang lain.Ah, Ayana malah galau sendiri jadinya.
"Ka? " tegur Gio heran melihat Ayana yang malah bengong tak mendengarkan ajakannya untuk tidur.
"Ah.Iya ayo, hayuk cepet," jawab Ayana seraya membaringkan tubuhnya.
"Ayo, hayuk.Kemana? emang Aku ngajak Kaka kemana? " goda Gio dengan wajah tengilnya.
Ayana mendengus sebal." Kan lo ngajak apa tadi? Tidurkan? Ya ayo." balas Ayana seraya memejamkan mata, dalam hati dia merutuk semoga saja benar omongannya ini.
Gio hanya terkekeh melihat istrinya yang galak dan sensian itu.Gio membaringkan diri seraya merapat pada Ayana lalu memeluk perempuan itu dengan wajahnya yang terbenam di dada Ayana.Ayana juga tidak menolak ia membalas pelukan Gio, Saat ini dirinya terlihat seperti sedang menidurkan anaknya ketimbang menidurkan suami.Jiwa ibu-ibu dalam diri Ayana keluar seketika saat Gio bermanja seperti ini padanya.
"Jangan gerak-gerak di dada gue! " peringat Ayana saat merasakan kepala dan wajah Gio bergerak di sana.Gio hanya bergumam tak sanggup membalas karena rasa kantuk menyerangnya.Tak berapa lama lelaki itu langsung terlelap.
Ayana masih belum bisa memejamkan mata dengan posisi seperti ini dirinya sungguh tak nyaman.Bayangkan saja tubuh Gio merapat pada tubuhnya, Lalu sesekali wajah pria itu bergerak di dadanya dan itu menimbulkan sensasi aneh pada tubuh Ayana, rasanya seperti saat Gio mencu mbunya kemarin malam.
Sebenarnya Ayana menginginkan dan ketagihan hal itu lagi dari Gio, tapi dirinya malu untuk meminta lebih dulu.Rasa dan sentuhan nikmat yang lidah Gio ciptakan di inti tubuhnya masih terasa hingga detik ini.Dan bahkan inti Ayana berdenyut hanya dengan mengingatnya.
...🍀🍀🍀🍀🍀...
Pagi menyapa dua insan yang masih terlelap di ranjang yang sama.Gio lebih dulu membuka matanya saat mendengar getaran alarm dari ponselnya.Gio mendongak menatap wajah lelap Ayana di atas kepalanya karena posisi Gio lebih rendah dari istrinya saat ini.Gio tersenyum melihat wajah cantik itu, jika dalam keadaan tertidur seperti ini wajah Ayana terlihat jauh lebih rileks dan lembut.Tidak seperti saat wanita itu dalam keadaan sadar wajahnya biasanya selalu tegang, dan pipi tirus ini selalu terlihat mengeras.
"Cantik banget sih istri gue.Meskipun udah tante-tante tapi semuanya masih oke walau serba mini. " ucap Gio seraya menelisik seluruh tubuh istrinya.Ayana memang memakai piyama tipis dan sepertinya perempuan ini tidak memakai bra.Karena telihat jelas kismis mungil yang menonjol dari balik kain piyama tipis yang Ayana kenakan.
Gio menarik ucapannya, bahwa saat itu ia mengatakan, dirinya tidak akan sudi menjamah tubuh perempuan dengan usia di atas 30 tahun, baginya wanita di atas usia itu bagian tubuhnya sudah mengendur meski masih perawan sekalipun.Tapi saat setelah melihat tubuh istrinya Gio meralat ucapannya itu meski Ayana memang belum di atas usia 30.Tapi kan tetap saja sudah tua hitungannya, bagi Gio perempuan usia di atas 25 tabun sudah tua.
Lama memandangi wajah dan tubuh Ayana membuat Gio lupa bahwa jarum jam sudah bergerak hampir di angka 7.Seketika saja dirinya melompat dari kasur dan itu mengusik tidur Ayana hingga membuatnya bangun.
"Kenapa sih? " tanya Ayana seraya mengucek matanya yang masih mengantuk.
"Aku kesingan, Ka. " ucap Gio seraya meminta maaf dan hendak berlari ke kamar mandi sebelum Ayana menghentikannya.
"Ini hari minggu, Gio.Emang lo mau kemana sih buru-buru amat? " tanya Ayana.
Gio seketika melihat kalender yang terpajang di atas nakas." Oh iya ya.Tadinya aku mau sekolah, hehe." Gio menyengir dan menggaruk batang lehernya.
"Ck.Ya udah sana mandi dan kermas rambut lo bau pomade banget itu, mual gue. " suruh Ayana bohong padahal dirinya sangat suka dengan wanginya.Gio mengusap rambutnya sendiri padahal tidak bau batinnya.
"Iya, Maaf kemarin kebanyakan kayanya. " ucap Gio seraya ke kamar mandi.
"Ck, bisa-bisanya suami gue bocah tengil bau kencur begitu. Tapi dia ganteng. " gumam Ayana sembari turun dari ranjang karena akan bersiap ke bawah untuk sarapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments