Sudah satu jam lamanya, Namun Ayana masih duduk di meja makan, awalnya dirinya akan makan tapi malah melamun panjang, Makanannya tidak di sentuh sedikit pun hanya di aduk-aduk saja dengan sendok hingga benyek dan bengkak.Dirinya masih kepikiran mengenai perintah ayahnya semalam.
Ayana sungguh tak sanggup menolak mau pun menerima perintah Frans untuk menikahi laki-laki yang bahkan katanya masih sekolah itu, Bagaimana bisa Ayana akan menikah dengan anak-anak yang biasanya di usia segitu sedang nakal-nakalnya, karena di usia remaja itu biasanya sedang mencari jati diri dan sedang menikmati masa-masa remaja yang tidak akan terulang lagi, mengapa dirinya berpikiran kesana, karena Ayana pernah di posisi itu bahkan hingga saat ini.
Ayana membayangkan ketika sudah menikah nanti, betapa repotnya dirinya memiliki suami bocah, pagi-pagi Ayana pasti harus selalu bangun lalu menyiapkan keperluan suaminya ke sekolah. Belum lagi suaminya pasti sedang senang-senangnya main dan pacaran, karena biasanya usia belasan itu sedang gemar-gemarnya berganti-ganti pacar, seperti dirinya dulu.
Ayana menarik napas sepenuh dada,Ini tidak bisa di biarkan, Ayana harus bisa menemui pria itu dan akan menekannya agar mau membatalkan pernikahan mereka, enak saja! Ayana yang cantik ini masa iya harus menikahi anak kecil sih?
"Gue gak bisa diem aja, Pokonya gue harus temuin tuh bocil. " Gumamnya seorang diri.
Ayana ini cantik dan modis, anak orang kaya lagi. Jangankan untuk menikahi pria matang dan pengusaha kaya raya menikahi aktor besar saja bisa, jika Ayana ingin. Hanya saja dirinya masih terpaku pada satu orang, yang namanya sudah terpatri dalam hati selama lebih dari dua belas tahun.Leonardo Prasetyo, Nama lelaki yang selalu Ayana puja dan damba meski pria itu menyakitinya berkali-kali, tapi sudah lebih dari dua belas tahun pria itu mengisi hati Ayana dan tidak lekang oleh waktu.
Tak mau munafik meski dia benci setengah mati pada lelaki itu, tapi cintanya masih ada hingga kini. Walau Leo sudah menikahi Imelda Gunadi__Wanita pilihannya, tapi Ayana tetap mencintainya tidak peduli seburuk apa pun Leo, Cantik-cantik tapi agak goblok ya si mbak ini.
Kisah cinta Ayana tidak semulus wajah dan lututnya, Cintanya bertepuk sebelah tangan, Ayana sangat mencintai Leo, tapi Leo tidak pernah menganggapnya walau sekali pun, dan selalu mengatakan bahwa Ayana sudah di anggapnya sebagai adik oleh pria itu, namun Ayana yang agak kurang seons ini tetap kukuh memperjuangkan cintanya untuk Leo meski berkali-kali dia harus jatuh dan tersingkir karena beberapa wanita yang lebih unggul mendapati posisi di hati lelaki itu.
Bahkan sempat dengan bodohnya Ayana ingin menyerahkan tubuhnya saja pada Leo asalkan ia bisa menggenggam lelaki itu selamanya, namun sayang, Leo tidak tertarik sama sekali kepadanya. Dan tetap tidak mengganggapnya, dan malah mengatakan bahwa Ayana hanya sedang berlatih menjadi j*l*ng karena menggodanya dengan tubuh berisinya itu.
Ayana yang memang bebal pun dia tidak pernah sekali pun peduli akan perkataan Leo yang terdengar telah menghinanya itu, dia selalu Dan akan selalu memaafkan sebesar apa pun kesalahan Leo padanya, Cinta memang bisa mengambil kewarasan seseorang, buktinya Ayana rada-rada karenanya.
"Non, kalau gak bisa makan itu, makan yang lain aja. " Ujar Bi Narti membuyarkan lamunan Ayana.
"Iya, Ini tolong beresin aja saya mau ke rumah Cindy, nanti tolong bilang sama Mamah ya kalau saya pergi. " Pamit Ayana seraya berlalu setelah di angguki oleh Bi Narti. Usai berganti pakaian Ayana bergegas menemui Aneska, dirinya ingin curhat mengenai perjodohan konyol yang di rencanakan ayahnya itu.
...🌺🌺🌺...
Usai sekolah Gio bergegas keluar menuju pinggir jalan raya, dirinya akan langsung menemui Pak Frans di tempat yang sudah di janjikan, Gio menyetop angkot lalu masuk dengan buru-buru. Beberapa menit kemudian ia telah sampai di depan kafe Into sesuai tempat yang di janjikan Frans, Gio masuk dan pelayan langsung menyambutnya.
"Mas Gio ya? " Tanyanya ramah, Gio mengangguk dengan senyum lalu pelayan itu langsung mengarahkan Gio untuk ke ruangan lain, Gio melihat Frans yang sedang meneliti buku menu di tangannya, kemudian pria tua itu menyadari kedatangan Gio.
"Ayo duduk dan pesan yang kamu suka. " Suruhnya pada Gio, Kemudian menyerahkan buku menu yang lain.
Gio menerimanya walau dengan grogi." Air putih aja, Tuan. " Ucap Gio merasa tidak enak dan malu di tawari seperti ini, apa lagi baru kenal takut di kira tidak sopan kan.
"Masa air putih aja? Pesan apa aja yang kamu suka, jangan sungkan, " Titah Frans tegas membuat Gio semakin kikuk.
"Teh manis aja kalau gitu Tuan, " Pintanya dengan sopan.
Frans terkekeh seraya menutup buku menu di tangannya." Gio, di sini gak ada teh manis atau pun teh hangat, Ini kafe bergaya jepang semua makanan dan minuman di sini ala jepang. Memang ada teh tapi rasanya beda dari teh indonesia." Jelas Frans membuat Gio tersenyum kikuk dan malu." Ayo baca dan pilih. " Suruh Frans lagi.
Gio mulai memilih menu makanan yang menurutnya enak dan ia suka, Namun sampai hampir lima menit lamanya dirinya tak kunjung menemukan makanan yang dia suka, semuanya aneh pikir Gio
"Apa aja tuan, Saya gak pemilih. " Ucapnya pada Frans seraya menutup buku menu, Gio bingung karena tidak mengenal semua jenis makanan itu dari gambar dan namanya saja sudah aneh-aneh pikir Gio, apa lagi rasanya pasti lebih aneh lagi.
Frans lagi terkekeh." Baik lah. " Ucapnya kemudian memanggil pelayan dan memberi tau pesanan dirinya dan Gio.
"Hanamasa? Sushi tai? eh tei apa tai sih tadi?Aneh banget nama-namanya? " Tanya Gio dalam hati, lalu Gio hanya diam seraya memikirkan nama-nama makanan yang di sebutkan oleh Frans tadi, dirinya belum pernah mendengar nama-nama makanan itu sebelumnya, maklum lah Gio kan udik sekali.
Kemudian pesanan datang Frans langsung melahap makanannya, sedangkan Gio hanya mematung seraya memandangi makanan di depannya." Ini nasinya kenapa di gulung-gulung begini sih? Kaya lemper, Ini juga daging sapi banyak amat mana ribet lagi harus di panggang dulu, Keburu laper atuh ini mah. " Gerutu Gio masih dalam hati tentu saja.
"Apa orang kaya kalau gabut pasti begini ya? Niat makan di luar karena males masak, Sampe resto kudu masak sendiri, lalu apa gunanya makan di luar? Mending di rumah nyeduh indomeh. " Batin Gio.
Gio menyuapkan bulatan sushi ke mulutnya meski ragu menggunakan sumpit dengan susah payah, bahkan tangannya sampai gemetaran menggenggam sumpit yang menurutnya sangat licin sekali, setelah itu perlahan dia mulai mengunyah dan terdiam karena rasanya sangat aneh di mulutnya.Gio melirik Frans yang sedang fokus makan tanpa mempedulikan apa pun.
Tangan Gio diam-diam mengambil tisu lalu mengarahkan ke mulutnya dan membuang makanan itu, dengan buru-buru Gio minum jus stroberi hingga setengah, sumpah demi apa pun Gio belum pernah memakan makanan seperti itu. Ini pertama kalinya ia mencoba rasa aneh dari makanan jepang ini, karena Gio terbiasa makan nasi bungkus dari warteg.
"Ih, rasanya aneh banget, Ikan mentah di gulung-gulung pake nasi, Gak punya gas apa gimana ini kafe? " Dumel Gio dalam hati bahkan lidahnya terasa kebas sekarang karena rasa ikan mentah tadi masih terasa di lidahnya.
"Masih enakan karedoknya bude atuh. " Gio membandingkan dengan masakan tetangganya yang terkenal sangat enak.
"Loh kamu gak makan? " tanya Frans setelah sadar bahwa Gio hanya diam mematung.
Gio tersenyum walau sangat malu sekali rasanya." Saya, kurang suka makanan ini Tuan, maaf gak terbiasa. " Ucapnya jujur dari pada pura-pura suka padahal menyiksa diri mending jujur asal selamat, urusan malu mah belakangan pikirnya.
"Makan ini aja kalau gitu. " Lagi Frans terkekeh melihat tingkah Gio yang menurutnya lucu, Kemudian Frans memberikan daging sapi yang sudah di panggang untuk Gio makan beserta sayur dan sausnya.
Dengan malu-malu Gio mulai menerima, lalu memakan daging sapi panggang yang terasa sangat empuk dan lezat itu, hingga beberapa suapan karena memang dirinya sangat lapar.
"Ka Indri pasti doyan nih, Ah seandainya bisa bawa ibu sama kaka kesini, Pasti mereka seneng. " Gumam Gio dalam hati tiba-tiba ia berhenti mengunyah karena air mata sudah menganak sungai, dengan terpaksa Gio memakan daging panggang itu sampai habis walau tanpa nasi, Beruntung Frans tidak menyadari bahwa Gio sempat hampir menangis.
...🍀🍀🍀...
Setelah makan Frans mengajak Gio ngobrol dengan serius sambil sesekali pria tua itu menyesap rokonya, Gio hanya menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan Frans seadanya, dia tidak suka menceritakan keadaan keluarganya pada orang lain, apa lagi pada orang yang baru di kenalnya. Di sini Gio sudah benar-benar berharap akan di beri pekerjaan oleh Frans sebenarnya sedari tadi ingin bertanya namun Gio tidak berani.
"Ibu kamu sudah lama sakitnya? " Tanya Frans setelah mereka membahas keadaan ibu Gio, Gio dengan terpaksa mengatakannya karena Frans memancing.
"Sudah hampir empat tahun, karena terhambat biaya jadi terpaksa pengobatan di tunda dulu, Jadi karena itu penyakit ibu semakin parah. " Jujur Gio bukan semata-mata Gio menjual derita dan penyakit sang ibu, Gio hanya berharap Frans memberinya pekerjaan dengan gaji yang layak, Agar dirinya bisa membawa sang ibu berobat ke rumah sakit yang bagus.
Frans mengangguk-anggukan kepalanya paham." Gio, Saya bisa bantu mengobati Ibu Kamu sampai sembuh, Ibu kamu perlu di rawat di rumah sakit agar dokter bisa menangani dengan baik. Jika tidak ibu kamu bisa tidak selamat. " Ujar Frans yang tentu saja membuat Gio terkejut akan ucapan pria itu, namun Gio tak ingin menyela ia hanya diam mendengarkan.Dan kemudian Frans sudah mulai ke inti cerita.
"Namun semua itu ada syaratnya, kalau kamu sanggup memenuhi permintaan Saya, Saya akan menyanggupi dan menanggung semua biaya pengobatan Ibu Kamu hingga sembuh.Bahkan tidak cuma itu saja, Saya bisa menjamin biaya hidup kamu juga. " Ucap Frans dengan lugas.
Gio hanya mengerjap beberapa kali, dia tidak mengerti ucapan pria itu tentang syarat yang di maksudnya.
"Gimana Gio, Kamu sanggup gak kira-kira? " Tanya Frans yang membuat Gio mengerut dahi mengatakannya saja belum sudah meminta jawaban saja bagaimana sih Pak." Oh iya, Pasti kamu belum paham kan ya? Oke Saya akan beri tahu, jadi begini. " Frans meminum teh ocha di gelasnya yang tinggal setengah sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
"Saratnya, Kamu hanya perlu menikahi putri Saya, Ayana namanya, dan beri saya beberapa cucu dari hasil pernikahan kalian, juga bahagiakan putri saya dan jangan pernah menyakitinya.Hanya itu saja Gio. " Jelas Frans seraya menatap Gio yang juga sedang menatap dirinya dengan horor.
"Kamu dengar apa yang saya katakan? " Tegur Frans menyadarkan Gio yang bengong saja.
"Ah, Iya tuan saya mendengarkan, " Jawab Gio kikuk, dirinya buru-buru menyesap jus seraya mencari jawaban untuk menolak tawaran Frans agar tidak menyinggung perasaannya.
"Jadi gimana dengan tawaran saya? " Tanya Frans langsung, setelah ia yakin kalau Gio sudah bisa menjawabnya. Dia berharap banyak pada pria muda ini.
Gio berdehem sebentar lalu menggaruk lehernya yang tidak gatal." Hmm, begini tuan, Maaf saya sepertinya gak bisa. " Jawab Gio cepat tanpa berpikir dua kali.
Frans hanya mengulum senyum dirinya malah tertarik mendengar penolakan dari Gio." Mengapa begitu Gio? Bukankah imbang saya akan membiayai hidup kamu dan keluarga kamu, juga menanggung biaya pengobatan ibu kamu hingga sembuh, sedangkan kamu hanya perlu menikahi putri saya dan memberinya anak apa itu sulit bagi kamu? Bukankah enak dan mudah bukan? " Tanya Frans lagi yang berhasil membuat Gio goyah kali ini.
"Maaf kalau saya boleh tau mengapa tuan menginginkan saya? Dan kenapa gak mencari orang lain aja tuan? Yang lebih kaya atau pintar dan lebih dewasa, gak seperti saya yang bahkan masih sekolah dan pernah gak naik kelas. " Aku Gio akhirnya dengan kepala tertunduk malu.
"Saya gak butuh dari orang lain, Saya hanya suka aja saat pertama kali melihat kamu, karena saya pikir kamu sangat cocok untuk mendampingi putri Saya. " Jawab Frans yang seketika membuat Gio merinding, Ia yakin mungkin saja putri Pak Frans itu tidak normal, Atau memiliki kelainan mental atau bisa saja cacat fisik, Makanya Frans meminta dirinya yang miskin ini untuk menikahi putrinya.
Tentu saja Gio tidak mau, biar pun dia hidup dengan pas-pasan tapi Gio juga menginginkan perempuan normal dan bisa memberinya kebahagiaan, Oh ayo lah, Gio ini hanya manusia biasa bukan malaikat.
"Kamu pasti ragu ya, Mengenai putri saya? Tenang aja Gio, Putri saya itu normal dan sehat sama seperti kita ini, dia adalah putri saya satu-satunya gadis yang cantik dan sedikit manja tentu saja. Hanya saja dia gak mau menikah dalam waktu dekat ini, Padahal usianya udah memasuki tahun ketiga puluh, tahun ini.Karena itu Saya ingin kamu menikahinya. " Ujar Frans panjang lebar dan tentu saja penjelasannya membuat Gio menganga tak percaya.
"Normal dan cantik katanya, tapi bukan yang udah udah nenek-nenek juga dong, " Batin Gio merinding membayangkan seperti apa anak Frans itu.
"Maaf tuan saya gak bisa, Saya benar-benar minta maaf, Maafkan saya. " Ujar Gio cepat tanpa berpikir lagi, dirinya tidak bisa menikah di usia muda dan apa lagi dengan tante-tante, Gio sudah membayangkan putri Frans itu perawan tua dengan tubuh tinggi dan berisi yang ketiaknya selalu basah terus. Lalu wajahnya sangar seperti neng Lela putri bapak Sakar tetangga samping rumah yang naksir dan tergila-gila kepada Gio.
Memang Frans mengatakan anaknya adalah gadis yang cantik, tentu saja memangnya apa ada dan orang tua mana yang akan mengatakan bahwa putri atau putranya sangat jelek dan semacamnya, Gio maklumi itu tapi dia tetap tidak bisa menerima tawaran Frans ini.
"Coba kamu pikirkan lagi, Siapa tau tawaran saya ini kamu butuhkan dalam waktu dekat-dekat ini, Saya masih menunggu jawaban kamu dalam waktu tiga hari, kalau begitu saya duluan. " Pamit Frans langsung keluar tanpa menunggu jawaban dari Gio.Frans sedikit sakit hati dan tak terima putrinya di tolak mentah-mentah, bahkan oleh pria miskin seperti Gio.Memangnya dia siapa bisa menolak putri seorang Frans Adelard Himawan, yang selalu di hormati dan di sanjung oleh semua kalangan di kotanya.
"Kirim semua data-datanya. " Ujar Frans pada asistennya, Ia telah menyelidiki kehidupan dan latar belakang tentang Gio, dirinya tidak mungkin menawarkan putrinya pada orang sembarangan yang asal-usulnya tidak jelas dan memiliki latar kehidupan yang buruk.
Dan pilihan Frans tetap yakin pada Gio, meski pria itu masih sangat muda Frans tetap yakin bahwa Gio bisa di percaya untuk memegang perusahaan dan mendampingi putrinya, Gio itu pria yang baik dan pekerja keras dan tentu saja tidak memiliki catatan kriminal atau kejahatan semacamnya. Frans hanya butuh menyingkirkan satu orang saja, ya itu Bian pria itu pasti akan menjadi benalu di kehidupan putrinya dan Gio ke depannya.
Setelah kepergian Frans Gio hanya termenung di meja sebelum beranjak dari sana, Sepanjang jalan Gio merenungi ucapan Frans dirinya kembali berperang apakah harus menerima tawaran menggiurkan dan menguntungkan itu, atau Gio tetap menolak karena harga dirinya di pertaruhkan di sini, bukan semata-mata Gio menolak semua itu, ia hanya tidak ingin di cap laki-laki yang gila harta dan di tuduh mengincar kekayaan orang lain.
...🍀🍀🍀...
Sementara di rumah Aneska, Ayana dan Cindy sedang bermain ludo setelah makan siang. Keduanya menghabiskan waktu di rumah Aneska hingga petang, setelah sesi curhat selesai Ayana enggan untuk pulang karena takut bertemu sang ayah, Aneska dan Cindy mendorongnya untuk menerima tawaran sang ayah, agar Ayana menikahi bocah itu namun Ayana tetap pada pendiriannya, dia tidak akan menerima pernikahan gila yang sedang ayahnya rencanakan itu.
"Tapi Ay, Kalau kata gua mah lu terima aja deh lumayan cuy dapat suami brondong, masih seger lagi. " Ujar Aneska seraya memakan semangkuk besar sereal cokelat." Kan lumayan bisa di pamerin ke temen-temen alumni SMA kita dulu. " sambungnya.
Ayana mendengus sebal dan menghentikan permainan ludonya, padahal dirinya tadi sudah mengatakan untuk tidak lagi membahas mengenai pernikahan itu, tapi memang dasarnya mulut Aneska yang ember dan tidak bisa diam.
"Gua juga setuju sih, soalnya kan pilihan orang tua itu biasanya tidak salah, ya emang sih pasti nanti lu di cibir orang dapat suami kok anak ingusan gitu, tapi kan hidup untuk kita sendiri ngapain mikirin orang. " Timpal Cindy ikut menasehati.
"Lagian kenapa gak di coba dulu aja, kalau enak bisa di terusin." Sambungnya seraya tertawa.
"Di terusin, Lo pikir beli buah? " Tanya Aneska.
"Kan itu juga buah, sama aja buah k_" Ucapannya terhenti karena Ayana melemparinya dengan boneka beruang milik Aneska membuat ketiganya terbahak-bahak.
"Tapi gua gak bisa, masa iya punya suami yang masih bocah sih? Yang ada nanti malah ngerepotin gua doang, Ih males banget. " Ucap Ayana seraya melihat jam karena sebentar lagi akan segera pulang, tak terasa malam sudah semakin larut.
"Kalian coba deh bayangin anak bocah bisa apa sih? Jangankan untuk kerja dan ini itu buat muasin gua aja belum tentu bisa, titidnya aja masih kecil kayanya, mungkin aja baru tumbuh dan hanya segede pisang muli. " Ayana mengacungkan telunjuknya sambil mengejek dan membayangkan milik calon suaminya hanya sebesar jari telunjuknya atau pisang muli.
Tawa Aneska dan Cindy menggelegar di ruangan kamar Aneska yang sangat luas itu." Iya juga sih kan kita juga gak mau ya kalau batin nggak puas mah, Kepuasan ranjang juga salah satu alasan rumah tangga awet dan harmonis, Gue juga gak mau kalo gak puas bisa bisa muter terus kepala gue siang malam. " ujar Aneska yang memang pemain yang sudah pro dengan pacarnya.
"Jangan salah loh, biar masih kecil-kecil juga tapi anak jaman sekarang mah anunya gede, anu kan bawaan ya, jadi mau orang itu masih usia remaja atau sudah dewasa sekali pun kalau dia emang di anugrahi barang gede ya pasti gede dong barangnya. " Cindy masih tetap pada prinsipnya bahwa setiap anu laki-laki itu berbeda-beda sama seperti dada perempuan misalnya, Kurus, Gemuk. Tua muda bukan tolak ukur barang tersebut kecil atau besar. Karena biasanya yang memiliki badan berisi belum tentu memiliki dada yang berisi juga begitupun sebaliknya.
"Iya deh iya, ribut bahas kntl mulu kalian. " Sungut Ayana vulgar membuat kedua temannya itu terpingkal, Hey yang benar saja bahkan tadi Ayana sendiri yang memulai mengapa jadi menyalahkan orang lain sih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
thomas matulesi
rumpi dia
2022-10-22
0