Hari Gio berjalan tampak biasa, pemuda itu pergi ke sekolah setelah selesai dia kembali bekerja di restoran cepat saji yang menjual menu utamanya adalah ayam goreng tepung, setelah istirahat Gio kembali bekerja menjadi kasir di resto itu karena hari ini temannya shift dua.Saat ini Gio sedang melayani para pengunjung yang datang, tidak sedikit dari mereka yang dengan terangan-terangan menggoda Gio membuat pemuda itu kadang risih sendiri.
Gio memang mempunyai fisik yang bisa di katakan hampir mendekati sempurna, kulitnya putih bersih dan memang sangat bule dan beda sendiri, Hidung bangir dan lancip, belum lagi bibirnya tebal kemerahan karena Gio tidak merokok, tubuhnya pas tidak berisi dan tidak juga kurus, dan dia memiliki tinggi di atas rata-rata di usianya yang masih di bawah dua puluh tahun. Banyak orang yang menyayangkan mengapa Gio tidak menjadi artis saja, sudah pasti laku walau tanpa keahlian sekali pun, karena secara fisik saja Gio itu sudah sangat menjual.
Ada sekumpulan gadis yang mencuri-curi pandang kepadanya, tapi Gio tak ambil pusing karena baginya tidaklah penting, Ia hanya fokus bekerja untuk mencari lembaran rupiah agar nanti bisa menukarnya dengan makanan dan obat ibunya. Kemudian salah satu pengunjung wanita datang dan menyebutkan pesanannya, Namun sesaat dia mendadak terpaku akan pesona Gio, Wanita itu sampai terdiam untuk beberapa saat.
"Maaf Ka, Ada lagi? " Tanya Gio dengan ramah.
"Oh, Ini aja udah, " Ucap wanita itu, dia tersenyum kikuk.Gio membalas dengan senyum juga lalu memberikan uang kembalian dan struk pembeliannya.
"Boleh minta wa nya? Siapa tau kita bisa kenalan, " Ucap si wanita memberanikan diri seraya menerima struk dan mendorong lagi uang kembalian yang masih berada di tangan Gio.
"Maaf Ka, Saya sudah menikah. " Gio sengaja berbohong untuk mencari aman, dengan begini ia akan terhindar dari godaan mahluk tuhan yang paling ribet itu pikirnya.
Wanita itu tersenyum lagi walau malu setengah mati." Oh begitu, ya udah uangnya ambil aja buat kamu, Maaf ya. " Ujarnya seraya buru-buru mengambil pesanan, tapi dengan cepat Gio menaruh uang itu ke nampannya. Dan dengan cepat juga wanita itu mengambil kembali dan menaruhnya ke hadapan Gio seraya mengatakan maaf dan terima kasih dengan pergi terburu-buru.
Tak lama setelah itu Gio melihat kedatangan dua orang perempuan yang begitu cantik dan seksi. Mereka mendorong pintu kaca memasuki restoran tersebut, mereka berjalan begitu anggun ke tempat Gio berada kemudian mereka berdiri di depan Gio.
"Silakan, Ka. " Ucap Gio seramah mungkin di sertai dengan senyumannya yang kelewat manis itu, bahkan Aneska sampai meleleh di buatnya.
Dua perempuan cantik itu adalah Aneska dan Ayana, yang tak sengaja mampir ke resto ayam goreng karena Aneska terus merengek sejak pagi ingin makan ayam goreng tepung, katanya Aneska sekarang ini sedang mengidam, mungkin sahabat Ayana yang rada sableng itu sedang mengandung bayi bagong.
Aneska melihat-lihat menu, Gio masih menunggu dengan wajah ramah kemudian matanya tak sengaja beradu pandang dengan Ayana yang sedang berdiri tepat di belakang Aneska sembari melihat-lihat menu juga.
Mereka masih saling menatap tanpa sadar, Hingga Gio tak mendengar pesanan yang di sebutkan oleh Aneska.
"Hot chocolate satu, Mocha float satu, Hot english breakfast dan complete combo 2 paket, sama mcflury dan cheeseburger dua. " Ucap perempuan yang ada di depannya, namun Gio tak menjawab dan tak mendengar karena fokusnya hanya pada perempuan yang sedang ia tatap saat ini, sumpah demi semvaknya si Andre yang sudah bolong itu, Gio seperti melihat bidadari yang turun dari langit. Perempuan di depannya itu tak bisa di katakan cantik saja, tapi dia cantik banget, dan Gio baru kali ini melihat ada perempuan secantik Mbaknya itu.
"Ehemmm.." Aneska membuyarkan kesadaran Gio.
Gio berdehem tersenyum kikuk." Maaf bisa Kaka sebutin lagi, Ka? " Tanyanya dengan malu setengah mampus.
Aneska menghela napas kasar untung ganteng makinya dalam hati, kalau tidak sudah pasti dia akan mengomelinya.Aneska menyebutkan kembali pesanan yang tadi, dan Gio mencatat dengan serius lalu memberitahu temannya agar segera menyiapkan.Gio memberitahu jumlah harga pesanan pada Aneska, Aneska mengeluarkan isi dompet lalu membayarnya.
"Silakan di tunggu, Ka, Sebelah sini " Suruh Gio masih dengan wajah malu.
Aneska bergeser ke samping di ikuti oleh Ayana yang masih di belakangnya.Gio kembali melayani beberapa pengunjung, setelah lenggang diam-diam Gio kembali memperhatikan Ayana yang sedang menunduk memainkan ponselnya begitu serius. Ayana terlihat sangat fokus pada ponselnya itu entah apa yang di lihatnya, melihatnya menunduk begitu ingin sekali Gio angkat dagunya agar mendongak padanya dan, eh kok, Piye toh Gi.
"Ya allah, dia makan apa sih kok bisa secantik itu? " Batin Gio sambil memandangi bidadari tanpa bulu mata palsu itu, mungkin makan bunga kantil kali makanya cantik banget.
Beberapa saat berlalu, Gio masih menikmati pemandangan indah itu sampai Ayana menyadarinya, dan tak sengaja mereka kembali beradu tatap sebelum Ayana memutus lebih dulu.
"Gue ke meja ya, Pegel. " Pamitnya pada Aneska lalu duduk di kursi, tak lama pesanan sudah jadi Aneska membawa satu nampan berisi ayam goreng. Dan ia menyuruh Ayana mengambil satu nampan lagi yang berisi minuman.
Ayana berjalan malas mengambil nampan yang baru saja Gio letakan di depannya." Silakan, selamat menikmati. " Ucap Gio dengan senyuman yang manis, Ia tak henti menatapi Ayana.
"Ya." Sahut Ayana datar kemudian pergi ke meja, meninggalkan Gio yang terus menatapnya di tempat, kalau saja tatapan mata Gio itu bisa menusuk, sudah jelas punggung Ayana mungkin sudah hancur lebur.
Aneska mencondongkan kepalanya pada Ayana." Lihat Ay, kasir yang tadi cakep banget gila, tipe gue banget itu, " Bisik Aneska yang di balas cibiran oleh Ayana." Please deh gua pengen minta wanya tapi malu, Ay gimana dong? " Rengeknya seraya sesekali mencuri pandang ke arah Gio.
"Apaan sih, Nes? Gak nyadar umur banget, lo itu udah nenek-nenek sadar diri dong. " Ucap Ayana yang seketika membuat Aneska kena mental tapi hanya sebentar saja kok, mana mungkin perempuan berjiwa baja sepertinya ini kena mental." Lagian genit amat sih Lo, " Ayana melirik malas, bukannya marah Aneska malah terkekeh makin senang.
"Gue ngebayangin lo nikah sama tuh brondong Ay, terus setiap hari dia cuma main game dan keluyuran sama malas-malasan gitu, tapi makannya sebakul. " Seloroh Aneska masih dengan kekehannya." Udah gitu morotin Lo, dan dia minta uang mulu buat top up game dan judi onlen. " Aneska tergelak semakin seru meledek Ayana.
"Kalau itu terjadi sama gue, Gak bakal gue biarin tuh anak bisa napas. " Balas Ayana dengan mulut penuh." Lagian siapa juga yang mau nikah sama tuh bocah, Amit-amit. " Sambung Ayana.Aneska tertawa keras dan itu mendapat perhatian dari para pengunjung lain membuat Ayana malu.
...🍀🍀🍀...
Saat waktu istirahat tiba Gio mendengar suara telepon dari Rehan, yang ternyata sudah berdering beberapa kali.Dengan malas ia menelepon balik temannya itu.
"Iya, Han, Apa? " Tanya Gio santai seraya mengunyah makanannya, dirinya baru sempat makan sejak pagi pengunjung terlalu ramai dan dia kerepotan sendiri, karena temannya itu yang sedang cuti.
"Gi, masih kerja apa udah mau pulang? " Tanya Rehan." Ka Indri pendarahan tadi dan lagi di bawa ke klinik Husada." Ucap Rehan yang sukses membuat Gio berhenti mengunyah.
"Tante Mira juga drop, Gi sekarang lagi nyusul ke klinik yang sama dengan Ka Indri. " lanjut Rehan.
Gio tidak menjawab Ia berhenti makan terduduk lemas tanpa tenaga, kemudian dengan cepat ia membereskan barangnya dan bergegas menemui manager, setelah itu Gio pulang dengan keadaan kacau. Di dalam kendaraan umum Gio beberapa kali mengusap air matanya yang terus saja meluncur, demi tuhan ia takut kehilangan Ibu dan kakanya, Gio hanya punya mereka, hanya dua perempuan itu, selain mereka Gio tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini.
"Bertahan ya Bu, Ka, Aku belum membahagiakan kalian. " Gio mengusap air matanya yang mengalir, ketakutan semakin mengukungnya saat ini, bagaimana kalau mereka pergi meninggalkannya sendirian di dunia ini.Ayahnya sudah meninggal sejak Gio berusia tujuh tahun. sebenarnya hidup Gio tidak semiskin ini dulu, mereka sangat berkecukupan, Ayahnya seorang polisi dan hidup keluargnya sangat bahagia, namun sayang semua kebahagiaan itu tidak bisa Gio rasakan lebih lama, karena sang ayah meninggal akibat tertabrak orang tak di kenal saat ayahnya sedang bertugas.
Setelah itu kehidupan Gio hancur dan berada di titik paling bawah, beberapa tahun kemudian sang Ibu jatuh sakit dan keadaannya memburuk dari tahun ke tahun, Indri bekerja banting tulang sebelum mengenal Bian, Sayangnya semuanya semakin hancur, setelah Indri dan Bian saling mengenal kemudian Bian memaksa ingin menikahi Indri, meski pada awalnya tidak di setujui oleh Mira karena Bian bukan orang baik, hidup mereka berubah saat Indri dan Bian sudah menikah.
Waktu itu Indri dan Bian mengingatkan dan meyakinkan sang ibu dan adiknya, agar menerima pernikahan mereka dengan dalih bahwa setiap manusia pasti bisa berubah, dan sayangnya semua itu hanya omong kosong belaka. Dua tahun setelah pernikahan Indri dan Bian keluarga Gio terlilit hutang puluhan juta yang di sebabkan oleh Bian karena gemar judi, sudah beberapa kali Indri meminta cerai namun tak di gubris oleh Bian dan selalu di ancam akan di bunuh. Indri tidak bisa berkutik hanya bisa menuruti apa mau Bian asalkan Gio dan ibunya selamat, karena Indri tahu ancaman Bian tidak pernah main-main. Dia bisa saja menyuruh teman-temannya untuk membunuh Gio dan ibunya, jika Indri meminta cerai atau berani melaporkan perbuatan Bian pada polisi.
...🍀🍀🍀...
Gio telah sampai di rumahnya dia berjalan sangat cepat, melihat Rehan yang terlihat sedang menunggunya dan teh Susi__Istri Mang Aris yang sedang menggendong Billa.
"Ke klinik dulu, Ka Indri sama Tante Mira udah di sana. " Ajak Rehan yang sudah bersiap dengan motornya.
Gio mengangguk sebelum itu menitipkan Billa pada teh Susi." Maaf ya teh ngerepotin Teteh lagi. " Ujar Gio malu, dia sudah sering merepotkan tetangganya itu.
"Gapapa Gi, Kita ini tetangga sudah sepantasnya saling bantu dan tolong aja, tapi kalau malam Teteh gak bisa jaga Billa, karena Si Pandi suka rewel kalau malam. " Ucap teh Susi.
"Gapapa Teh nanti aku pulang, biar aku aja yang jaga nanti malam. " Balas Gio seraya pergi dengan Rehan.
Di jalan Rehan bercerita, bahwa Indri di pukuli dan di tendang oleh Bian karena tidak sempat memasak.Laki-laki itu baru kembali dari persembunyiannya setelah insiden maling ayam Haji Malik, Bian pulang dalam keadaan kacau setelah itu dia mencari makanan, tapi tidak menemukan apa pun yang bisa ia makan.
Rasa lapar dan hidupnya tak tenang karena selalu di buru warga, emosi Bian meningkat, dia mengamuk pada Indri, melampiaskan semua amarahnya pada sang istri.Bian menendang istrinya hingga jatuh dan mengalami pendarahan karena belum pulih pasca melahirkan. Mira syok karena melihat Indri terkapar dan tak sadarkan diri di depan matanya dengan darah yang terus mengalir dari sela kakinya, Mira berteriak pada tetangganya, beruntung Teh Susi mendengarnya lalu memanggil warga, dan Bian pun kembali kabur setelah mendapatkan beberapa pukulan dan amukan dari warga.
Di klinik Gio lagi-lagi harus menelan kenyataan pahit, Ibunya harus di rujuk ke rumah sakit besar dan harus di rawat inap hingga pulih, belum lagi Indri masih terbaring lemah karena tadi hampir kehabisan darah.
Untung saja para tetangganya dengan cepat membawanya ke klinik, jika tidak maka kemungkinan sesuatu yang buruk pun menimpa Gio.Lalu dengan semua itu Gio mendapat uang dari mana, untuk membayar semua tagihan rumah sakit biaya kaka dan ibunya yang jumlahnya pasti tidak lah sedikit. Gio menarik napas sepenuh dada lalu duduk di kursi dengan mengusap wajahnya berkali-kali, Gio putus asa dengan semua masalah yang menimpanya saat ini.
"Minum dulu, " Rehan menyodorkan air mineral kepada Gio yang sedang menutup wajahnya dengan kedua tangan." Nanti untuk membayar tagihannya gue sama Andre akan bantu, walau gak banyak asal bisa sedikit meringankan. " Ucap Rehan.
"Jangan, Han, Kalian juga butuh. " Tolak Gio bukan tanpa alasan masalahnya kedua sahabatnya juga sedang butuh uang sama seperti dirinya. Mengingat mereka dari kalangan susah sama seperti dirinya jauh dari kata kecukupan.
"Gapapa, Gi, Kami ada kok. " Ujar Rehan iklas tentu saja, Gio tambah tidak mau mengingat uang Rehan hasil mencumbu para tante-tante di luar sana.
Tentu saja Gio tidak mau menyembuhkan penyakit ibunya dengan uang haram dari Rehan, Gio bukannya munafik tapi ia tidak mau menambah dosa karena dirinya mengetahui sumbernya. Meski Gio sangat membutuhkan tapi ia tidak mau menerima tawaran Rehan.
"Nanti gua pikirin lagi, Han. " Balas Gio, Rehan mengangguk kemudian pamit pulang karena mendapat telepon dari ibunya.
...🍀🍀🍀...
Setelah itu Gio bergegas ke rumah Teh Susi untuk menjemput Billa, usai magrib Gio memangku Billa yang masih pulas tertidur, setelah dia mandikan tadi meski hanya di guyur-guyur saja, karena Gio tidak bisa memandikan bayi dirinya takut malah mematahkan tulang-tulang Billa yang masih lunak itu.Gio tidak tau badan Billa bersih apa tidak.
"Jangan rewel ya pintar, Om mau keluar bentar. Makasih loh udah ngajarin om buat latihan punya dede. " Ucap Gio pada Billa yang masih terlelap ia mengecup kening dan pipi bayi merah itu.
Gio tersenyum memandangi Billa yang tengah terlelap itu, dirinya membayangkan suatu saat nanti mempunyai bayi dengan Amanda kalau mereka berjodoh.Dengan hati-hati Gio meletakan Billa pada kasur lalu ia mengambil ponselnya seraya keluar kamar takut mengganggu keponakannya, Gio mulai memencet nomor Frans.
"Halo, " Ucap Frans pada dering ke tiga, Gio belum sempat menjawab Frans sudah lebih dulu kembali bicara." Kamu berubah pikiran? " Tanyanya
"Mm, Iya Tuan, Saya berubah pikiran, " Ucap Gio dengan perasaan malu, setelah sebelumnya dia menolak mentah-mentah tawaran lelaki tua itu, tapi kini dia datang meminta bantuan, benar-benar memalukan. Tapi Gio mengkesampingkan rasa malu itu, dia harus memohon meminta bantuan pada Pak Frans, karena ada dua nyawa yang sedang membutuhkan biaya.
"Kenapa? Apa lagi terdesak atau karena memang kamu sendiri yang ingin? " Tanya Frans lagi dengan tegas.Dia sudah tahu kalau Gio akan datang padanya meminta bantuan, tapi Frans berpura-pura tidak mengetahui apa-apa.
Tak segera menjawab Gio masih menimbang keputusan yang akan di ambilnya, dia takut kalau ini adalah langkah yang salah, tapi bagaimana dengan Kaka dan Ibunya yang masih di rumah sakit, mereka butuh perawatan dan obat, kalau Gio tak mengambil langkah ini, Sudah jelas dia akan menyesal kalau sampai terjadi hal yang buruk pada mereka." Ibu dan Kaka saya masuk rumah sakit Tuan, Saya butuh biaya banyak untuk membayar pengobatan mereka, " Aku Gio akhirnya jujur.
Frans terdengar menghela napas." Jadi kamu terpaksa menerima tawaran saya? Kalau saya membantu kamu apakah kamu akan sanggup menjalankan semuanya dengan suka rela, tanpa paksaan. " Frans memastikan.
"Saya sanggup Tuan, " Jawab Gio cepat.
"Bukan itu masalahnya, Kalau cuma ngomong doang kambing juga bisa, kalau kamu cuma terpaksa lalu bagaimana kedepannya? Saya tidak mau kamu memperlakukan putri saya setengah hati, karena kamu sendiri terpaksa melakukan ini, " Ujar Frans dirinya tidak ingin mengorbankan putrinya yang berharga itu.
Gio tidak bisa menjawab karena dirinya pun bingung, Gio tidak tahu Apakah nanti kedepannya dia bisa memperlakukan putri Frans dengan baik atau malah sebaliknya karena hati tidak bisa bohong. Jika Gio tidak mencintai orang tersebut apakah dia tetap bisa berpura-pura mencintainya.
"Gio, Saya anggap kediaman kamu itu setuju dengan ucapan saya, tolong pikirkan lagi, " Frans bukan tidak ingin membantu.Tapi ia tidak ingin mengorbankan Ayana. Dia juga perlu melihat seperti apa kesungguhan Gio, karena langkah yang akan di ambil ke depannya adalah sebuah pernikahan, Ini bukan perkara kecil, Pernikahan itu hal yang sakral tidak bisa di permainkan, jadi, Frans harus betul-betul meyakinkan Gio untuk hal ini.
"Tuan, Saya mohon tolong bantu saya untuk membiayai perawatan Ibu, Saya akan menuruti semua perintah Tuan, dan saya janji akan memperlakukan dan mencintai putri anda sepenuh hati, tolong pegang janji saya ini. " Ujar Gio cepat. Dirinya sudah putus asa dan tidak punya pilihan lagi selain menerima tawaran ini.Dan memohon kepada Frans, tidak peduli walau pria itu menganggapnya rendah, karena mengemis seperti ini, Gio tidak bisa menundanya lagi.
"Benar ini? Kalau begitu saya akan mengurus semua biaya perawatan ibu kamu. " Frans menyetujui, dia memang sudah tahu tentang apa yang terjadi pada Gio saat ini. Hanya saja dia perlu melihat sekeras apa lelaki muda itu berjuang. Tentu saja Gio langsung bernapas lega." Saya akan menyuruh orang untuk mengurus semuanya, termasuk memindahkan Ibu kamu ke rumah sakit yang bagus agar segera mendapat perawatan terbaik dari dokter. " Sambung Frans." Dan satu lagi, Saya akan membuat perjanjian dan kamu harus tanda tangani nanti. " Lanjutnya yang langsung di setujui oleh Gio.
Gio mengucap sukur dalam hati." Terima kasih Tuan, Saya bersumpah, Saya akan menepati janji saya. " Ucap Gio sopan yang di balas langsung oleh Frans. Gio bersandar pada sofa menghela napas dengan perasaan lega, Dia tak apa meski harus mengorbankan dirinya berkali-kali demi keluarga, Asalkan Kaka dan Ibunya sembuh dan pulang kembali ke rumah dengan bahagia.
Malam semakin larut, Gio berjaga semalaman karena Billa mendadak rewel, usai tadi menelepon Frans Gio langsung ke rumah sakit membawa Billa. Karena ia tidak mungkin mengurusnya di rumah seorang diri Gio tidak berpengalaman mengurus bayi apa lagi yang masih merah seperti Billa ini.
...🍀🍀🍀...
Keesokan paginya Gio bernapas lega ibunya telah di pindahkan ke rumah sakit besar dan bagus yang ada di kotanya saat ini, Kakanya juga sudah pulih dan boleh kembali ke rumah, uang memang merubah segalanya Gio percaya itu, karena itu dia akan mencari uang sebanyak-banyaknya agar bisa mendapatkan apa pun yang keluarganya inginkan. Walau harus mengorbankan dirinya sekali pun Gio tidak masalah, baginya keluarga adalah segalanya.
Sebelum berangkat menuju tempat kerjanya Gio menyempatkan diri untuk menemui Amanda, Kebetulan gadis itu sudah berada di teras rumah Gio sedang mengobrol dengan Indri, dari jauh Gio pandangi kekasihnya itu, dia begitu cantik hari ini, Amanda emang selalu cantik kapan pun, puji Gio, Maklumi saja namanya juga lagi bucin.
"Hei.." Sapa Gio dengan senyum manisnya, demi apa pun dirinya selalu terpesona akan kecantikan gadis itu. Amanda memang memiliki wajah adem dan menenangkan, kalau kata Gio yang bucin sih wajah Amanda itu meneduhkan bak payung pantai.
"Baru pulang? " Tanya Amanda tersenyum malu-malu, keduanya memang sedang kasmaran, Hubungan mereka tengah mekar penuh cinta meski kerap kali keduanya bertengkar karena keluarga Amanda.
"Udah dari tadi sih, tapi mampir dulu ke rumah Rehan ada perlu. " Jawab Gio lalu duduk di samping Amanda, dia tersenyum penuh arti melihat pacarnya yang terlihat segar sepertinya Amanda baru selesai mandi.
"Kalian ngobrol aja ya, Kaka mau nidurin Billa dulu. " Indri mengerti mereka butuh ruang berdua saja tanpa dirinya.
"Kenapa tiba-tiba mau ngobrol sama aku? " Tanya Amanda seraya menyentuh tangan Gio lembut, tentu saja Gio selalu menahan perasan aneh dalam dirinya kala Amanda bersikap seperti ini, darah muda Gio selalu berdesir jika bersentuhan dengan Amanda.
"Ada yang perlu aku omongin sama kamu, " Ucap Gio ragu. " Aku mau kerja ke kota A dan mungkin pasti jarang pulang. " Akunya dengan bohong tidak mungkin Gio jujur kan kalau akan menikahi perawan tua, bisa-bisa Amanda pingsan saat ini juga.
"Terus aku gimana? Aku gak bisa jauh dari kamu Gi, dan hubungan kita ini juga gimana? Aku takut nanti di sana malah kamu ketemu cewek yang lebih cantik dari aku, Sayang? " Tanya Amanda tanpa jeda ia merengek dan selalu manja kepada Gio dan itu yang membuat Gio selalu suka dan semakin tambah cintrong saja.
"Ga mungkin, Aku bisa jaga hati. " Jawabnya tenang dan selalu lembut." Aku juga nanti akan usahain sering datang kalau lagi libur. " Sambung Gio." Nanti kita jalan-jalan ya kalau aku libur. "
"Panggil sayang dulu. " Rengek Amanda, dia kesal karena Gio hampir tidak pernah memanggilnya dengan panggilan sayang.
Gio terkekeh mendengarnya dan menjawil pipi tembem kekasihnya itu." Iya, Sayang. " Katanya.Gio memang tidak pernah memanggil Amanda dengan panggilan itu, tidak tau mengapa ia merasa geli sendiri mengucapkannya.
"Gitu dong, kamu ini gak bisa romantis banget." Amanda memegang dan mengusap tangan Gio dengan gerakan sensual membuat Gio menelan ludah.
"Ya udah, berarti ini di ijinin yah? " Bisik Gio.
"Iya baby. " Balas Amanda manja Membuat Gio tambah gemas saja.Dengan berat hati Amanda menyetujui asalkan mereka harus tetap berkomunikasi dengan lancar. Usai itu Gio kembali ke rumah sakit karena esok harus menyiapkan mental untuk bertemu dengan Frans dan mungkin juga dengan putrinya, besok Gio sudah mulai mempersiapkan pernikahan dengan perawan tua itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
FiQka Yin
sukak.. lnjut truss thor
2022-07-13
1