5

Frans sudah meminta Ayana untuk tidak keluar rumah selain ke kantor tentunya, Karena rencananya hari ini dia akan mempertemukan Ayana dengan Gio.Waktunya sudah Frans atur, Namun si bebal itu bukannya menurut Ayana malah kabur usai makan siang.Perempuan itu hanya mengatakan di telepon saat sudah berada di perjalanan, bahwa dia sama sekali tidak tertarik pada pertemuan konyol itu, Aya lebih suka menghabiskan waktu di pantai bersama dengan teman-temannya, dari pada menuruti rencana ayahnya yang konyol dan sangat kuno itu, kurang kerjaan menurutnya.

"Ay, Lo serius ngajak kita kesini anjir? " Tanya Cindy seraya mengolesi sunscreen ke seluruh wajah dan tubuhnya." Risih gue, Nih pantai banyak bener botinya. " Cindy menatap sekeliling pantai yang siang itu lumayan banyak pengunjung, dia merinding geli kala melihat beberapa lelaki kekar tapi gemulai tidak jauh dari tempatnya berada.

Ayana tak menjawab sibuk memakan rujak khas pantai kota itu, yang baru di belinya. " Kata gue mah mending ketemu dulu aja Ay, Lihat dulu calon suami lo, tuh orang ganteng apa kagak. " Usul Aneska serius, dia tidak setuju pada Ayana yang kabur-kaburan begini, toh ujung-ujungnya juga akan tetap menikah dengan calon suaminya itu, Karena kali ini Om Frans sepertinya tidak main-main dan bukan sekedar hanya ancaman saja, seperti yang lalu-lalu.

"Dari pada lo kabur-kaburan kaya gini, mending temui dulu aja, Lo ancem tuh bocah sampe dia mundur, kalo dari sekarang kan masih ada waktu buat batalin, biar gak nyesel nanti saat pernikahan itu tiba ternyata calon laki lo burik, dan lo udah gak bisa kabur lagi, Gak mungkin kan lo kabur di hari pernikahan lo? Gimana Om Frans nanti, apa gak serangan jantung tuh aki-aki. " Sambungnya sambil melihat Ayana yang terlihat tak tertarik dengan bahasan pernikahannya.

Cindy tertawa geli, kalau seandainya benar calon suami Ayana burik, dia tak bisa membayangkan akan seperti apa reaksi Ayana nanti, sudah jelas temannya itu pasti langsung pingsan." Biarin burik juga, Aya bilang kan urusan wajah mah belakangan, Gampang lah bisa di servis, yang penting mah konbrut. Ganteng juga buat apa kalau anunya kecil mah, gak guna, Iya gak Ay? " Lanjutnya lagi-lagi bahasan mereka ini tidak jauh-jauh dari sana.

Aneska menggeleng seraya menyedot minumannya rakus." Sumpah, Gila lo Cyn kesana mulu pikiran lo. " Aneska heran mengapa dia bisa mempunyai teman macam Cindy ini. " Lo lagi Ay, Segala maunya yang konbrut, banyak mau lo udah tua juga masi gak tau diri. "

Ayana yang tengah memeriksa ponselnya itu melirik bengis." Kapan gue bilangnya? Ngawur Lo!Itu mah bacotannya Cindy, Orang oon di dengerin! " Sahut Ayana kesal, kapan sih dia bilang mau yang di katakan Cindy itu, perasaan dia tidak pernah mengatakannya, Kalu tidak lupa.

"Dih! Lo yang bilang pengen yang konbrut, kenapa jadi gue? " Cindy tak terima, Kan Ayana sendiri yang bilang kalau dia maunya yang memiliki barang besar, karena baginya kepuasan batin itu nomor satu, katanya sih gitu.

"Tau ah, " Ayana mendelik malas menanggapi lagi, Cindy mencibir sambil terus memakan rujak Ayana yang tinggal sedikit lagi.

"Sebelum ijab, Cek dulu nanti Ay, kalo barangnya bagus lanjut, kalau kecil ya jangan mau, sayang perawan Lo masa dapatnya yang bikin geli doang. " Cindy terbahak karena di lempari bungkusan kue oleh Aneska.

"Lo kayanya udah kebelet banget deh Cyn, panas kuping gue dengerin bacotan lo terus. " Aneska memijat keningnya yang puyeng, demi apa Cindy ini benar-benar sudah kebelet nikah sepertinya, tapi yang bikin Aneska heran biar pun mulutnya begitu, tapi Cindy ini masih gadis tingting seperti Ayana, dia masih menjaga dirinya hingga kini, tak pernah tergoda oleh rayuan buaya empang.

"Yakan gue pengen ngerasain Nes, gimana sih rasa anu itu? " Tanya Cindy yang memang belum pernah merasakan yang selalu Aneska sebut surga dunia.

"Muna, Bude. " Ucap Ayana kemudian ia merebahkan badannya usai menyantap rujak sepiring dan es kopi satu cup sedang, Kenyang sekali perutnya.

"Gue gak muna ye bund, serius deh belum ngerasain sampai ke tahap itu, baru ges*k-ges*k sampe di pintu aja belum masuk. " Ucapnya di iringi gelak tawa.

Ayana mendengus malas." Sama saja atuh nyong, kecuali gue nih asli 30 tahun belum ngerasain, pernah sekali sih yang itu loh pas keburu di gerebek mas Abi. " Ujarnya dan kedua sahabatnya ikut terkekeh geli kala mengingat kenakalan Ayana jaman dulu, kenakalan yang nanggung sekali.

"Iya-iya, Gue ingat, lagian lo gila sih makanya main tuh di hotel atau di mana kek, masa di apart sendiri ya ketahuan lah, rawan begitu. " Aneska dan Cindy tergelak meledek Ayana yang kurang pandai berbuat nakal, harusnya Ayana belajar dulu dari Aneska suhunya.

Ayana semakin terbahak, dia memang pernah hampir kelepasan, kala itu Ayana tak sadar dirinya sedang mabuk dan hampir saja melakukan hubungan badan dengan cowok yang baru di kenalnya di kampus dulu.Kala Ayana menempuh pendidikan di luar negeri, untung saja waktu itu Abi memergokinya lalu memarahi keduanya dan mengusir cowok itu hingga tak pernah muncul lagi di depan Ayana.

Ayana ingat sekali kala itu, Abi sangat kecewa kepadanya karena hampir saja berbuat mesum dengan laki-laki yang baru di kenalnya, hampir satu tahun Abi mendiamkannya saat itu karena masih kecewa pada Ayana.Namun setelah itu Ayana benar-benar terlihat berubah ia membuktikan pada Abi bahwa dia tidak lagi nakal dan belajar bersungguh-sungguh, hingga Ayana lulus dan mendapat predikat yang bisa membanggakan semua keluarganya.

"Jadi kangen sama Mas. " Gumam Ayana, karena sudah dua minggu ini kakanya berada di luar negeri untuk mengantar istrinya berobat.Ayana tersenyum kala mengingat Abi kakanya itu luar biasa hebat cerdas dan berwibawa sama seperti Ayahnya__Frans, karena memang sesuai didikannya yang keras dan selalu di disiplin. Ayana sangat menyayangi Abimana sama seperti pria itu juga sangat menyayanginya.

Walau Abi hanya anak angkat tapi Frans tidak pernah membedakan dengan Ayana,Keduanya sangat Frans sayangi, karena itulah Frans ingin Abi yang meneruskan perusahaan namun Abi tetap menolak karena dia selalu merasa tidak berhak atas semua harta keluarganya.Abi selalu mengatakan bahwa semua itu hanya Ayana yang pantas meneruskannya, dirinya tidak berhak karena memang hanya anak angkat bukan darah daging Frans dan Monica. Tapi walau begitu Abi selalu membantu Frans meski tidak mengelola langsung perusahaan milik Frans tersebut.

...🍀🍀🍀...

Gio menganga lebar menatap mansion besar dan mewah yang ada di depannya saat ini, demi apa pun Gio pikir rumah sebesar ini hanya ada di televisi saja, tapi ternyata ada di depannya juga dengan nyata.Lihat lah bangunan rumah ini betapa luas dan megah, Gio meneliti ukiran bangunan yang bergaya eropa itu betapa indah dan mewah, Gio mulai menghitung kira-kira berapa miliyar uang yang harus di keluarkan untuk membangun rumah sebesar dan seindah ini,P pandangan Gio mengedar ke beberapa rumah mewah yang berjejer di komplek itu.Di deretan komplek itu, dan di antara rumah lain, sepertinya rumah ini yang paling besar dan mewah, bagaimana Gio tak menganga coba.

Gio berdiri di depan gerbang besar itu, dia mencocokan nomor dan alamat rumah Frans di ponselnya, benar pikirnya rumah dan alamatnya sama seperti yang di kirim oleh Frans, tapi tetap saja Gio takut salah.Kemudian seorang Satpam menghampiri Gio yang sedang berdiri.

"Permisi, Gio bukan? " Tanya Pak Satpam ramah dirinya sudah di pesankan oleh Frans tadi pagi. Gio mengangguk tak kalah ramah juga." Ayo Mas ikut saya udah di tunggu oleh Tuan di dalam. " Ajaknya yang langsung di turuti oleh Gio.

Mereka berjalan memasuki halaman rumah megah itu, Gio melirik kanan kiri dengan kagum. Kemudian tak terasa telah sampai di depan pintu." Masnya masuk aja ya.Tuan ada di dalam saya gak ikut masuk. " Ujar Pak Satpam.

Gio mengangguk seraya mengucapkan terimakasih lalu masuk dengan ragu, Gio di sambut oleh pelayan yang sudah menunggunya di dekat pintu." Silakan Mas, Tuan ada di ruang tamu." Pelayan itu membwa Gio ke ruang tamu yang begitu luas nan megah, Gio tersenyum kala Frans menyambutnya dengan hangat.

"Duduk, Gi. " Frans mempersilahkan kemudian menatap sang istri agar menyambut Gio, namun Monica diam saja dirinya masih kesal pada suaminya ini." Ini istri saya calon ibu mertua kamu. " Ucap Frans tiba-tiba yang membuat Gio seketika menegang, belum apa-apa sudah menyebut kata mertua saja, kan Gio jadi salting gimana gitu.

"Semoga kamu bisa di percaya ya. " Ucap Monica ketus.

Gio hanya tersenyum lalu membalas." Saya Janji. Nyonya. " Balas Gio yang malah mendapat tatapan sinis dari Monica.Gio menunduk takut kala melihat tatapan tidak suka dari istri Frans, Nyali Gio semakin ciut dia sudah membayangkan perlakuan seperti apa kedepannya yang akan dia terima dari wanita itu, sekarang saja sudah terang-terangan membenci Gio apa lagi nanti pikirnya.

"Ingat pesan saya ini ya, kamu jangan pernah mempermainkan pernikahan, apa lagi sampai menyakiti putri saya, jika saja kamu berani dengan semua itu, maka saya akan membuat kamu dan keluargamu menyesalinya. " Ancam Monica sinis ia berdiri kemudian." Silakan lanjutkan pembicaraan kalian. " Sambungnya seraya melangkah dari sana.

Gio diam dengan perasaan sedih campur takut, Rasanya ingin pulang saja dan menyerah dengan semua rencana konyol ini, namun lagi-lagi Gio sadar bahwa nyawa Ibunya ada di tangan Frans. Jika saja lelaki itu mencabut semua biaya pengobatan Ibunya maka sama saja Gio membunuh Ibunya sendiri, karena saat ini nyawa sang ibu bergantung pada obat dan alat-alat medis di rumah sakit itu.

"Jangan pedulikan istri saya, dia orangnya baik kok cuma kalau baru kenal memang seperti itu, agak galak, biasa lah perempuan. " Ujar Frans mengerti karena melihat sikap Gio yang seakan takut pada istrinya.

"Gapapa, Saya gapapa kok, Tuan. " Jawab Gio seraya tersenyum menyembunyikan kesedihannya, Padahal dia sudah menciut melihat calon ibu mertuanya yang galak itu.

"Mari kita bahas ini. " Frans kemudian menyerahkan dua lembar kertas yang berisi surat perjanjian pada Gio, lalu menarik bolpen dari laci meja dan menyuruh Gio untuk di tanda tangani setelah membacanya.

Gio membaca seluruh isi surat itu dan dirinya beberapa kali menahan napas melihat tulisan yang di buat oleh Frans. Gio sungguh berat menerimanya, baginya isi surat itu sangat memberatkan Gio dan lebih menguntungkan pihak Frans.

[Pihak kedua adalah Giovanno Narendra Pramudya, di larang membantah Frans Adelard Himawan atau Ayana Disha Himawan yang adalah merupakan pihak pertama]

[Pihak pertama berhak mengatur pihak kedua dan pihak kedua harus menuruti apa pun keinginan dari pihak pertama.Jika tidak maka akan di kenakan berupa denda dari biaya pengobatan Miranti Andini ibunda dari pihak kedua]

[Pihak kedua di larang memiliki hubungan dengan perempuan lain di luar sana.Pihak kedua juga di larang keluar rumah jika melakukan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan sekolah, pekerjaan dan keluarga]

Itu merupakan tiga baris terakhir dari beberapa isi surat perjanjian yang di buat oleh Frans, membuat Gio tidak henti mengerutkan kening. Dirinya tidak mengerti dengan semua perjanjian yang Frans buat ini, Gio merasa dirinya di cekik. Hey yang benar saja! Gio ini kan manusia bukan hewan yang bisa di kurung terus-terusan.Tidak mungkin Gio harus terus berada di rumah dan perusahaan, Gio juga butuh main sesekali dan menghibur diri. Karena sudah pasti setelah ini Gio akan stres berlebihan setelah menikahi perawan tua itu, Ah. Betapa rugi dirinya ini, sudah di tekan oleh surat perjanjian yang gila ini, belum lagi nanti dia mungkin akan setiap hari atau malah setiap saat berhadapan dengan anaknya Frans, andai dirinya bisa kabur, mungkin Gio sudah kabur sejauh mungkin.

"Kenapa, Kamu keberatan? " Tanya Frans dirinya paham melihat Gio dengan alis menukik juga kerutan di dahinya yang tak kunjung rileks, anak muda itu pastinya keberatan dengan perjanjian yang dirinya buat, tapi Frans tak peduli,Dia bukannya menakan anak muda itu, hanya saja dia perlu berjaga-jaga agar Gio tidak berani macam-macam apa lagi pada putrinya nanti.

Gio tersadar ia tersenyum." Gak ada Tuan, Saya setuju dengan semuanya." Ucap Gio terpaksa, Jangan sampai pria tua di depannya itu membatalkan semuanya. Biarlah pikirnya jika hanya itu saja dia sanggup melakukannya walau sangat terpaksa sekali gaes, dan mungkin setelah menikah nanti Gio harus menyetok paracetamol dan obat sakit kepala, untuk berjaga-jaga saat menghadapi istrinya nanti, kan bisa saja Gio tiba-tiba menggigil atau migrain saking tak sanggupnya hidup dengan putri dari Pak Tua ini.

"Kalau kamu setuju tandatangani beberapa di sini, lalu setelah itu kamu akan di antar oleh Erka dan Ferdian, untuk membeli pakaian dan beberapa kebutuhan kamu nanti di sini, sebutkan saja pada mereka apa yang kamu butuhkan dan inginkan biar mereka yang akan mengurusnya. " Ujar Frans.

Gio hanya mengangguk saja toh dia juga tidak bisa menolak." Baik, Tuan. " Jawabnya.

...🍀🍀🍀...

Di sini Gio berada di sebuah mall mewah,Dia di suruh duduk oleh Erka, dia tak mengerti dengan orang kaya bisa-bisanya tinggal menjentikan jari saja maka dalam sekejap semua yang di inginkan berada di genggaman. Jadi orang kaya memang benar-benar menyenangkan pikir Gio. Lihat lah sekarang ini Gio bahkan sudah seperti artis saja, Dirinya menjelma seperti anak orang kaya.Gio berdiri di kaca menatap dirinya dengan kagum. Sepatu dan pakaian mahal melekat di tubuhnya, dan masih ada beberapa barang mewah yang sudah Gio coba itu semua akan menjadi miliknya dalam waktu sekejap saja.

Gio memuji Frans karena pria tua itu bisa merubah Gio yang tadinya buluk menjadi seperti bintang film, hanya alam waktu beberapa menit saja, uang memang mampu merubah segalanya termasuk penampilan Gio saat ini, Sneaker air jordi terpasang di kedua kakinya membuat Gio tak henti tersenyum. Dulu ia hanya bisa bermimpi memiliki sepatu dengn harga selangit ini.

"Coba ini dan ini dan ini juga, dan itu cobain ya, sesuaikan dengan style Mas Gio. " Suruh Erka ramah sambil menyerahkan beberapa pakaian pada Gio.

Gio mengangguk tersenyum." Tapi Ka ini udah sih, kebanyakan Ka ini aja udah ada beberapa stel. " Gio tidak enak hati karena sudah ada beberapa kantung belanjaan, yang berisi pakaian dan barang-barang untuk dirinya tapi masih saja di suruh mencoba yang lain, dia tidak ingin di kata aji mumpung.

"Tuan ingin yang terbaik untuk Mas Gio, beliau tidak mau menantunya terlihat sederhana, satu yang mas Gio harus tau, Tuan Frans itu tidak suka sederhana, jadi Mas Gio juga nantinya harus bisa mengimbangi nona Ayana, dia sangat glamor soalnya Mas, termasuk dalam gaya berpakaian dan gaya hidupnya. " Erka memberi tahu agar Gio nantinya tidak kaget dan bisa menyesuaikan diri, tidak lucu dong kalau nanti mereka jomplang banget, Ayana yang super stylish sedangkan Gio hanya begitu-gitu saja.

"Iya Kak, tapi ini berlebihan gak? " Gio tidak enak kalau membeli terlalu banyak barang, tidak mau sampai Frans menganggapnya tidak tahu diri. Erka hanya tersenyum membalasnya seraya kembali mengajak Gio untuk mencari laptop dan ponsel untuk kebutuhan tugas sekolah.

"Buset, mahal amat " Ujar Gio dalam hati saat melihat Erka menggesek kartu untuk membayar laptop dan ponselnya.

"Pantesan si Rehan mau aja jadi simpanan tante-tante, enak sih bisa kebeli barang-barang mewah begini. " Lanjut Gio seraya mengutak-atik ponsel baru berlogo buah nanas eh apel dong.

Kemudian setelah itu Gio pulang di antar Erka karena Ferdian mendadak ada urusan, Gio kembali kerumahnya dan tentu saja tanpa membawa barang-barang yang tadi di belinya, Karena itu bisa membuat semua orang curiga jika Gio membawanya ke rumah, Gio sengaja menaruh barang-barangnya di rumah Frans karena memang dirinya akan tinggal di sana.Di perjalanan kerumahnya Gio tak banyak tanya ia memilih diam, karena memang tidak tahu akan membicarakan apa dengan Erka yang baru di kenalnya hari ini.

"Kalau ada yang mau Mas Gio tanyakan, silakan Mas. " Erka memecah keheningan.

"Mm, Ka. " Gio menggaruk batang lehernya canggung dia." Sebenarnya nona Ayana itu orangnya seperti apa sih? " Tanyanya memberanikan diri ingin tau seperti apa calon istrinya itu.Siapa tahu ternyata Ayana itu adalah atlet tinju kan ngeri pemirsah, tidak lucu kan wajah Gio yang mulus ini tiba-tiba penuh lebam bekas tinjuan istrinya nanti.

Ah, Membayangkan wanita tua itu yang akan menjadi istrinya Gio jadi geli sendiri, Gio menggigit bibirnya membayangkan ketika nanti setelah mereka menikah Gio bingung, bagaimana ia akan bersikap pada istrinya itu, karena sebelumnya mereka tidak saling mengenal. Terus nanti kira-kira dia harus memanggil apa pada istrinya itu? tidak mungkin kan dia memanggil Mbak atau Kaka, atau tante? Ih, membayangkannya saja Gio sudah merinding geli.

Erka tergelak seraya menyedot es kopinya yang sisa sedikit lagi." Saya bingung mulai dari mana dulu, nanti juga Mas Gio tau kalau udah tinggal serumah. " Ucap Erka tentu saja dirinya tidak akan jujur kepada Gio, biarkan saja anak muda itu mati konyol karena penasaran.

Gio tersenyum menanggapi tentu saja dia tidak puas akan jawaban Erka barusan." Iya Ka, Maaf kalau saya kurang sopan. "

"Gapapa, Wajar kan kalau kita ingin tau seperti apa rupa calon pasangan kita kan Mas? Gak ada salahnya bertanya, hanya saja saya tidak ada kewajiban untuk memberi tau dan menceritakan tentang Nona Ayana pada Mas Gio. " Erka tersenyum.

Gio hanya tersenyum tanpa banyak bertanya lagi, tapi dalam benaknya masih saja bertanya-tanya mengenai Ayana, demi apa pun Gio ingin tahu tentang calon istrinya itu walau hanya secuil. Seandainya tadi dirinya bisa bertemu dengan Ayana mungkin Gio tidak akan sepenasaran ini.

...🍀🍀🍀...

Sesampainya di rumah Gio sudah di tunggu oleh Indri, kakanya itu baru saja meletakan Billa di kasur begitu Gio datang langsung saja menghampirinya." Dek. " Tegur Indri saat Gio baru saja duduk di kursi kayu yang berada di ruang tivi.

"Mm? " Gumam Gio, dirinya membuka kausnya seraya berjalan menuju kamar.

Indri mengikuti Gio ke kamarnya lalu duduk di tepi ranjang mini milik Gio." Kaka mau tanya, Kemarin kamu dapat uang dari mana? Buat bayar biaya rumah sakit Kaka dan Ibu? " Akhirnya pertanyaan ini keluar juga dari mulut Indri yang sejak kemarin mengganjal dihatinya.

Gio tak langsung menjawab malah sibuk nguprek isi lemari mencari pakaian santai yang biasa ia gunakan sehari-hari." Pinjam Rehan dan Andre. " Bohong Gio tidak mungkin ia jujur kalau uangnya dari Frans, bisa perang dunia ketiga kalau sampai Kakanya itu tahu.

Indri mendengus tak percaya, dirinya hapal betul bagaimana susahnya kedua teman Gio itu. Mereka sama saja seperti Gio sama-sama hidup pas-pasan, Ayah Andre tukang sayur keliling dan Ibunya tukang cuci di tetangga-tetangganya. Begitu juga dengan Ibunya Rehan yang hanya memiliki usaha kecil toko sembako di rumahnya.

Jika mereka membantu Gio itu sangat tidak mungkin, bukan dirinya meragukan rejeki orang lain, hanya saja Indri merasa sangat tidak percaya. Jika pun Rehan dan Andre mempunyai uang sebanyak itu sudah pasti mereka membuka usaha atau membeli barang-barang yang mereka butuhkan. Tidak mungkin membantu Gio dengan jumlah yang tidak sedikit.

"Kaka pengen kamu jujur Gi, sebenarnya uang dari mana itu? Kamu gak melakukan kejahatan di luar sana kan? Kamu gak maling atau memeras orang lain kan? " Mendengar pertanyaan beruntun yang di tanyakan Indri padanya membuat kepala Gio seketika pusing.

"Ya enggak lah, Ngawur! Kaka ini gimana sih nuduh sembarangan, emang Kaka pernah lihat aku nyuri atau malak orang? Aku bukan Bian, " Jawab Gio ketus buru-buru dirinya ke kamar Indri mencari Billa dari pada mendengar omelan kakanya membuat kepala puyeng saja.

Indri hanya bisa menarik napas mencoba tak berprasangka buruk pada sang adik.Mungkin saja memang benar Gio meminjam dari teman-temannya, atau biasanya hasil kerja dari bengkel Mas Tito dan bisa jadi kasbon dulu ke bossnya.

"Semoga aja kamu memang gak macam-macam di luar sana, Gi. " Gumam Indri masih duduk di kamar adiknya itu.

Gio yang tengah berada di kamar indri itu malah melamun kebingungan, dia tidak mempedulikan Billa yang sudah mulai membuka matanya walau masih belum jelas melihat. Gio teringat ucapan Kakanya tadi mengenai uang yang ia dapatkan dari mana asalnya, Gio kesulitan menjawab mengingat uang itu ia dapatkan semuanya dari Frans. Baru permulaan saja Gio sudah mulai pusing menjawab pertanyaan-pertanyaan Kakanya, lalu bagaimana kedepannya nanti saat Gio sudah menikah dengan tante Ayana.

Ish! Kenapa pula dia harus mengingat nama perempuan itu lagi, Gio kan mendadak jadi salting sendiri, sungguh Gio penasaran dengan rupa tante Ayana, apakah dia berwajah sangar seperti neng Lela ataukah berwajah lembut seperti Amandanya tersayang." Bodo ah, urusan wajah mah nomor dua, asalkan normal. " monolog Gio sambil memainkan tumit kaki Billa. Lelaki itu takut calon istrinya nanti bukan perempuan normal, tapi malah perempuan yang kurang se ons dan rada-rada, kan gak lucu atuh.

Terpopuler

Comments

thomas matulesi

thomas matulesi

Gio... slow but sure

2022-10-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!