Malam ini tahlilan 7 hari kematian orang tua Aulia. Setelah tahlilan selesai Aulia masuk ke kamar ingin menaruh jilbabnya karena tahlilan tadi dia memakai hijab.
Saat akan keluar lagi dia mendengar suara agak keras dari ruang keluarga.
" Dia kan cuma anak pungut, dia gak berhak atas semua kekayaan Hendra dan Rina, seharusnya kan kita man yang dapat semua warisannya, kamu harus bilang sama Aulia biar dia kasih warisannya untuk kita" ucap om Farhan kakak pertama Mama Rina dengan nada agak tinggi sepertinya again Aulia mendengar pembicaraan mereka.
" Nggak, Aulia bukan anak pungut, dia berhak atas seluruh warisannya" kesal Herman karna mendengar ucapan Farhan karena berani membongkar asal usul Aulia, menurut nya rahasia ini tidak boleh terbongkar jangan sampai Aulia tau karena itu akan membuat Aulia semakin sedih.
Deg!
Aulia mendengar itu, apakah dia tidak salah dengar, dia anak pungut. Diapun keluar dari kamar nya untuk bertanya langsung pada om dan tantenya
"Om apa yang di bilang om Farhan tadi bener, aku anak pungut?" Tanya Aulia sambil menghampiri keluarganya
Semua nya terdiam
"Jawab om" teriak Aulia pada om Herman dan om Farhan
" Jadi kamu udah denger Aulia, yaudah sekalian aja Tante bilang sama kamu sekarang, kamu anak pungut jadi harta warisan mama papa kamu buat kita aja yang berhak kamu gak berhak" jawab tante Dewi, kakak kedua Mama Rina
"Dewi! Jangan kurang ajar kamu" teriak Herman kepada Dewi
"Kurang ajar gimana man, emang kenyataannya gitu kan Aulia emang bukan anak kandung adik saya" jawab Dewi tak terima
Aulia yang mendengar itu pun langsung menangis, Reno menghampiri nya dan memeluk Aulia.
"Aulia kamu yang tenang ya, apapun yang terjadi kamu adik aku, kamu anak om Hendra dan tante Rina" ucap Reno
"Kenapa hidup aku kayak gini kak, kenapa ... " Tangis Aulia semakin terisak
Reno menuntun Aulia ke kamar nya agar bisa sedikit membuat Aulia lebih tenang.
"Kenapa kamu bilang kayak gitu Han, wi, kan kak Hendra sama kak Rina udah peringatin kita untuk tidak pernah membicarakan tentang ini, kamu lupa apa gimana sih" marah Herman sambil menunjuk kedua saudara kakak ipar nya itu.
"Ya biar dia tau man siapa yang lebih pantes dapet warisan itu" sergah Dewi
" Iya bener, kan kamu juga nanti kebagian, tenang aja" tambah Farhan
"Kalian berdua gila pikun apa gimana sih, ini semua hasil kerja mas Hendra dan yang berhak atas ini semua itu cuma Aulia, kalian masih kurang dengan apa yang di kasih mas Hendra dan kak Rina? Kalian butuh bantuan apapun selalu di tolong, suami kamu wi setelah di PHK dari pekerjaannya gak punya pekerjaan yang ngasih kerjaan lagi siapa kalau bukan mas Hendra, dan kamu Farhan setelah semua yang mas Hendra percayakan sama kamu dengan kerja sama dia cukup lama kamu gaada sedikitpun balas Budi nya? Setidaknya apa yang dia amanahkan di jaga dengan baik, jangan seperti ini" marah Herman panjang lebar
"Aku gak peduli man, itukan memang kewajibannya dia buat tolongin saudara nya, pokok nya aku mau minta bagian warisannya, terserah gimana caranya" geram Dewi karna Herman malah memarahinya
" Sebaiknya kalian pulang dulu, pikirkan lagi kondisi Aulia" ucap Maya menengahi
" Yaudah aku pergi dulu, aku tunggu seminggu keputusan nya, ayo kak kita pergi" ucap Dewi seraya melangkah untuk pergi.
Maya mendatangi Herman seraya mengelus dadanya serta berkata
"Sabar ya pa, istighfar, kita tenangin Aulia dulu yuk, dia pasti kebingungan"
" Astaghfirullahaladzim, iya bunda" ucap Herman sambil berjalan ke kamar Aulia diikuti Maya
Sesampainya di kamar
Herman dan Maya melihat'Reno masih memeluk Aulia, melihat om Herman dan tante Maya masuk aulia segera bertanya
"Om aku .. aku siapa om aku bukan keluarga kalian? Ayo om ceritain yang sebenarnya " tanya Aulia sambil menangis
"Aulia siapapun kamu, kamu keluarga kita " jawab Herman
"Om.. aku pengen tau yang sebenarnya" lirih Aulia sambil menunduk menahan tangisnya. Melihat Aulia seperti itu ia menoleh ke istrinya meminta persetujuan, Maya pun mengangguk
" Sayang, sebenarnya waktu umur kamu 3 bulan ada seorang ibu membutuhkan uang untuk biaya operasi anak pertamanya yang sudah sekarat, dan di rumah sakit dia bertemu dengan mama dan papa kamu, yang saat itu baru kehilangan bayi nya, dan saat itulah di mulai"
*Flashback on*
Surabaya tahun 2000
" Sayang kamu yang sabar ya, kita harus kuat dan ikhlas biar anak kita tenang di sana " ucap Hendra menguatkan Rina
" Kamu gak tau perasaan aku mas, 9 bulan aku mengandungnya, dan saat waktu nya tiba hari kebahagiaan itu datang bayi kita malah tidak selamat" ucap Rina sambil menangis memeluk suaminya.
"Iya sayang aku tau perasaan kamu aku juga sama, kita sama-sama kehilangan" ucap Hendra sambil menahan tangisnya
Terdengar suara tangisan dari ruang UGD rumah sakit itu, sepasang suami istri menangis melihat anak laki-laki nya terkapar lemah di ranjang, dan dokter disampingnya.
"Maaf Bu anak anda harus segera di operasi, jika tidak.. " dokter itu menghentikan ucapannya
"Kira-kira biayanya habis berapa ya dok" tanya sang istri
"Kalau operasi nya saja 50 juta belum yang lain-lain Bu" jawab dokter
*Pada jaman itu uang segitu banyak banget ya guys*
"Kami pikirkan dulu Dok" ucap sang suami
"Baik, segera beri keputusan karena waktu nya tidak banyak" ucap dokter seraya keluar dari UGD
Mereka pun ikut keluar dan dan sang istri menggendong bayi perempuan kecil yang cantik ada di luar ruangan. Sang istri itu mengambil bayi itu dari seseorang seperti nya keluarganya.
"Buk, kita dapat uang dari mana sebanyak itu, bapak bingung buk, semua sawah kita sudah kita sudah kita jual untuk biaya pengobatan Fahri" ucap sang suami dengan menahan tangisnya
" Ibu juga nggak tau pak, ibu juga bingung harus bagaimana" jawab sang istri
Rina dan Herman yang mendengar itu pun saling berhadapan, Hendra tau apa yang di pikiran Rina dan Hendra menggeleng tidak setuju.
"Ayo pa, aku menginginkan bayi " tangis Rina memohon pada Hendra.
"Tidak ma, mereka sedang kesusahan" ucap hendra
"Ayolah pa mama mohon" ucap Rina yang langsung berlutut di hadapan Hendra
"Ma jangan seperti ini " jawab Hendra sambil jongkok untuk menyuruh Rina bangkit.
"Enggak pa, mama pengen anak, mama lebih baik mati aja kalau papa gak nurutin mama" ancam Rina
"Jangan gitu dong ma" jawab Hendra seraya berfikir
" Yasudah, tapi kalau mereka tidak mau jangan di paksa, kita bisa mengadopsinya di panti asuhan" ucap Hendra mengingat kan Rina
" Iya pa, mama janji gak akan maksa" jawab Rina dengan tersenyum
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Oh berarti Fahri ini kakak kandungnya Aulia iya,,aku ingat2 nih ,semoga aja Fahri selamat,ntar ketemu di bab selanjutnya Aku bisa langsung tau siapa Fahri dan Aulia 😁
2023-04-14
0