POV Dena
Aku duduk di kursi tempat semula aku berada setelah selesai memakai pakaian. Benar kata pria dengan brewok tipis itu. Dia tidak mengintip atau sekedar menoleh sekalipun.
Bisa dibayangkan, kalau saat memakai baju aku melotot padanya dan tidak berpaling sedikitpun.
Meski ini mobilnya, baju yang akan kupakai adalah miliknya, aku tak ingin dia mengintip tubuhku sedikit saja.
"Apa kau tidak berpikir pinggulmu basah karena menduduki kursi basah, hum?"
Aku menatapnya dengan sedikit tersenyum malu. "T-tidak masalah. Aku sudah biasa," balasku asal bicara.
"Aku tau kau hanya berusaha menenangkan diri. Jelas-jelas kau wanita hamil. Tidak sepantasnya menduduki kursi sebasah itu."
"Aku tidak punya kain lap kering," ucapku.
"Pantas saja kau diceraikan Suamimu," ucapnya membuatku sedikit penasaran apa tanggapannya padaku meski mungkin ini akan sedikit menyakitkan.
"Karena?" tanyaku.
"Kau kurang mengerti jalan pikiran pria."
Apa maksudnya? Hatiku benar-benar bertanya dengan keras.
Namun mendadak perutku kembali sakit, ini berhasil membuatku memeluk perutku.
"Kamu kenapa?" suara pria itu terdengar panik.
"Perutku sakit," ucapku merintih.
Diam.
Hanya itu yang terjadi setelah aku mengatakan apa yang kurasa. Aku hanya peduli pada perutku, ini sangat sakit seolah bagian dalam perutku dicabik-cabik.
Aku keringatan, apa mungkin ini terjadi karena sempat terjatuh tadi? Aku memang menahannya selama setengah jam terakhir, karena nyatanya aku kurang percaya pada orang lain untuk mengatakan penderitaanku.
Pria ini, tergolong 'pantas dipercaya' setelah janjinya yang tidak ingin menatapku meski hanya sedetik saja saat berganti pakaian di belakang kursi pengemudi, maka aku mengatakan apa yang kurasa.
Berhenti.
Kurasakan kendaraan beroda empat ini berhenti di suatu tempat, aku melihat sekeliling meski hanya melirik.
Pria itu keluar dari mobilnya dan entah apa yang dilakukannya di bagian belakang mobil.
Sempat aku melihat sebuah kotak dokter sewaktu mengambil salah satu pakaian milik pria itu.
Apa dia dokter? Aku merasa beruntung bertemu dokter saat genting seperti ini. Tapi itu berarti, aku akan memperlihatkan tubuhku pada pria ini saat diperiksa, dan diobati. Lalu aku akan malu sampai ke tulang. Tidak-tidak, ini tidak boleh terjadi!
Pintu dibuka oleh pria itu, dia tampak sangat khawatir saat kulihat wajahnya. Sang pria menurunkan sandaran kursi yang kududuki. Menjadikannya seperti tempat tidur pasien sementara.
Dia mulai mendekatkan tangannya ke perutku, tapi aku menepisnya.
"Kenapa?" tanyanya serak, ada tangisan kulihat di matanya. Apa dia sekhawatir itu padaku?
"Aku … tidak ingin disentuh olehmu," ucapku.
"Apa kau gila! Kau sedang sakit, bagaimana bisa menolak disentuh! Aku tidak menyentuhmu seperti hubungan pasca pernikahan, hanya sentuhan sementara untuk menyelamatkanmu!" amarahnya terdengar sangat menakutkan untukku. Ini membuatku menunduk, aku tidak suka amarah.
Akhirnya daripada dia melanjutkan kemarahannya, aku mengangguk dan bersedia disentuh olehnya.
Tidak lama, hanya sekitar lima menit, dia memeriksa perutku dan mengangguk seperti mengerti, entah apa yang dimengerti.
Kemudian memeriksa tasnya, dan menyerahkan sebuah pil padaku.
"Makan ini, bayimu tidak apa, hanya bergeser sedikit saat mungkin kau … jatuh," ucapnya.
Aku membuka mulutku dan dia memasukkan pil itu padaku.
"Ini hanya pil penguat kandungan. Aku akan memeriksamu di ruanganku setelah ini."
Dia membuat kursi duduk menjadi seperti semula. Kemudian menyuruhku berbaring di kursi penumpang untuk tidur mengingat sekarang sudah malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Shinta
👍👍👍
2022-09-06
0
Novi Anti
babnya pendek thor...
2022-06-25
0