6. Punya Alasan Untuk Kembali

POV Dena

Mataku terbelalak dan rasa tidak percaya menguasaiku. Sejenak aku terdiam, harta sebanyak itu?! bagaimana mungkin aku tidak tahu itu adalah milikku.

"Apa bapak tidak salah orang?" suaraku bergetar akibat keterkejutan yang kurasa.

Pria tua itu menggeleng. "Saya juga sebenarnya tidak percaya itu kau! Tapi wajahmu benar-benar mirip dengan Beriq. Kau kenal siapa Beriq kan?"

Aku mengangguk. Cukup paham siapa Beriq itu, dia adalah ayah kandungku. Menurut cerita Ayah mertua, Ayah kandungku memiliki sebuah perusahaan besar yang memproduksi textile. Tapi Ayah mertua tidak berkata kalau Ayah kandung memberi harta sebanyak itu hanya padaku.

"Tapi wajahmu berkata kalau kau belum percaya." pria tua ini bahkan bisa membaca mimik wajah orang. Ya memang, aku tidak percaya dan menimbang-nimbangi dalam hati apakah akan … menerimanya.

Pria tua itu memasuki kamarnya. Dalam ruangan ini tersisa aku dan Ray. Keadaan hening. Ray pun tampak terkejut.

"Apa itu benar uang?" tanyanya.

Aku menggeleng. "Aku mana tau. Aku hanya pernah memegang uang maksimal dua juta. Tidak sampai ber–mungkin itu miliaran kalau dirupiahkan," ucapku.

Ray beralih tatap padaku. "Kau benar Dena Aulia kan. Bukan wanita yang mengada-ngada supaya dapat warisan?"

Jelas diri ini menggeleng. "Ibuku yang memberikannya! Itu nama asli yang diberi Ibuku padaku!" aku membantah. Enak saja dia meragunakan namaku.

"Tapi kalau dipikir-pikir sih, kau memang mirip sama pria yang dibicarakan Ayah mertuaku," balas pria itu membuatku terkejut. "Jadi itu ayah mertuamu? Kalau ada Ayah mertua, berarti kau sudah beristri. Tapi kenapa istrimu tidak kelihatan sedaritadi?" aku mendadak panik.

Tentu panik, siapa yang tidak panik melihat pria yang menolongku, tapi beristri.

Malah tinggal di rumahnya pula lagi aku untuk bermalam, paginya lepas mual, dia malah menyentuh tanganku.

Apa Istrinya tidak akan marah? Sedang Lidia, wanita mantan suamiku saja yang sering datang ke rumah dan bermesraan seperti cacing di kamar, sudah membuatku panas.

Istrinya tidak memperdulikannya, kah?

"Istriku sudah meninggal setelah melahirkan."

"Terus anakmu?" cerita Ray benar-benar menarik buatku. Entah mengapa Aku ingin bertanya banyak hal padanya.

"Anakku meninggal juga. Aku yang menanganinya tapi mereka pergi meninggalkanku tanpa rasa kasihan sama sekali."

Aku terkejut, benar-benar ikut prihatin dengan kemalangan yang menimpa pria sebaik Ray ini. "Maafkan sudah membuka kesedihanmu lagi," ucapku merasa bersalah.

Ternyata ini alasan Ray sangat perhatian padaku selaku wanita hamil, menurutku, Ray hanya melindungi Aku dan Bayiku supaya tidak terjadi hal sama seperti Almarhum istrinya dan bayinya yang belum … melihat dunia.

"Apa kalian sudah selesai bicara?" pria tua yang semula tampak lesu sebelum bicara denganku, kini mengukirkan senyum di kedua sudut bibirnya.

Kami sama-sama mengangguk, dan tersenyum canggung.

"Duduk-duduk, aku tau lelah berdiri itu seperti apa."

Kami duduk seperti kata Pria tua ini.

"Terlebih dahulu perkenalkan saya Gilang. Pengacara yang mengurus keluarga Safaarga, keluarga Safaarga adalah nama keluargamu. Biasanya keluarga Safaarga tidak memakai nama keluarganya karena keluargamu selalu menutup diri atas siapa dirinya dan keluarga."

Aku mengangguk atas penjelasan singkat ini. Mungkin ini alasan mengapa banyak dari kenalan ayahku yang bersangkutan juga denganku baru menemukanku setelah dewasa.

Apalagi banyak orang di seluruh dunia ini yang memakai nama Dena Aulia. Dan yang namanya warisan, tidak ada yang dibicarakan secara terang-terangan di publik.

Yang ada banyak orang mengaku kalau dia adalah Dena Aulia dan menerima warisan sekian banyak itu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***