Di rumah keluarga Arfaraganza.
Seusai Rafa keluar dari mobil yang menjadi milik Dena Aulia, dia memasuki rumah dan melihat wanita berwajah garang dengan kaca mata kotak khasnya.
"Siapa yang mengantarmu, bukannya itu mobil perusahan, kenapa ada perempuan di dalamnya, siapa dia?!"
Rafa setelah mendengar banyak pertanyaan dari ibunya itu, segera mendekat dan membelakanginya. Rafa memijat baju sang Ibu serta berkata. "Ibu jangan terlalu marah gitu lah. Sudah tua, kasihan."
"Apanya kasihan?! Apa kau mau menghianati ibu dan istrimu dengan berduaan semalaman bersama wanita lain?"
"Rafa tidak menghianati Ibu dan Lidia. Rafa sebenarnya … sudah bukan pemilik perusahaan Saatex."
Mata ibu terbelalak.
"Apa? Gimana bisa?!" ibu yang terkejut, justru Lidia, wanita yang dinikahinya setelah sebulan Dena meninggalkan rumah yang berbicara.
"Ya, itu…"
Sontak ibu pingsan dan Lidia kacau. "Gimana popularitasku? Semua followersku?!" Wanita yang menjadi YouTuber itu malah mempedulikan karir daripada perasaan suaminya.
Rafa tidak berusaha menjawab semua keluh kesah Lidia, justru berkata pada Istrinya itu, "Ayo, panggil supir, kita bawa Ibu ke rumah sakit, sepertinya penyakit jantungnya kambuh lagi."
***
POV Dena
Kami terdiam.
Hari sudah pagi, dan wajahku sangat lesu. Ray, selalu diam dan membelakangiku ketika tidur.
Mau tau karena apa?
Malam pertama kami sebagai suami istri nyata tidak terjadi!
Putraku menangis, di mana dia seolah tidak terima, Bundanya disentuh pria lain selain ayah biologisnya. Entahlah, aku hanya berasumsi. Tidak mungkin bukan, bayi yang baru lima bulan lalu merayakan ulangtahunnya yang pertama itu bisa melakukan hal nekat seperti semalam?
Aku turun dari ranjang, rasa bersalah sungguh merasuk jiwaku. Sekilas kulihat tubuh Ray yang tidak berpindah posisi selain menatap jendela yang tertutup gorden.
Aku pergi ke kamar mandi, dan mencuci wajah. Lepasnya, bergegas pergi ke dekat box bayi dan melihat putraku yang kehausan.
"Bun Bun Bun," celotehnya. Kedua tangan Rama terangkat ke atas seolah memintaku mengangkatnya.
Terlintas di kepalaku, bahwa aku harus mengerjainya, siapa suruh mengerjaiku dan suamiku di malam pertama kami yang tertunda karena tangisannya.
Aku sedikit menjauh, berusaha agar tidak ada di dekat box bayi itu. Kadang kepalaku muncul dan melihat dia yang seolah mencari keberadaanku. Dia tertelungkup, dan berusaha bergerak meski hanya merangkak yang dilakukannya.
Panjang dan lebar box bayi itu sama, 120 cm. Terbuat dari kayu, yang diberi sela dua cm untuk tingginya. Masih kulihat pergerakannya, senyum terukir di wajahku saat melihat air matanya mulai menetes dan mulutnya terbuka untuk menangis.
"Oeeeekkk…" tangisan itu berulang hingga lima kali, aku iba, dan segera menghampirinya untuk menggendong.
"Oh, my baby. Bunda ada di sini. Jangan menangis lagi." kunaik turunkan tubuhku dengan tangan menepuk-nepuk punggungnya pelan. Aku terus menenangkannya, tak sengaja kulihat Ray yang sudah duduk dan melihatku dengan tanpa ekspresi. Aku tidak tau apakah dia sedang kesal, atau biasa saja dengan kejadian semalam.
"Kamu… sudah bangun?" aku bertanya padanya, dan dia hanya menjawab dengan deheman.
Sama sekali, semalam pun dia tidak melakukan apapun saat Rama menangis, dan sebelumnya dia bahkan masih membuka pakaianku satu persatu. Hampir tidak sabaran, dan menyambar kedua buah dadaku. Tapi tangisan Rama menghentikan segalanya.
Dia terhenti sejenak dan turun dari tubuhku. Menghidupkan lampu serta menghela nafas.
"Apa kamu marah?" Masa itu aku memilih bertanya dan dia hanya menggeleng.
"Kau susui dulu lah Rama. Jangan biarkan suaranya habis dan serak, kasihan dia."
Aku menuruti keinginannya, saat mengambil Rama dari box bayi, aku melihat Ray memasuki kamar mandi. Malam-malam begini dia mau apa masuk ke sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Shinta
🥰🥰
2022-09-06
0