Selesai makan, Lusi mengajak Arkan untuk pergi dari sana. Dia tahu jika suaminya ingin bicara berdua dengan Elma.
Jadi Lusi membawa Arkan pergi, ke kamar sang cucu dan berbincang disana hingga akhirnya Arkan terlelap tidur.
Sementara di ruang makan, Herman menatap putrinya dan membuang nafasnya pelan.
"Apa yang terjadi?" tanya Herman.
"Kamu tidak ingin ganti baju karena buru-buru mau pulang?" tanyanya lagi, menebak yang ternyata benar.
Elma setia menunduk, tidak berani bersitatap dengan sang ayah.
"Kenapa buka Danu saja yang datang kesini? dia bisa menjemput Arkan sekaligus pulang kerja?"
Mendengar pertanyaan ketiga itu membuat Elma kembali bersedih hatinya, dia meremat kedua tangannya di atas pangkuan dan berulang kali mengedipkan mata agar tidak ada air bening yang tercipta.
"Kalian bertengkar lagi?"
"Opa bukannya ingin mencampuri urusan kalian El, tapi coba renungkanlah. Di tengah-tengah pertengkaran kalian ada Arkan yang pasti akan terluka ..."
Nama Arkan disebut, membuat air mata Elma akhirnya jatuh juga, dadanya sesak sekali.
"Malam ini menginap lah disini. Opa akan minta Danu untuk pulang kemari," ucap Herman lagi.
Kedua orang tua Danu telah meninggal 6 tahun silam, jadi hanya tinggal Herman dan Lusi lah orang tua Danu dan Elma. Orang tua yang selalu mengawasi anak-anaknya, menasehati, juga menjadi sandaran terakhir.
Herman sangat bersedih melihat rumah tangga anaknya yang seperti di ujung tanduk. Bagaimana pun dulu dimulainya pernikahan ini, tetap saja harus dipertahankan sampai mati.
Tentang kebahagiaan tentu saja bisa dicari, asalkan ada usaha dari keduanya. Menerima satu sama lain dari berbagi kondisi, juga komunikasi dan keterbukaan yang harus tetap dijaga dengan baik.
Bukan saling memendam seperti ini.
Meski Elma dan Danu tidak pernah bercerita secara gamblang tentang masalah rumah tangga mereka, tapi Herman bisa menerka.
Nalurinya sebagai seorang ayah tak bisa dibohongi. Baginya pun Danu sudah seperti anaknya sendiri.
Saat itu juga Herman langsung merogoh ponselnya di dalam saku celana. Lalu membenahi kaca matanya agar pandangannya jelas. Membuka kontak dan menggulirnya mencari nama Danu.
Dia menghubungi sang menantu. Tapi sayang, panggilannya tidak mendapat kan jawaban.
Tapi Herman tak putus asa, dia coba telepon sekali lagi. Dan untunglah di ujung bunyi Tut yang dia dengar, akhirnya panggilan itu terjawab.
"Halo Opa," jawab Danu dengan suara tergesa dan cukup tinggi. Herman juga bisa mendengar jika di ujung sana terdengar ramai sekali.
"Kamu ada event?"
"Iya Opa, ada peluncuran produk baru," jelas Danu. Dia bekerja sebagai promotor smartphone Vovi.
Danu bertugas untuk menjelaskan dan juga menyampaikan informasi tentang kelebihan smartphone kepada calon pembeli.
Tempat tugasnya bisa pindah-pindah sesuai dengan perintah leadernya. Kadang di toko ponsel pasar, kadang juga di mall mall ternama.
Pekerjaan Danu cukup sulit, karena dia memiliki target penjualan yang harus dipenuhi. Dengan segala aturan dan tekanan dari atasan.
"Baiklah, jangan lupa makan Nu. Nanti pulang lah ke rumah Opa, Elma dan Arkan menginap disini," jelas Herman lagi.
Membuat Danu di ujung sana tergugu, juga menelan ludahnya dengan kasar. Bagaimana bisa dia kembali lagi kesana setelah semua yang terjadi.
Tapi untuk menolak pun rasanya lebih tidak mungkin lagi.
"Baik Opa, tapi aku akan pulang terlambat. Paling cepat jam 11 sampai di rumah." jelas Danu, dia harus lebih dulu meletakkan koper bawaannya di rumah Bayu. Tidak mungkin membawanya pulang ke rumah Herman.
"Tidak apa, yang penting kamu pulang. Hati-hati sekarang musim hujan, jalanan licin."
Diujung sana Danu mengangguk, seolah Herman bisa melihat pergerakan kepalanya itu. Dan setelah bersepakat, panggilan itu pun terputus.
Selama sang ayah menghubungi Danu, Elma menghapus air matanya dan menetralkan hati.
"Danu akan kesini," ucap Herman dan Elma mengangguk kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
andi hastutty
Bijak bapaknya elma
2024-08-19
1
himmy pratama
apik bpk e Elma
2024-03-31
1
Tuti Tyastuti
vovi🤣🤣🤣🤣🤣
2024-01-23
0