Pagi datang.
Hujan tadi malam mulai reda, saat pagi menyapa hanya bersisa genangan air di berbagai tempat. Danu bangun lebih dulu, membuka jendela dan mempersilahkan angin dingin itu masuk ke dalam rumah. Ingin menciptakan sedikit saja rasa segar di dalam rumah yang penuh kesedihan ini.
Tak lama kemudian Elma juga bangun, dia langsung menuju dapur dan berkutat disana. Elma akan membawakan bekal untuk Arkan. Dia terus sibuk sendiri, tak peduli jika ada Danu di sekitarnya saat ini.
Mereka sama-sama diam, sama-sama acuh dengan keberadaan satu sama lain.
Danu juga datang ke dapur hanya untuk mandi tidak ada niat sedikitpun untuk memulai pembicaraan dengan Elma.
Jam 7.00 Arkan keluar dari dalam kamarnya, tatapannya langsung tertuju pada selimut dan bantal yang tergeletak asal di atas sofa ruang tengah.
Tanpa perlu bertanya pada kedua orang tuanya Arkan sudah tahu jika tadi malam pasti ayahnya tidur di situ.
"Arkan," panggil Danu, dia baru saja dari dapur. Datang ke ruang tengah ini dengan kedua tangan yang sibuk mengeringkan rambut menggunakan handuk kecil. Handuk berwarna putih awalnya, namun kini sudah terlihat berwarna keabuan.
"Pa."
"Hari ini kamu try out?"
"Iya."
Danu melempar handuk basah itu ke sembarang tempat, lalu mengambil sesuatu di tas kerjanya yang lusuh.
"Simpan uang ini, untuk jajan tambahan mu."
"Berikan saja pada Mama, kemarin aku minta dibuatkan bekal."
Danu tergugu, tangan kanannya yang mengulurkan selembar uang pada sang anak tidak mendapatkan sambutan.
"Ambilah, kamu bisa gunakan ini untuk naik bus. Sekarang musim hujan." Danu memaksa, dia mengambil tangan kanan sang anak dan meletakan uang itu di tangan Arkan.
Membuat Arkan tak bisa menolak.
"Pergilah ke dapur, Mama sudah menunggu mu."
"Kenapa kita tidak pergi bersama?"
"Papa akan menyusul."
Arkan tidak lagi membalas, juga tidak mengangguk. Dia hanya membuang nafasnya pelan kemudian pergi menuju dapur. Sudah ada makanan yang tersaji di atas meja makan kecil itu. Juga kotak bekal berwarna biru miliknya.
Sementara sang ibu sedang mencuci beberapa alat masak di westafel. Di ruang sepi ini hanya terdnegar suara berisik yang ibunya ciptakan.
"Ma," panggil Arkan, membuat Elma langsung menoleh. Berusaha tersenyum di atas bibirnya yang kaku.
"Cepat makan lah, hari ini kamu pergi sekolah sendiri. Papa tidak bisa mengantar," titah Elma, Danu akan langsung pergi membawa koper bajunya. Rasanya tak mungkin jika harus mengantar Arkan sekolah juga.
Namun nyatanya tidak seperti Itu, Danu yang juga langsung ke dapur langsung menyanggah ucapan Elma.
"Tidak perlu buru-buru, aku akan mengantar Arkan seperti biasa," sanggah Danu. Dia duduk di salah satu kursi meja makan dengan menarik sang anak agar ikut duduk.
Tak lama kemudian Elma mengeringkan tangannya dan ikut bergabung.
Mereka makan bersama dengan menu seadanya. Ada tempe goreng, tumis sayur dan sambal. Sementara bekal Arkan berisi telur goreng dan sedikit sambal.
Arkan suka makanan pedas, namun Elma selalu melarang anaknya itu makan cabai berlebihan.
Selesai makan Danu buka suara.
"Ar, nanti papa tidak akan pulang. Papa ada tugas baru dan tempatnya cukup jauh dari rumah, jadi untuk sementara papa akan menyewa tempat disana," jelas Danu, berkilah mencari alasan agar Arkan tak banyak bertanya kenapa dia tidak lagi pulang setelah hari ini.
Elma diam, meremat sendok yang masih dia pegang.
Arkan juga diam, bingung harus bagaimana. Terlebih sesak di dada semakin terasa nyata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Dewa Rana
kasian Arkan
2025-01-30
0
Hariyanti
😥😥
2025-01-29
0
Cipika Cipiki
ya Allah sebegitu sengsara kah kalian hingga handukpun sampe berubah warna masih di pake 😭😭
2024-08-23
0