Langkah Danu terhenti di ruang tengah saat dia mendengar namanya dipanggil oleh sang istri, memanggil dengan nada tinggi yang semakin menyulut amarah.
Setiap hari selalu ada pertengkaran seperti ini, selalu ada kecurigaan yang tak berkesudahan.
Danu lelah, sangat lelah. Tidak bisakah sedikit saja Elma menaruh rasa percaya padanya?
"Kamu dari mana?" tanya Elma ketika dia sudah berdiri di hadapan sang suami. Elma menatap dengan tatapan nanar, banyak embun di kedua manik matanya.
Tatapan yang selalu mengartikan bahwa Danu salah.
"Berapa kali aku harus mengatakan padamu El? Aku kerja!"
"Kerja apa sampai tengah malam begini? lembur? bahkan gaji mu tiap bulan selalu sama!"
"Itu sudah dihitung dengan uang lembur."
"Bohong! mana slip gaji mu?"
Danu terdiam, sementara Elma langsung tersenyum kecut.
"Lihat lah, kamu diam kan? Aku bahkan sampai lupa kapan terakhir kamu memberikan slip gaji itu pada ku? apa yang sebenarnya kamu tutupi? kamu punya wanita lain? kamu bosan denganku?" tanya Elma bertubi, entah sudah berapa banyak air mata yang jatuh dari kedua matanya. Wajah itu kini telah basah.
"Cukup El, berhenti menyudutkan aku. Aku juga lelah, sangat lelah. Tidak bisakah kamu mempercayai aku sedikit saja?"
"Kamu lelah? lalu bagaimana dengan aku? tidak bisakan kamu sedikit saja berpikir dari sudut pandang ku?"
"Jangan hanya menuntut, coba pikir juga bagaimana jika ada di posisi ku?"
"Posisi seperti seperti apa yang kamu keluhkan? setiap hari pulang malam? menikmati hidupmu sendiri sementara aku terkurung di rumah ini?"
"Jadi itu yang kamu pikirkan tentang aku El? disaat aku bekerja siang dan malam tapi kamu selalu menaruh curiga? mau sampai kapan? mau sampai kapan kita seperti ini?"
Keduanya terdiam, larut dalam pikirkan kusut masing-masing. Namun dari banyaknya kemelut di dalam kepala, selalu kata pisah yang muncul sebagai penyelesaian untuk semuanya.
Elma merasa dia bisa lebih bahagia setelah berpisah dengan Danu, tidak peduli bagaimana nanti yang terpenting dia keluar dari rumah ini.
Sementara Danu merasa perpisahan ini akan membuat beban hidupnya semakin berkurang. Bisa mendapatkan ketenangan yang sudah lama tidak dia rasa.
Mereka sama-sama lelah, sama-sama ingin mengakhiri pernikahan ini.
"Ayo kita berpisah," jawab Elma dari pertanyaan terkahir yang Danu lontarkan.
Danu diam saja, kata itu tetap terdengar menyakitkan bagi keduanya. Namun ini adalah keputusan yang paling tepat.
Dengan bersama mereka hanya terus saling menyakiti satu sama lain. Maka berpisah lah satu-satunya jalan untuk mendapatkan kebahagiaan.
Tanpa terbelenggu dengan pernikahan ini.
"Baiklah, mari kita berpisah." Balas Danu, sebuah balasan yang tak kalah menyayat hati Elma.
15 tahun lalu mereka berdua memutuskan untuk menikah muda. Tidak peduli jika kedua orang tua mereka tak setuju namun pernikahan itu tetap terjadi.
Danu dan Elma percaya bahwa cinta mampu membuat mereka mengalahkan segalanya. Namun nyatanya, cinta saja tidak cukup.
Setelah waktu berlalu, kini mereka memutuskan untuk berpisah.
Dan setelah perdebatan panjang itu hujan turun semakin lebat. Menutupi suara tangis seorang anak remaja di dalam kamarnya.
Arkan bisa mendengar dengan jelas semua kata-kata dari ruang tengah, juga keputusan akhir yang diambil oleh ayah dan ibunya.
Elma dan Danu tidak pernah tahu, bahwa diantara mereka Arkan lah yang paling banyak menanggung luka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Yeni Fitriani
begitulah klo komunikasi tdk lancar dan tdk adanya keterbukaan antara pasangan suami istri....pasti akn saling menyakiti.....semua ada benarnya dan ada salahnya masing2.....
2025-03-01
0
Atoen Bumz Bums
apa susahnya sih ngomong ada event dr pd terus berantem bisa ngomong pjg lebar
2024-10-15
0
andi hastutty
Kasian Arkan
2024-08-19
0