"Nis, bukannya itu mobil Andreas.?" Mela menunjuk mobil mewah milik Andreas yang terparkir di salah satu restoran dekat ruko yang baru saja mereka lihat.
Nisa menajamkan pandangan matanya untuk melihat mobil Andreas dari kejauhan. Ingin memastikan kalau mobil yang terparkir di sana benar-benar milik Andreas.
"Ya ampun,, kenapa jadi sering ketemu sama dia di tempat umum." Nisa menghela nafas.
Entah kenapa sejak kejadian malam itu, takdir seolah membuatnya untuk terus bertemu dengan Andreas tanpa sengaja. Padahal dulu dia juga sering pergi dengan Mella, tapi sepertinya Mella tidak pernah melihat Andreas setiap kali bepergian dengannya. Karna jika Mella melihat Andreas, sudah pasti reaksinya akan seperti yang sudah-sudah.
"Aku bilang juga apa Nis,, kayaknya kamu sama Andreas tuh berjodoh,," Tutur Mella. Dari raut wajahnya terlihat serius mengatakan mereka berjodoh.
Bagaimana Mella tidak beranggapan seperti itu jika apa yang terjadi pada kehidupan Nisa dan Andreas seperti bukan kebetulan. Melainkan karna mereka memang ditakdirkan untuk bersama.
Nisa terdiam menatap Mella. Kini dia mulai memikirkan perkataan Mella yang sudah di ucapkan berulang kali oleh sahabatnya.
Nisa mulai bertanya-tanya dalam hati, disertai perasaan cemas dan takut.
Antara percaya dan tidak percaya. Dan kalaupun memang dia berjodoh dengan Andreas, pasti ada kebahagiaan yang harus di bayar mahal, mengingat pernikahan yang akan dia jalani bersama Andreas berawal dari dendam.
"Tuh kan,, kebiasaan ngelamun lagi,," Mella menyenggol lengan Nisa.
"Ayo ke sana, aku udah lapar nih," Sambil menggandeng tangan Nisa, Mella berjalan ke arah restoran itu.
"Pindah restoran aja Mel,, aku lagi nggak pengen ketemu sama dia." Nisa menghentikan langkah. Padahal dia sendiri yang memilih restoran itu, tapi setelah melihat ada mobil Andreas, dia malah ingin pindah restoran.
"Nggak usah menghindar Nis, lagian sebentar lagi kamu sama Andreas akan menikah."
"Anggap saja latihan biar terbiasa lihat Andreas."
"Karna setelah menikah, kamu bukan lagi sering ketemu Andreas, tapi tiap hari bakalan liat wajah Andreas."
"Kamu juga bisa manfaatin momen seperti ini buat mengenal lebih jauh seperti apa sifat Andreas yang sebenarnya. Siapa tau kamu batalin balas dendam kalau ternyata Andreas itu laki-laki yang baik."
Nisa menatap serius pada Mella. Sahabatnya itu makin lama semakin bijak, tidak seperti biasanya yang selalu nyeleneh dengan candaan dan sulit menyaring ucapan.
"Nggak nyangka kamu sebijak ini,," Goda Nisa dengan candaan.
"Bukan masalah bijak Nis, tapi aku mau nyadarin kamu kalau sebenarnya kamu itu beruntung. Disaat banyak wanita diluar sana yang menginginkan Andreas, kamu satu-satunya wanita akan memilikinya setelah menikah." Ucap Mella. Sedikitpun tidak ada balasan candaan meski Nisa menggodanya. Mella justru terlihat semakin serius.
"Kamu bisa bicara seperti itu karna sepertinya kamu terlalu mengagumi wajah tampan Andreas Mel." Nisa hanya mengulas senyum santai. Dia kemudian mengurungkan niatnya untuk pindah restoran dan menuruti perkataan Mella yang memintanya tetap masuk ke dalam restoran.
...****...
Nisa mengedarkan pandang semua sudut restoran untuk memastikan keberadaan Andreas di sana. Tapi pemilik nama itu tidak terlihat batang hidungnya, membuat Nisa bernafas lega karna memang sebenar dia malas bertemu dengannya.
"Nggak ada Mel,," Kata Nisa setelah memastikan Andreas tidak ada di sana.
Dia lalu berjalan menuju salah satu meja yang masih kosong.
"Siapa tau lagi ke toilet Nis. Tuh,,,," Mella menunjuk satu meja yang terpisah di pojok restoran. Meja yang sedang di tempati beberapa pria dan wanita dengan setelan rapi.
"Mereka pasti sedang meeting dengan Andreas." Tebak Mella. Mengingat Andreas juga memimpin salah satu anak perusahaan milik orang tuanya.
Dan ternyata tebakan Mella benar. Andreas tiba-tiba muncul dan bergabung ke meja itu.
"Ya udah biarin aja." Kata Nisa, dia memilih meja yang letaknya cukup jauh dari tempat duduk Andreas.
Nisa dan Mella memesan makanan, setelah itu sibuk menyantap makanan tanpa memperhatikan Andreas lagi.
...***...
Sementara itu, Andreas yang tak sengaja melihat keberadaan Nisa, dia buru-buru mengakhiri rapat.
Dan begitu kliennya pamit pulang, Andreas menyuruh asisten dan sekretarisnya untuk kembali ke kantor.
Andreas beranjak dari duduknya. Berjalan tegap menghampiri meja Nisa. Lalu menempati kursi kosong di samping wanita cantik itu tanpa permisi.
"Kebetulan sekali kamu disini." Andreas menatap Nisa dengan senyum tipis. Wanita itu seketika menghentikan kegiatan makannya, berusaha membalas senyum pada laki-laki itu.
"Kamu sudah selesai meetingnya.?" Tanya Nisa basa-basi, tapi dia juga menoleh pada meja yang tadi di tempati oleh Andreas untuk meeting dan memang meja itu sudah kosong.
Andreas menjawab dengan anggukan kecil.
"Kita harus pergi untuk mencari cincin dan fitting baju pernikahan."
"Pernikahan kita sebentar lagi, jadi lebih baik di persiapkan dari sekarang." Tutur Andreas yang mana ucapannya langsung membuat detak jantung Nisa seolah bergemuruh.
Ada perasaan cemas dan takut yang tiba-tiba datang. Walaupun dia sudah meyakinkan diri untuk tetap melangkah maju demi mencapai tujuannya, tapi terkadang perasaan takut dan cemas datang menyelimuti. Dan hal itu menimbulkan keraguan di hati Nisa. Meski pada akhirnya dia bisa menepis keraguan itu dengan rasa sakit yang di torehkan oleh Andreas.
...****...
Nisa duduk tegap dengan pandangan lurus ke depan. Saat ini dia sedang berada di dalam mobil bersama Andreas. Mereka berdua akan pergi ke salah satu toko perhiasan ternama di mall terbesar.
Tapi sebelumnya mereka sempat mengantarkan Mella pulang lebih dulu. Karna Mella menolak untuk ikut saat Nisa mengajaknya.
Mella tentu saja tidak mau menganggu Nisa dan Andreas yang sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan pernikahan mereka.
Di tengah ketegangan yang Nisa rasakan, tiba-tiba Andreas menggenggam tangannya. Hal itu membuat Nisa semakin tegang karna ketakutan.
"Santai saja, nggak perlu tegang seperti ini,," Ucapnya dengan suara lembut dan tatapan teduh.
Nisa tak menjawab, dia hanya tersenyum kaku. Jujur saja dia sangat trauma setiap kali bersentuhan dengan Andreas. Karna setiap kali Andreas melakukan kontak fisik dengannya, Nisa selalu teringat akan malam mengenaskan itu.
"Maaf sudah membuatmu trauma." Sesal Andreas. Dia bisa membaca gestur tubuh dan ekspresi wajah Nisa kalau wanita itu masih sangat trauma dengan perbuatannya.
"Sentuhan ini akan membuat kamu terbiasa, jadi perlahan traumanya bisa hilang." Ucapnya sembari melirik Nisa dan mengusap lembut tangan Nisa dalam genggamannya.
"Aku mengerti, semuanya hanya butuh waktu dan proses." Sahut Nisa.
"Seperti halnya perasaan kita, hanya butuh waktu dan proses agar bisa saling mencintai." Nisa mengukir senyum manis pada Andreas.
Dalam sekejap bisa menyembunyikan rasa takutnya dan mencoba untuk menarik kembali perhatian Andreas.
"Tapi sepertinya aku sudah melewati waktu dan proses itu." Kata Andreas dengan nada menggoda.
"Benarkah.? Apa bisa secepat itu.?" Tanya Nisa.
"Coba pastikan lagi, mungkin itu bukan cinta melainkan hanya kasihan padaku."
Nisa menatap lekat manik mata Andreas. Dia bisa memastikan kalau ucapan Andreas hanya kebohongan semata, karna tidak ada cinta dalam sorot mata Andreas saat menatapnya.
Mungkin saat ini memang belum ada cinta di hati Andreas untuknya, tapi Nisa akan pastikan suatu saat Andreas akan mencintainya hingga tidak sanggup hidup tanpanya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
🌼 Pisces Boy's 🦋
punya niat yang sama
2022-09-18
1
pipitW⃠✰͜͡v᭄085811558605
alus saran namah si mella👏👏👏👏👏👏
2022-09-03
0
Dinda Kharisma
1 tujuan kalian..sma² ingin bls dendam...
2022-08-24
2