"Nggak ada sesuatu yang kebetulan Nis. Atau bisa aja nanti kita jadi sahabat, dia juga asik dan welcome orangnya." Tutur Mella.
"Ayo kesana, kita gabung aja sama dia. Dari pada nggak kebagian tempat." Mella menyelonong begitu saja, berjalan menghampiri meja itu. Dengan terpaksa, Nisa mengikuti keinginan Mella.
Permisi Mba, boleh gabung.?"
Tanpa basa - basi dan malu sedikitpun, Mella langsung mengutarakan tujuannya datang ke meja itu.
"Kalian.?" Ujar wanita itu. Masih mengenali Nisa dan Mella.
"Iya Mba, ketemu lagi kita." Mella cengar-cengir sendiri. Nisa hanya diam saja melihat tingkah aneh sahabatnya yang memang sejak dulu seperti itu.
"Semua meja disini penuh, apa kita boleh duduk disini.?"
Pertanyaan Mella membuat wanita itu langsung mengedarkan pandangan ke seluruh restoran untuk memastikan kebenaran ucapan Mella.
"Silahkan, duduk saja."
"Malah seru kalau makan rame - rame,," Dia tersenyum ramah. Nisa yang awalnya tidak enak hati, kini tersenyum lega karna respon dari wanita itu sangat baik. Mampu menghilangkan kecanggungan yang di rasakan oleh Nisa.
"Wah Mba nya baik banget. Makasih banyak loh Mba." Ucap Mella dengan raut wajah senang. Mella langsung duduk didepan wanita itu, bersebelahan dengan laki - laki paruh baya yang menjadi supirnya.
"Sama - sama."
"Ayo duduk,," Ujarnya mempersilahkan Nisa untuk duduk di sebelahnya.
"Makasih Mba, maaf kalau jadi nggak nyaman."
Nisa menarik kursi perlahan untuk duduk di sebelah wanita cantik itu.
"Santai saja. Ini kan tempat umum, memang harus berbagi tempat."
Lagi - lagi jawaban baik dan ramahnya mampu membuat Nisa kembali mengagumi sosok wanita di sampingnya itu.
Nisa dan Mella sudah memesan makanan. Mereka menunggu sambil sesekali menatap wanita cantik di depannya.
"Kita belum kenalan," Ujar wanita itu sembari mengulurkan tangan di depan Nisa dan Mella.
Nisa dan Mella langsung bertatapan. Mereka sudah tau kalau wanita cantik itu sangat baik dan ramah, tapi masih saja kaget saat di ajak berkenalan dengannya.
"Aku Mella." Seru Mella yang langsung membalas uluran tangan wanita itu dengan senang hati.
Kapan lagi bisa berkenalan dengan sultan, pikirnya.
Kini giliran Nisa yang meraih uluran tangan itu sembari terasa tipis.
"Nisa,," Ucapnya sedikit malu.
Dia tidak percaya diri karna berkenalan dengan orang yang terlihat sangat kaya itu.
"Senang berteman dengan kalian." Ujarnya tulus.
Nisa dan Mella langsung bengong. Sebaik itu sampai langsung menganggapnya sebagai teman padahal baru bertemu.
Namun yang membuat Nisa semakin bengong karna kaget adalah saat wanita itu menyebutkan namanya.
"Aku Irene." Katanya dengan senyum mengembang.
Nama itu langsung mengingatkan Nisa pada Andreas yang terus menyebutkan nama Irene berulang kali.
Mungkinkah Irene yang di maksud dengan Andreas, sama dengan Irene yang ada di hadapannya saat ini.?
Jika mereka adalah orang yang sama, lalu takdir apa yang sedang menunggunya sampai harus di pertemukan dengan wanita itu.
"Aku duluan, maaf nggak bisa lama - lama." Irene beranjak dari duduknya.
"Kita ketemu lagi nanti,," Tambahnya lagi.
Dia terlihat buru - buru setelah membaca pesan di ponselnya.
"Santai saja Mba. Masih banyak waktu buat ketemu." Jawab Mella cepat.
"Hati - hati di jalan mba." Ucap Nisa tulus.
Irene mengangguk serta melempar senyum, lalu beranjak dari sana.
Mella hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kepergian Irene bersama supir pribadinya.
Dia tidak menyangka akan jadi sedekat itu dengan Irene sampai bertukar nomor ponsel.
Irene mengaku baru datang dari luar negeri dan tidak punya banyak teman disini. Itu sebabnya dia ingin berteman dengan Mella dan Nisa.
"Ternyata bidadari juga ada di dunia nyata Nis." Seloroh Mella. Matanya terus menatap pada Irene yang sudah keluar kafe.
"Kayaknya kamu bahagia banget temenan sama dia." Ujar Nisa.
"Terus apa kabar yang jadi suaminya.?"
Nisa tidak bisa membayangkan seberuntung apa suami Irene karna mendapatkan istri sebaik dan secantik itu.
"Jangan di tanya lagi Nis, udah pasti suaminya bahagia dunia akherat." Celetuk Mella cepat.
Mungkin hanya laki - laki yang tidak normal yang merasa tidak bahagia mendapatkan istri sesempurna Irene.
****
"Kerja bagus.!" Seru Andreas dengan senyum kepuasan di wajahnya.
Dia sudah membaca lembar kertas di tangannya tanpa melewatkan sedikitpun tulisan yang ada di dalamnya.
Foto - foto yang tadi dia keluarkan dari dalam amplop coklat, kini di simpan kembali.
"Kamu boleh pergi.!" Tegasnya.
Andreas hanya menggerakkan tangannya tanpa menatap orang itu sedikitpun.
"Baik tuan." Orang itu segara keluar dari ruangan Andreas setelah memberikan apa yang di inginkan oleh bosnya itu.
Andreas bergegas pulang setelah pukul 5 sore. Dia pulang ke apartemennya untuk mandi, setelah itu berencana datang ke kontrakan Nisa dan mengajaknya pergi.
Suara ketukan pintu memaksa Nisa beranjak dari duduknya. Dia baru saja bangun setelah hampir 3 jam tertidur.
Dia mempersiapkan diri untuk bekerja nanti malam, itu sebabnya harus mengisi daya sebelum berkutat dengan pekerjaannya yang melelahkan.
"Ya sebentar.!" Seru Nisa sambil berjalan mendekat.
Seseorang di luar sana sudah bisa dipastikan bukan Mella, karna Mella akan berteriak setiap kali menggedor pintu kamarnya.
"Ya ampun kamu.?!" Pekik Nisa kaget. Dia kembali menutup sedikit pintunya, kemudian berusaha merapikan rambutnya yang sudah pasti berantakan karna baru bangun tidur.
"Mau apa.?" Tanya Nisa heran.
"Kenapa di tutup lagi.? Kamu baru bangun.?"
"Aku mau mengajak kamu pergi."
"Buka pintunya." Andreas mendorong pintu dengan pelan, tapi berhasil terbuka karna Nisa tidak punya tenaga untuk menahan pintu itu.
Meski Andreas mendorong pintu dengan pelan, tapi tenaganya cukup besar. Tidak sebanding dengan Nisa yang tenaganya belum terkumpul setelah bermain di alam mimpi.
Andreas mengulum senyum begitu melihat Nisa dengan jelas.
Nisa terlihat tidak sadar kalau hanya memakai kaos tanpa br - a.
Sesuatu yang indah menonjol di sana. Membuat mata mesum Andreas menangkap benda indah itu.
"Kenapa senyum - senyum.?" Protes Nisa heran.
"Dimana br-a mu.?" Tanya Andreas sambil menahan tawa.
Nisa reflek menunduk dan menutupi kedua bukit kembarnya. Dia kembali menatap Andreas dengan mata yang membulat sempurna.
"Aaaahhkkk,,,!!!" Nisa berteriak kencang. Dia langsung membanting pintu hingga pintu itu kembali tertutup dan mengenai kening Andreas.
"Awww.!! ****.!!" Umpat Andreas sambil memegangi keningnya yang terasa berdenyut.
"Anisa kau.!!" Geram Andreas pelan.
Dia menarik nafas dalam dan membuangnya kasar.
"Aku tunggu di mobil.!" Teriak Andreas. Dia bergegas pergi dari pintu kamar Nisa.
Sementara itu, Nisa masih berusaha menangkan diri di balik pintu. Mengatur detak jantungnya yang tidak karuan. Ketakutan itu kembali muncul.
Saat ini, Nisa bahkan tidak yakin kalau dia bisa meneruskan tujuannya untuk balas dendam pada Andreas.
Padahal dia memakai pakaian luar yang lengkap, hanya saja tidak memakai br-a, tapi trauma malam itu membuatnya takut berhadapan dengan Andreas.
Entah bagaimana kalau nanti menikah dan Andreas meminta haknya.
Nisa menarik nafas dalam. Berusaha untuk berfikir tenang.
"Apa aku harus mundur dan membiarkan pria breng-s3k itu hidup tenang.?" Gumam Nisa lirih.
Dia bertanya dengan hatinya sendiri, tapi kemudian menggeleng cepat.
"Lihat saja, aku nggak akan biarin kamu bahagia Tuan Andreas Candratama.!" Geram Nisa penuh dendam dan kebencian.
Dia tidak akan mundur sebelum melihat Andreas hancur dan memohon di kakinya.
Tidak peduli jika harus menjalani pernikahan dengan Andreas. Lagipula Nisa berfikir jika dirinya sudah kotor. Tidak ada salahnya untuk terjun ke lubang yang sama pada Andreas.
Asal bisa membuat Andreas menderita nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
jangan2 devan
2024-09-29
0
Adam malik
anisa ni terlalu polos heh..betul menyesal balas dendam
2024-03-06
1
anisa
bertele tele thor 🗿 otakmu kah yg buat bertele tele🗿
2024-03-04
2