"Jangan ngeliatin terus, nanti naksir,," Seloroh Andreas dengan seulas senyum. Nisa bisa melihatnya dari kaca spion didepannya. Dia tersenyum sinis dalam hati. Sampai kapanpun tidak akan pernah ada rasa suka untukmu. Batin Nisa.
"Aku sadar diri kok. Kita itu kayak bumi dan langit, berat kalo sampai naksir kamu,," Ucapnya merendah, kemudian terkekeh pelan.
"Nggak ada yang nggak mungkin." Sahut Andreas. Dia masih mengulas senyum pada Nisa.
"Iya kamu bener, apapun bisa terjadi sekalipun yang menurut kita tidak mungkin. Tapi upik abu ini cukup tau diri,," Ujarnya dengan candaan.
Andreas terkekeh mendengarnya.
"Kamu tinggal dimana.?"
Masih dengan fokus menyetir, sesekali Andreas melirik Anisa.
"Di belakang tempat karaoke milik kamu. Ehh,,, maaf ya."
"Maaf kenapa.?" Andreas menatap dengan kening berkerut.
"Nggak papa kan kalo aku manggilnya kamu aja.? Aku juga nggak biasa bicara formal. Kamu nggak bakal pecat aku kan gara - gara aku bicara sesantai ini.?" Nisa menunjukan nada kekhawatiran di akhir kalimatnya. Sontak hal itu membuat Andreas kembali tertawa.
"Aku bakal pecat kamu kalau kamu nggak mau jalan lagi sama aku,,," Ujarnya setelah menghentikan tawa.
Sikap Andreas memang terlihat aneh, dari yang awalnya dingin, tiba - tiba datang menghampiri Nisa dengan sikap baik dan ramahnya. Namun Nisa tidak mau memusingkan hal itu. Apapun tujuan Andreas mendekatinya, Anisa tidak akan peduli. Asalkan dia bisa dekat dengan Andreas, membawa Andreas kedalam perangkapnya.
Dendam memang membutakan hati.
"Jadi kamu tinggal disini.?"
Tanya Andreas setelah keluar dari mobil. Dia sudah mengantar Nisa sampai di depan kontrakan.
"Iya. Selain deket sama tempat kerja, harga sewanya juga jauh lebih murah dan nyaman pastinya. Ya walaupun kecil." Jelas Nsa meski Andreas tidak bertanya. Dia hanya ingin menegaskan pada Andreas, bahwa seperti ini loh hidupku.
Andreas menganggukkan kepala dua kali.
"Kalau gitu aku pulang dulu. Sampai jumpa nanti malam,,,"
"Tunggu,," Nisa menahan tangan Andreas, namun setelah itu dia segera melepaskannya.
"Kenapa.?"
"Tunggu dulu disini, ada yang mau aku balikin sama kamu. Sebentar, jangan pergi dulu yah,,"
Nisa berlari kecil menuju kamar kontrakannya.
Dia kembali dengan membawa paper bag kecil di tangannya.
"Ini punya kamu,," Nisa menyodorkan paper bag itu pada Andreas. Dahi Andreas sampai mengkerut dibuatnya. Dia merasa bingung.
Meskipun begitu, Andreas tetap menerimanya. Dia merogoh paper bag itu karna merasa penasaran. Dilihatnya jas warna navy miliknya.
"Jas punya kamu malam itu. Aku pakai buat nutupin baju aku yang udah kamu robek."
Andreas langsung beralih menatap Nisa, namun Nisa segera menundukan pandangannya.
"Maaf,,," Ucap Andreas lirih.
"Nggak perlu minta maaf lagi, yang udah hilang nggak akan pernah kembali. Aku balikin jas kamu nggak bermaksud untuk membuat kamu ingat lagi sama kesalahan kamu yang nggak kamu sengaja itu. Aku balikin jas kamu karna aku nggak punya hak untuk menyimpan apa lagi mengambil sesuatu yang bukan milikku,,"
Jelas Nisa dengan suara tegas meskipun terdengar lembut.
Nisa memang sengaja berbicara seperti itu untuk membuat Andreas sadar. Sadar jika dia sudah salah karna mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Entah Andreas menyadarinya atau tidak, yang jelas ungkapan hatinya membuat Anisa jauh lebih tenang.
Tanpa menjawab ucapan Nisa, Andreas kembali memasukan jas itu kedalam paper bag.
"Aku pulang,,," Ujarnya dengan suara datar.
Nisa mengangguk.
"Hati - hati, pelankan kecepatan. Nggak usah ngebut kayak tadi. Keselamatan kamu jauh lebih penting,," Ujar Nisa berpesan.
"Karna aku masih ingin melihatmu menderita.!"
Geram Nisa dalam hati.
Andreas mengulas senyum tulus, lalu masuk kedalam mobilnya dan pergi dari sana.
...****...
Keesokan paginya,,,,
Mella yang sudah tidak sabar, langsung pergi ke kamar kontrakan Anisa begitu bangun tidur.
Dia ingin tau cerita yang terjadi antara Anisa dan Andreas tadi malam. Meskipun tidak ada kaitannya dengan masalah itu, namun Mella juga perlu tau perkembangan tentang rencana balas dendam Anisa terhadap Andreas. Mella tentu saja khawatir, dia tidak mau sahabatnya itu terluka karna permainannya sendiri.
Gedoran pintu yang cukup kencang, membuat tidur nyenyak Anisa terganggu. Dengan malas, wanita cantik itu turun dari ranjangnya dan segera membuka pintu.
"Ya ampun Mella.! Kirain siapa. Nggak tau apa aku itu masih ngantuk banget. Balik dulu sana, nanti aja beli sarapannya. Siangan dikit,,," Tanpa memberi kesempatan pada Mella untuk berbicara, Anisa terus menyerocos. Dia segera menutup pintu kembali setelah menyelesaikan keluhannya.
"Astaga ANISAAAA,,,,!!" Teriakan Mella berhasil membuat Anisa membuka pintu kembali, disertai dengan tatapan tajamnya pada Mella.
"Apa lagi MELLA.? Kamu bikin kupingku sakit.!"
Tanpa menghiraukan ucapan Anisa, Mella menyelonong masuk kedalam. Sontak membuat Anisa langsung mengikuti langkah sahabatnya itu yang kini sudah duduk santai di atas ranjang.
Anisa menghela nafas panjang, pada akhirnya dia ikut duduk di samping Mella.
"Pendekatan aku dan Andreas lancar jaya.! Puas kamu.?!" Ujarnya kesal. Ternyata Anisa sudah bisa menebak tujuan Mella datang ke kamarnya.
Mella terkekeh geli dengan raut wajah Anisa yang terlihat malas bercampur emosi.
"Udah kayak mbah dukun aja kamu Nis. Gue belum nanya, kamu udah jawab aja,," Selorohnya geli.
"Udah bisa ketebak dari muka kamu,," Sahutnya.
"Terus rencana kamu selanjutnya gimana Nis.? Kalian udah tukeran nomor HP.?" Tanya Mella antusias. Anisa menggeleng.
"Nggak perlu tukeran nomor HP, nanti juga dia hubungin aku duluan. Kayak nggak tau aja siapa Andreas. Timbang dapetin nomor aku doang mah gampang,,"
Apa yang dikatakan Anisa memang benar. Andreas bisa saja meminta nomor ponsel Anisa lewat Antoni jika dia mau. Apa yang tidak mungkin bagi Andreas. Jangankan sekedar nomor ponsel, dia bahkan dengan mudahnya bisa mendapatkan kesucian wanita yang tidak memiliki dosa padanya.
"Iya juga sih. Gue takut aja kamu bakalan suka sama dia Nis. Nanti yang ada kamu malah hancur buat kedua kalinya."
Mella masih saja mengkhawatirkan Anisa yang kekeuh ingin balas dendam pada Andreas dengan cara mendekatinya. Anisa bahkan bertekad untuk mendapatkan cinta Andreas, dan saat itu Anisa akan meninggalkannya. Dia ingin membuat Andreas merasa kehilangan, sama seperti dirinya yang harus kehilangan kesuciannya.
Anisa bahkan tidak peduli dengan masa depannya nanti setelah meninggalkan Andreas. Karna baginya, masa depannya sudah hancur oleh perbuatan keji Andreas padanya.
Dia sudah terlanjur basah, lebih baik langsung menceburkan diri saja. Pikir Anisa.
"Aku bakalan jaga hati Mel. Kamu kenal baik siapa aku. Aku nggak peduli apapun resikonya, aku harus bisa mendapatkan Andreas, begitu juga dengan cintanya. Aku bahkan nggak keberatan kalau harus menikah dengannya." Ujar Nisa yakin.
Mungkin lebih baik dia menyandang status janda, dari pada single tapi sudah di rusak oleh Andreas.
"Ninggalin dia disaat lagi cinta sama aku, aku yakin dia akan hancur.!" Wanita cantik itu sudah dibutakan oleh dendam. Rasa benci yang berlebihan pada sosok Andreas, membuatnya tutup mata akan kemungkinan buruk yang terjadi jika dia bermain api dengan Andreas.
"Terserah kamu deh Nis, yang penting aku udah ingetin kamu. Pokoknya jangan sampai kamu sendiri yang terluka."
"Iya bawel,," Sahut Nisa acuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
chaaa
oh kalau itu jelas. karna di novel2 mau sebenci apapun si cewek sama si laki, eh ujung2 nya luluh jg. dendam nya gagal. dg rayuan gombal dan sedikit penyesalan dr si laki, malah si cewek yg jadi bucin. karna si laki cakep ga ketulungan, coba aja kalau si laki ga cakep gak bakal luluh dan dendam pun berhasil.
semoga saja novel ini beda. si ceweknya tangguh dan gak gampang luluh dg segala macam rayuan dr si laki.
2023-06-11
5
Diana diana
takutnya kamu terjebak dlm permainan kmu sndri , Nis
2023-03-20
0
Gestimar
Nisa kan murahan pasti luluh lah
2023-01-17
1