"Tanggung bro. Udah nggak tahan, kapan lagi dapet yang masih segelan." jawab Andreas dengan santainya. Antoni hanya menggelengkan kepala. Bos sekaligus sahabatnya itu terlampau gila dan sadis.
"B*j*ngan emang lu.! Terus gimana urusannya.? Lu nggak ada niatan buat tanggung jawab.?" Sebagai orang yang bertanggungjawab atas bawahannya, Antoni mencoba untuk menyelesaikan musibah yang tak diharapkan itu. Dia juga merasa kasihan pada Nisa jika gadis itu tak mendapatkan pertanggungjawaban dari Andreas.
"Gue udah nawarin duit sama dia, tapi nolak. Itu artinya dia ngasih keperawanannya cuma - cuma buat gue,,," Sahut Andreas.
"Anisa bukan cewe yang gila duit bro.! Kalau dia gila duit, mungkin sejak awal dia open BO disini. Cuma dia yang nggak mau open BO. Tapi lu perk*s* gitu aja."
Antoni sedikit kecewa dengan sikap Andreas. Meskipun Nisa pegawai baru di sini, namun Nisa cukup membantu menaikan keuntungan di tempat karaoke ini. Nisa juga terkenal baik, dia dengan mudahnya bisa dekat dengan siapa saja dalam waktu yang singkat. Antoni bahkan sudah menganggap Nisa seperti adiknya sendiri.
"Terus gue harus apa.? Lu mau nyuruh gue buat nikahin dia.? Jangan mimpi. Lu tau sendiri gue masih cinta sama Irene,,,"
"Dikasih perawan malah ngarepin jandaa,,,! Emang dasar nggak waras lu,,," Ujar Antoni kesal.
Antoni bergegas pergi, meninggalkan Andreas yang terdengar terkekeh pelan.
Antoni kembali masuk ke ruang make up. Disana Nisa masih saja menangis.
"Maafin Andreas Nis,, mungkin dia khilaf karna sedang kacau dan mabuk berat,,," Kata Antoni, dia duduk disebelah Nisa.
"Khilaf,,,?!!" Kata Nisa dengan nada tinggi.
"Nggak ada khilaf sampai berulang kali bang.!! Harusnya saat ini laki - laki biadab itu udah meregang nyawa di tangaku.!!" Geram Nisa.
Pengakuan Nisa membuat Antoni syok berat. Dia tidak tau kalau Andreas melakukannya berulang kali. Kini Antoni bungkam, tidak lagi mencoba untuk membela Andreas. Antoni membujuk Nisa untuk pulang.
Antoni mengantar Nisa sampai di depan kontrakannya. Kontrakan yang tidak jauh dari tempat karaoke itu. Hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit jika ditempuh menggunakan kendaraan pribadi.
"Mendingan lu terima aja Nis tawaran dari Andreas. Dia udah mau tanggung jawab, mau ngasih kompensasi atas perbuatannya. Dari pada lu nggak dapetin apapun,,," Nada bicara Antoni terdengar sangat hati - hati. Dia tau jika uang tidak akan berarti apapun untuk Nisa, dibanding dengan harga diri dan kesuciannya yang dia jaga selama ini.
"Kenapa abang bicara kayak gitu.? Sama aja abang anggap Nisa jual diri.! Selama ini abang tau sendiri gimana aku jaga diri,,," Nisa menatap Antoni dengan kekecewaan. Alih - alih mendapat pembelaan dan dukungan untuk melaporkan perbuatan keji Andreas, Antoni justru berusaha untuk membuat masalah ini selesai begitu saja dengan uang.
"Maaf Nis, gue nggak bermaksud kayak gitu. Gue tau lu cewe baik - baik. Tapi lu bisa apa buat ngelawan Andreas.? Lu nggak bakal menang kalau mau penjarain dia. Yang ada lu bakal kena masalah."
Nisa diam, dia tampak memikirkan perkataan Antoni dengan seksama. Melawan Andreas sama saja menghancurkan diri sendiri.
"Sekarang lu pikir baik - baik. Pilih berakhir gitu aja tanpa dapet kompensasi, atau pilih selesai dengan kompensasi. Gue tau semua itu nggak adil buat lu. Tapi seenggaknya lu dapet ganti rugi, dari pada nggak sama sekali."
Antoni masih bersikeras untuk membujuk Nisa agar mau menerima uang dari Andreas. Dia merasa kasihan pada Nisa jika gadis itu tidak mendapatkan pertanggung jawaban apapun dari Andreas.
Nisa semakin bingung setelah mendengarkan saran dari Antoni.
"Ya, nanti Nisa pikir lagi bang. Makasih udah anterin pulang,,," Ucapnya lemas.
"Sama - sama. Besok lu nggak usah berangkat, biar gue yang urus cutinya." Kata Antoni, Nisa mengangguk.
Dia berjalan pelan menuju kamar kontrakannya.
Nisa kembali menangis begitu masuk kedalam kamarnya. Dia bersender pada pintu, duduk dilantai dengan melipat lutut dan memeluknya.
Kejadian yang baru saja terjadi, kembali berputar di ingatannya. Bagaimana kejamnya Andreas merenggut paksa kesuciannya, terus memacu dirinya di atas Nisa yang menangis histeris dan berteriak kesakitan. Tapi tidak ada belas kasihan dari Andreas. Laki - laki itu seakan tuli pada jeritan Nisa. Dia fokus merengkuh kenikmatan sendiri.
"Bagaimana dengan masa depanku,,, siapa yang bisa menerimaku dengan kondisi seperti ini,,," Gumam Nisa dengan isak tangisnya yang tak kunjung berhenti.
Hampir satu jam lamanya Nisa terus menangis dengan bersender pada pintu. Merasa lelah dan mengantuk, Nisa beranjak masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dia menatap jijik pada tubuhnya sendiri, tubuh yang sudah disentuh secara liar oleh Andreas. Tanda kemerahan bahkan membekas di leher dan salah satu bukit kembarnya.
Nisa mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Tidak peduli dengan rasa dingin yang menembus hingga tulangnya. Nisa hanya ingin tubuhnya bersih dari bekas tangan dan bibir Andreas. Hingga tidak memperdulikan kesehatannya yang harus mandi pukul 2 malam.
Nisa menjerit kesakitan begitu buang air kecil, air matanya kembali tumpah. Daerah intinya terasa sakit dan perih. Gadis cantik itu sampai harus menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang menjalar keseluruh tubuh.
"Kamu biadab Andreas,,,!!" Teriaknya.
Nisa terlihat menyimpan dendam pada sosok laki - laki berwajah tampan itu.
Ya, wanita mana yang tidak menaruh dendam dengan laki - laki yang sudah memperk*s*nya.
Nisa bahkan sempat punya niatan untuk melenyapkan Andreas.
**
"Nis,,,!! Nisa,,,!! Kamu nggak papa kan.?!!" Teriak mella sembari menggedor pintu kontrakan Nisa. Mella merasa curiga karna Nisa tak kunjung keluar dari kamarnya. Biasanya Nisa akan bangun pagi, mengajak Mella untuk membeli sarapan. Tapi sudah pukul 11 siang, Nisa belum juga keluar.
Mella semakin panik, dia takut terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.
"Nis,,!! Jangan bercanda kamu,, nggak lucu tau,,!!" Teriaknya lagi. Namun nihil, tidak ada sahutan dari Nisa.
Mella segera berlari menuju rumah pemilik kontrakan, dia berniat untuk meminta pertolongan dan meminta kunci cadangan.
Mella kembali bersama pemilik kontrakan. Suami istri yang sudah berumur paruh baya.
"Cepetan pak, bu,,,," Ujarnya panik, menyuruh mereka untuk membuka pintu dengan kunci cadangan.
"Iya Mel sabar,,, jangan bikin tambah panik dong,," Kata ibu pemilik kontrakan. Dia menyuruh suaminya yang membukakan pintu.
"Kalian aja yang masuk duluan,,," Ujar si bapak, dia khawatir terjadi sesuatu pada Nisa, namun takut Nisa sedang tidak mengenakan pakaian.
Mella dan ibu kontrakan menurut, keduanya langsung membuka pintu dan masuk kedalam.
Mella menghampiri Nisa yang berada ditempat tidurnya dengan keadaan memejamkan mata.
"Nis,, bangun Nis,,," Mella menggoyang - goyang lengan Nisa.
"Ya ampun,, badannya panas banget Mel. Ini sih pingsan kayaknya." Katanya setelah menyentuh wajah Nisa.
"Pak buruan kesini, tolongin nih si Nisa pingsan,,,!!" Teriaknya.
Mereka membawa Nisa ke rumah sakit, menggunakan mobil pribadi milik ibu kontrakan. Mella tidak berhenti menangis, dia masih berusaha untuk menyadarkan Nisa.
Tubuh Nisa sangat lemas, dengan demam tinggi dan wajah yang pucat.
"Bangun Nis,,, kenapa kamu nggak pernah bilang kalau lagi sakit,," Racaunya dengan wajah yang panik. Mella beranggapan jika pingsannya Nisa disebabkan oleh sakit yang disembunyikan Nisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
nobita
tuh kan Nisa.. kamu punya sahabat baik yg begitu peduli sama kamu
2025-01-24
0
Yusria Mumba
pergi yng jauh nisa daripada sakit hati,
2024-11-14
0
Helen Nirawan
gw kebiri jg lu ,gw sumpah in lu imootent seumur hidup ,and lu jd gembel lbh miskin dr gembel ,kampret/Cleaver//Cleaver//Cleaver//Cleaver//Cleaver//Cleaver//Cleaver//Cleaver//Bomb/
2024-03-06
2