Andreas minggir.! Atau aku akan teriak,," Nisa berusaha mengancam Andreas, namun yang mendapat ancaman justru terkekeh. sedikitpun tidak takut dengan ancaman yang diberikan oleh Nisa. Dia mengurung anisa dengan kedua tangannya di tempelkan pada pintu. Membuat Anisa semakin memberingsut ketakutan. Dahinya pun mulai dipenuhi titik - titik keringat.
"Aku hanya ingin mengerjaimu,," Bisik Andreas di telinga Nisa. Hembusan nafas Andreas terasa begitu hangat, menghantarkan gejolak hingga membuat bulu kuduknya meremang.
"Sampai jumpa besok,,," Bisikan terakhir di telinganya, membuat anisa mengerjapkan mata berkali - kali. Mencoba untuk mengembalikan kesadarannya yang mulai kabur akibat ulah Andreas.
Nisa hanya diam mematung melihat Andreas yang berlalu dari hadapannya. Dengan tangan yang gemetar, Nisa merogoh kunci dalam tasnya. Dia segera membuka pintu kontrakannya dan masuk kedalam.
Nafas Nisa terlihat tidak beraturan, dia bersender pada pintu sambil mengatur nafasnya agar kembali normal. Nyatanya dia masih saja merasa takut pada Andreas. Nisa jadi ragu, takut balas dendamnya tidak bisa terlaksana karna dia tidak bisa mengontrol rasa takutnya terhadap Andreas.
Nisa mengintip si balik tirai jendela. Memastikan kalau Andreas sudah pergi setelah tadi membuatnya takut setengah mati. Pria yang sudah merusak hidupnya itu sudah tidak terlihat lagi disana.
Ternyata Andreas tidak seburuk yang dia pikirkan. Julukan pria biadab yang pernah dia sematkan pada Andreas, kini di patahkan dengan sikap baik Andreas padanya. Nisa merasa pria tampan itu terlihat tulus meminta maaf pada dirinya, begitu juga dengan cara Andreas yang berusaha mendekatinya.
Tapi seperti apapun sifat Andreas yang dia tahu sekarang, Nisa tidak akan pernah mengurungkan niatnya untuk balas dendam. Dia masih sangat terluka dengan perbuatan Andreas malam itu, yang bahkan tidak memperdulikan dirinya yang berteriak kesakitan. Terus memohon agar Andreas menghentikan perbuatannya, tapi yang ada Andreas semakin mempercepat gerakannya.
Itu yang membuat Bisa begitu hancur, hingga tekatnya begitu kuat untuk melihat Andreas terpuruk .
***
"Buruan Nis, lama banget sih,," Mella sudah tidak sabaran untuk pergi ke pusat perbelanjaan.
Hari ini waktunya mereka belanja kebutuhan bulanan setelah menerima gaji.
Meskipun hanya belanja bulanan, namun keduanya selalu antusias. Mereka menjadikan kegiatan itu sebagai salah satu bentuk refreshing. Karna pada dasarnya, belanja itu sangat menyenangkan.
Nsa mendengus kesal sambil mengoleskan lipstick merah mudah di bibirnya. Dia kesal karna sejak tadi Mella terus bersuara hingga membuatnya terburu - buru dan tidak konsentrasi.
"Iya ini udah kelar,,!" Seru Nisa. Dia meletakan kembali lipstiknya di atas meja rias, lalu menyambar tas yang sudah dia siapkan dan bergegas keluar.
"Loh kok malah gue yang ditinggalin,,,!" Gerutu Mella sembari mengejar langkah Nisa yang sangat cepat. Nisa terkekeh, dia memang sengaja mengerjai Mella.
Tanggal muda suasana di supermarket memang selalu ramai. Terlebih di pusat perbelanjaan sebesar ini. Bukan hanya orang biasa saja yang berbelanja disini, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang - orang kaya yang tinggal di perumahan ataupun apartemen elite.
Keduanya tampak sibuk memilih keperluan bulanan. Melewati lorong demi lorong agar tidak ada yang terlewat. Dengan menggunakan satu troli belanjaan, mereka bergantian untuk mendorongnya. Kini giliran Mella yang mendorong troli itu. Nisa terlihat berjalan bebas sembari mencari yang dia butuhkan.
"Awas Nis,,!" Teriak Mella. Namun karna jarak yang sudah dekat dan mata Nisa yang tidak fokus pada jalan, akhirnya dia menabrak troli milik orang lain.
"Awww,,," Nisa jatuh dengan posisi duduk, namun dia segera kembali berdiri.
"Sorry,,sorry. Kamu nggak papa.?" Seorang wanita cantik berkulit putih susu dengan rambut panjang yang tergerai, menghampiri Nisa dengan raut wajah yang panik. Nisa sempat bengong melihat wanita cantik yang berdiri di depannya.
"Ahh,,nggak papa kok. Lagipula aku yang salah karna nggak liatin jalan. Maaf,,," Nisa mengulas senyum sembari membungkukan badannya.
"Tapi kamu jatuh loh, beneran nggak papa.?" Wanita cantik itu masih saja mengkhawatirkan kondisi Nisa. Nisa sampai canggung dibuatnya.
"Beneran mba, aku nggak papa." Jawab Nisa yakin.
"Nona,, saya cari anda kemana - mana. Rupanya disini,,," Seorang kaki - laki paruh baya berseragam serba hitam, datang dengan nafas yang terengah - engah. Berbicara pada wanita yang berdiri di depan Nisa.
"Maaf nggak bilang dulu. Habisnya kelamaan kalau nungguin pak Dio,," Sahutnya lembut.
Laki - laki paruh baya itu tersenyum kikuk
"Hehe maaf non, habisnya mules banget,,"
Ketiga wanita yang ada disana, terlihat mengulum senyum saat mendengar jawaban polos darinya.
"Sini biar saya yang bawa lagi non,," Dia mengambil alih troli milih majikannya.
"Jangan terlalu cape non, inget non lagi hamil muda. Kalau ada apa - apa, nanti saya yang kena marah tuan." Wanita itu hanya mengulas senyum tipis, terlihat menyimpan kesedihan dari sorot matanya.
Nisa dan Mella yang hanya diam menyimak obrolan mereka. Keduanya sempat menatap perut wanita itu yang belum menonjol. Mungkin karna dia mengenakan dress yang longgar di bagian perut, membuat perut buncitnya tidak terlihat.
Keduanya akhirnya memutuskan untuk pergi.
"Permisi mba. Sekali lagi aku minta maaf,,," Ucap Nisa tulus.
"nggak papa, santai saja,," Sahutnya ramah.
Nisa dan Mella pindah ke lorong sebelah, sambil sesekali celingukan melihat sosok wanita cantik yang ramah dan baik itu.
"Udah cantik, ramah, baik lagi,,," Gumam Nisa. Dia merasa kagum pada sosok wanita itu. Karna jarang sekali Nisa bertemu dengan wanita yang terlihat dari kalangan orang berada namun bisa bersikap ramah seperti itu. Bahkan dia terlihat sangat akrab dengan pekerjanya.
"Sem.pur.naaa,,,!" Sahut Mella dengan suara datar. Mengikuti ucapan sang ilusionis yang cukup terkenal.
"Udah kaya pesulap aja kamu Mel.!" Seloroh Nisa.
Mella hanya tertawa geli.
Keduanya sudah selesai memilih belanjaan, saat ini sedang mengantri di kasir.
"Langsung makan aja ya Nis, udah laper banget nih gue,,"
Nisa melirik jam tangannya.
"Baru juga jam sebelas Mel, udah kelaperan aja,,"
"Keliling sambil dorong troli tuh butuh tenaga Nis. Tadi pagi juga kita cuma sarapan bubur ayam. Pas baru makan aja kerasa kenyang banget, lewat sejam udah laper lagi." Sahutnya panjang lebar.
"Kamu aja yang perutnya kayak karet. Di isi bubur ayam dua mangkok masih kurang juga,," Gerutu Nisa. Walaupun memiliki badan yang langsing, Mella termasuk rakus dalam soal makan memakan.
"Hehe, urusan perut emang nggak bisa di ajak kompromi Nis,," Sahutnya.
Mereka masuk kedalam restoran lokal. Ternyata restoran lokal di mall sebesar ini banyak juga peminatnya. Hampir semua meja terisi penuh oleh pengunjung yang berjubel. Sambil menenteng belanjaan, keduanya mencari tempat duduk yang masih sepi.
"Tinggal itu doang meja yang sepi Nis,," Mella menunjuk meja yang hanya di isi oleh dua orang.
"Eh,, itu kan cewe yang tadi Nis. Ketemu lagi disini, jangan - jangan ada kaitannya sama kita,,"
"Apaan sih Mel, karangan dari mana itu. Cuma kebetulan aja." Sanggah Nisa. Dia memang tidak percaya dengan takdir pertemuan yang banyak orang bilang ada kaitannya atau mungkin berjodoh. Nyatanya Nisa bertemu dengan Devan dan pada akhirnya berpisah. Menghilang tanpa kabar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
meE😊😊
psti itu irene... trus ad kaitan y jg ma devan ntah istri y devan nth sodara y
2022-11-10
2
mamah lia nia
wah pasti ini si Irene istrinya si Devan Kaka atau gak adiknya Andreas...😔😔😔
2022-10-12
0
mamah lia nia
fix si Irene ini...😁😁😁
2022-10-12
0