"Terus aku harus gimana Mel.?" Nisa meminta pendapat pada Mella setelah menceritakan ajakan Andreas tadi malam.
Sementara itu, Mella masih melongo. Menahan dagunya dengan satu tangan.
"Mel.!" Nisa menepuk pundak sahabatnya. Yang membuat Mella tersentak kaget.
"Kamu itu lagi mikir atau ngelamun.?" Tanya Nisa heran. Pasalnya Mella hanya diam saja, tak kunjung memberikan pendapatnya.
"Nggak dua - duanya Nis. Aku tuh masih ngantuk." Jawaban Mella membuat Nisa membulatkan matanya. Dia sudah bicara panjang lebar untuk meminta pendapat, tapi Mella masih di alam bawah sadar karna memang wanita itu baru saya bangun tidur.
"Lagian baru jam 6 pagi udah curhat. Nyawa gue aja belum kumpul Nis." Protes Mella.
"Ehh tapi tadi kamu bilang Andreas ngajak kamu nikah.?" Tanyanya serius. Kini kedua mata Mella tampak terbuka lebar. Menandakan nyawanya sudah terkumpul sepenuhnya.
Nisa mengangguk cepat untuk menjawab pertanyaan Mella.
"Bagus dong, bukannya itu yang kamu mau.?"
"Kamu bisa balas dendam tanpa harus susah payah cari cara buat deketin Andreas. Malah dia sendiri yang deketin kamu dan ngajak nikah."
"Tapi aku peringatin sama kamu ya Nis, jangan sampai kamu itu terjebak sama permainan kamu sendiri."
"Aku dukung kamu balas dendam kalau memang itu bikin kamu tenang, tapi aku nggak mau kalau nanti kamu kecewa, apalagi terluka."
Mella bicara panjang lebar, dia tentu saja tidak mau Nisa mengapa hal buruk disaat ingin balas dendam pada laki - laki yang telah merenggut paksa kesuciannya.
"Aku tau Mel,"
"Aku akan fokus sama tujuan, nggak akan pake hati biar nggak kecewa."
"Jadi aku harus terima Andreas sekarang.?" Tanya Nisa lagi.
Dia masih bingung mencari waktu yang tepat untuk memberikan jawaban pada Andreas.
"Itu sih terserah kamu Nis, tapi lebih cepat lebih baik kan.?"
"Biar nggak berlarut - larut dan cepat dapetin apa yang kamu inginkan." Tutur Mella.
Nisa mengangguk paham. Sekarang dia sudah punya jawaban atas ajakan menikah dari Andreas.
...****...
"Ya ampun.!" Pekik Nisa kaget, melihat Andreas yang tengah berdiri santai di samping pintu kontrakannya sambil bersandar di dinding.
Andreas benar - benar seperti jelangkung, datang tak di undang tapi pulang harus di usir.
Belakangan ini, laki - laki berparas tampan itu selalu muncul di hadapan Nisa tanpa mengabari lebih dulu.
"A,,aada apa.?" Nisa terlihat gugup. Rasa takutnya pada Andreas sering kali datang dalam situasi seperti ini.
Andreas berdiri tegap. Mengubah posisi tepat di berhadapan dengan Nisa. Dia tersenyum manis pada wanita cantik di hadapannya.
Senyum yang mampu membuat para wanita di luar sana meleleh karna terlalu manis dan mempesona.
Tapi entah seperti apa perasaan Nisa melihat senyum itu.
Raut wajah Nisa tampak biasa saja.
"Sudah 3 hari, kenapa belum kasih jawaban.?" Suara Andreas begitu lembut, bahkan lembutnya kain sutra pun kalah dengan suaranya.
Seorang Andreas yang begitu di takuti oleh banyak pengusaha, seorang laki-laki yang dulu suka bermain wanita, kini mengeluarkan suara sangat lembut hanya di depan Nisa.
Bagaimana bisa.?
Nisa sampai bertanya - tanya dalam hati. Benarkah Andreas sudah berubah.? Atau memang seperti itu sifat aslinya.
"Anisa,,?" Andreas menggerakkan tangannya tepat di wajah Nisa.
"Di jawab, bukannya ngelamun." Katanya sambil menahan tawa.
Nisa tersenyum kikuk.
"Aku heran saja, ternyata kamu serius.?"
Lagi - lagi Nisa mengungkapkan keraguannya pada ajakan Andreas.
"Aku harus bagaimana biar kamu percaya.?" Tanya Andreas dengan wajah serius.
"Begini saja, sekarang juga ikut aku ke rumah."
"Aku kenalin kamu ke orang tuaku." Katanya sambil menggandeng tangan Nisa begitu saja.
Nisa sempat mengikuti langkah Andreas, tapi kemudian berhenti.
"Yang benar saja, aku harus berangkat kerja." Tolak Nisa sambil menarik tangannya dari genggam Andreas.
"Kamu lupa tempat kerja kamu punyaku.?" Ujar Andreas santai.
"Malam ini tidak usah berangkat, ikut aku saja ke rumah."
"Kamu mau bukti aku serius atau nggak kan.?"
"Aku bakal kenalin kamu sama mereka, kita bisa menikah secepatnya kalau kamu mau."
Nisa hanya bisa melongo mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Andreas.
Semudah itu Andreas mengajaknya menikah, lalu menentukan pernikahan secepat mungkin.
Entah apa yang ada di pikiran Andreas saat ini, Nisa sama sekali tidak bisa menjangkaunya.
"Tunggu apa lagi.?" Tanya Dion.
"Sebentar, aku harus bilang dulu sama Mella."
"Tunggu disini." Nisa berlari ke kamar Mella, mengetuk pintu dan langsung membukanya karna tidak di kunci.
"Mell,,!" Seruan Nisa membuat Mella tersentak kaget.
"Ya ampun Nisa.! Bener - bener ya, bikin orang jantungan tau nggak." Protesnya sembari memegangi dada.
"Sorry Mel, urgent.!" Ucap Nisa panik. Dia menghampiri Mella yang sedang duduk didepan meja rias.
"Urgent apaan.?" Dahi Mella sampai berkerut saking penasarannya.
"Aku nggak ngerti deh sama pikiran dia."
"Dia datang lagi dan malah ngajak aku ke rumahnya karna mau dikenalin sama orang tuanya."
Nisa bercerita hampir tanpa jeda.
"Lu ngomongin siapa sih.?" Mella dibuat bingung karna tidak tau siapa yang sedang dibicarakan oleh Nisa.
"Siapa lagi kalau bukan Andreas.!" Sahut Nisa cepat.
"Wah, selangkah lebih cepat.!" Seru Mella.
"Kayaknya emang lu itu di takdirkan buat cepet - cepet balas dendam Nis,,"
"Terus kenapa lu nggak pergi.?"
Mella tentu saja mendukung keputusan Nisa asal sahabatnya itu bisa bahagia dan bisa hidup tenang setelah membalas perbuatan buruk Andreas.
Mella tidak akan menghalang - halangi rencana yang sudah di susun oleh Nisa.
"Ini juga mau pergi, tapi mau bilang dulu sama kamu biar ntar nggak nyariin aku."
"Tolong bilangin juga sama bang Antoni, aku pergi sama Andreas."
"Kamu jangan matiin hp ya, kalau nanti Andreas macem - macem, aku bakal telfon kamu."
"Aku duluan,,," Nisa melenggang pergi begitu saja.
Keluar dengan buru - buru karna takut Andreas menghampirinya ke kamar Mella dan mendengar percakapannya.
"Maaf lama,," Ucap Nisa. Dia masuk ke dalam mobil Andreas karna laki - laki itu menunggunya di dalam mobil.
Andreas hanya mengulum senyum, kemudian melajukan mobilnya.
Nisa langsung menyetujui ajakan Andreas karna ingin segera membuat Andreas merasakan sakit dan kehancuran yang pernah di rasakan akibat ulah Andreas.
Setelah berhasil membalaskan dendamnya, Nisa berniat pergi sejauh mungkin dari kehidupan Andreas hingga laki - laki itu tidak bisa menemukannya.
Andreas membelokkan mobilnya ke kawasan perumahan elit.
Nisa sudah bisa membayangkan sebesar dan semewah apa istana keluarga Andreas.
Seorang pengusaha sukses dan terkenal, sudah pasti memiliki hunian bak istana.
Hal itu membuat nyali Nisa menciut. Dia takut kedua orang tua Andreas tidak bisa menerimanya yang hanya sebatang kara dan berstatus pekerja di club milik Andreas.
Jantung Nisa semakin berdebar saat Andreas masuk ke sebuah rumah dengan pagar yang menjulang tinggi.
"Kenapa.? Kamu gugup.?"
Tanya Andreas. Dia sudah membukakan pintu mobil untuk Nisa.
Nisa menganggukkan kepala, lalu keluar dari mobil.
"Aku bukan siapa-siapa dan cuma karyawan mu."
"Mana mungkin mereka mau menerima ku jadi menantu."
Nisa memasang wajah sedih. Bisa dibilang akting dan bisa juga di bilang serius.
Dia ingin menarik perhatian Andreas, dan memang sebenarnya Nisa merasa tidak yakin kalau dia akan diterima oleh keluarga Andreas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Yusria Mumba
semangat nisa
2024-11-14
0
Diana diana
emank kalo dasarnya orang baik , susah d ajak jd jahat ya Nis . .
2023-03-20
0
Lilisdayanti
atau jangan2 andre sengaja karna irene datang 🤔
2022-11-13
2