"Kenapa bengong.?" Andreas menjentikkan jarinya didepan wajah Nisa.
Sejak keluar dari rumah tuan Candra, Nisa terus melamun sepanjang jalan sampai tidak sadar kalau saat ini mobil Andreas sudah terparkir di depan kontrakannya.
"Hah.? Kamu bicara apa.?" Nisa menatap bingung.
"Kenapa berhenti.?" Tanyanya setelah menyadari mobil yang ia tumpangi tak bergerak lagi.
Andreas terkekeh geli, tangannya reflek mengacak gemas pucuk kepala Nisa.
"Jangan terlalu menggemaskan, nanti aku makin cinta." Goda Andreas.
Nisa hanya mencebikan bibirnya.
"Udah sampai, tapi kayaknya kamu masih betah berduaan sama pria tampan." Ujarnya memuji diri sendiri.
"Mau ke apartemen ku.?" Ajak Andreas dengan mengedipkan sebelah matanya.
Nisa langsung panik, wajahnya pucat seketika. Dia tau kalau Andreas hanya bercanda, karna raut wajahnya terlihat tidak serius saat menawarkan pergi ke apartemen.
Tapi tetap saja mampu membuat Nisa merasa takut. Pikirannya selalu buruk jika harus berduaan dengan Andreas di tempat tertutup.
"1 minggu lagi, kamu yakin mau nikahin aku.?" Nisa menatap Andreas penuh keraguan.
Meski dia melihat sendiri bagaimana Andreas berusaha keras memperjuangkannya di depan tuan Candra, bahkan memilih untuk menentang tuan Candra demi menikahinya. Ada sedikit keraguan di hati Nisa tentang keseriusan Andreas menjalani bahtera rumah tangga bersamanya.
Nisa sempat kaget saat Andreas mengutarakan keinginannya di depan tuan Candra dan Nyonya Zoya.
Setelah kedua orang tua Andreas merestui hubungan mereka ke jenjang pernikahan, Andreas langsung meminta pada mereka untuk menggelar pernikahan 1 minggu lagi.
"Jangan tanya aku, tapi tanya diri kamu sendiri karna kamu yang kelihatan tidak yakin."
Bukannya menjawab, Andreas justru memberikan ucapan yang menohok pada Nisa. Balik mempertanyakan soal keyakinan Nisa untuk menikah dengannya.
Kalau saja Nisa bisa menjawab, tentu saja dia kan mengatakan 'Ya, aku tidak yakin'.
Bagaimana mungkin Nisa bisa yakin pada laki - laki yang telah merenggut paksa kesuciannya.
"Aku yakin kalau kamu juga yakin."
"Yakin dalam artian siap untuk mencintai ku, siap membimbingku, dan melindungi ku." Tutur Nisa tenang.
"Kalau kamu siap dan bisa melakukan 3 hal itu, sudah pasti aku akan yakin nikah sama kamu."
"Siapa yang nggak mau nikah sama laki - laki tampan kayak kamu," Puji Nisa. Seulas senyum manis dia berikan pada laki-laki itu untuk menutupi kebohongan atas pujiannya.
Andreas tersenyum tipis, merasa semakin tinggi setelah dipuji oleh Nisa.
"Aku sudah siap menikahi kamu, itu artinya aku siap memenuhi 3 poin itu." Sahut Andreas.
"Lagipula, aku bisa hidup tenang kalau sudah mempertanggung jawabkan perbuatan ku."
"Aku yang pertama buat kamu, mana mungkin aku membiarkan kamu hancur akibat kesalahanku."
Terangnya dengan tatapan iba dan raut wajah penuh sesal.
Nisa tersenyum kecut dalam hati. Muak mendengar pengakuan Andreas yang katanya tidak mau melihatnya hancur, sedangkan hidupnya sudah hancur sejak malam itu.
Andreas meraih tangan Nisa dan menggenggamnya.
"Mulai hari ini, mari belajar untuk saling mencintai."
Pinta Andreas. Sorot matanya begitu dalam menatap manik mata Nisa. Tak ada keraguan, apa yang dia ucapkan terlihat tulus dari hati.
Nisa mengangguk pelan. Pura-pura menyetujui permintaan Andreas.
"Kamu mengajak orang yang salah untuk belajar saling mencintai."
"Mencintaimu adalah hal yang tak akan pernah aku lakukan.!"
Batin Nisa penuh amarah dan sakit hati.
...****...
"What.??!!" Seru Mella kaget. Dia tidak menyangka jalan Nisa untuk membalaskan dendam begitu mudah.
Nisa tidak perlu susah payah untuk mendekati Andreas karna laki-laki itu justru lebih dulu mendekati Nisa.
Kini Nisa juga dengan mudahnya mendapatkan restu dari kedua orang tua Andreas.
Nisa langsung bergeser menjauh sembari menutup kedua telinganya.
Suara Mella terdengar melengking di telinganya.
"Semudah itu kamu bakal nikah sama Andreas.?" Tanyanya.
"Apa kamu nggak kepikiran kalau semua ini takdir.? Mungkin aja Andreas memang jodoh kamu Nis,"
Ujar Mella.
Setelah mendengarkan cerita Nisa yang serba kebetulan dan mudah mendapatkan restu, Mella jadi berfikir kalau sebenarnya Nisa dan Andreas memang ditakdirkan berjodoh. Itu sebabnya jalan mereka berdua untuk menikah begitu mudah dan seperti tanpa hambatan meski di awali dengan kejadian buruk.
"Jodoh.?" Nisa mengulangi ucapan Mella sambil tertawa kecut.
"Aku akan pastikan kalau Andreas bukan jodohku Mel.! Begitu waktunya tiba, aku akan meninggalkannya." Ucap Nisa penuh dendam dan kebencian.
"Kalaupun aku dan Andreas berjodoh karna kita akan menikah, itu hanya akan bertahan beberapa bulan saja." Tuturnya lagi. Amarah masih terlihat jelas dari sorot matanya.
Tidak ada yang bisa menghapus kebencian di hati kita selain diri kita sendiri dan rasa ikhlas.
Nisa belum bisa ikhlas, dia juga tidak berniat menghapus kebenciannya pada Andreas begitu saja sebelum membuat Andreas menderita.
"Tapi aku khawatir rasa benci yang berlebihan akan membuat kamu jadi cinta sama dia, Nis."
"Seandainya memang Andreas benar-benar serius, bukannya lebih baik kamu lupakan balas dendam itu.?"
"Siapa tau,,,
Ucapan Mella langsung di potong oleh Nisa.
"Aku nggak peduli dia serius atau nggak. Aku akan tetap pada rencana awal."
"Kalaupun memang dia serius, paling nggak dia harus merasakan dulu arti kehilangan."
Bukan tanpa alasan Nisa memiliki tekad yang kuat untuk membuat Andreas merasakan bagaimana sakitnya kehilangan sesuatu yang berharga.
“Ya sudah terserah kamu aja Nis. Yang penting jangan sampai kamu sendiri yang nantinya merasa kehilangan."
...*****...
Siang itu Nisa mengajak Mella untuk mencari ruko. Ruko yang nantinya akan mereka gunakan sebagai tempat usaha.
Uang kompensasi dari Andreas harus segera ia manfaatkan agar semakin bertambah dan bisa dijadikan bekal untuk hidupnya setelah pergi dari Andreas.
"Kamu serius mau sewa ruko 2 lantai ini.? Pasti harga sewanya mahal Nis,," Sambil mengamati kondisi ruko, Mella memikirkan harga sewa ruko yang sudah pasti mahal mengingat berada di pusat kota dengan letak yang strategis dan bangunan yang cukup bagus.
"Yakin Mel,, kamu nggak usah khawatir. Kalaupun di tengah jalan kita kehabisan modal, aku akan cari cara buat mengeruk sedikit demi sedikit harta Andreas." Ucap Nisa.
Balas dendam saja tidak akan cukup untuknya. Dia tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk ikut menikmati kekayaaan Andreas yang nantinya akan menjadi suaminya.
"Ya ampun Nisa,, sejak kapan kamu jadi meterialistis begini.?" Sindir Mella dengan candaan.
"Aku akan dukung kamu mengeruk harta Andreas." Serunya dan kini tertawa lebar.
"Ish.! Berisik kamu Mel.!"
"Ayo lihat lantai atas,," Nisa berjalan lebih dulu ke lantai atas. Mella mengikutinya di belakang.
Setelah cukup lama melihat kondisi dan keadaan ruko, keduanya pergi ke salah satu restoran terdekat untuk makan siang.
"Nis,, jangan ngelamun,," Mella menggoyang lengan Nisa.
Lagi-lagi dia memergoki Nisa melamun. Sejak kejadian itu, Nisa lebih banyak melamun. Mella bisa merasakan jika kejadian yang telah merenggut kesucian Nisa sangat menggangu psikologisnya. Namun Nisa seperti terlihat berusaha untuk menutupi semua itu.
"Tadi malam aku mimpi bertemu Mas Devan,," Ungkap Nisa dengan pandangan mata yang menerawang jauh.
"Bagaimana kalau suatu saat dia kembali dan aku sudah hancur karna laki-laki lain." Nisa menunduk sendu. Sesak di dadanya terasa semakin menghimpit.
Devan mendatanginya dalam mimpi, memeluknya erat dan mengatakan akan segera kembali,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Yusria Mumba
kalau memang berjodoh, biar pun sdh hancur pasti benerima apa adanya,
2024-11-14
0
Diana diana
aku masih yakin klo Andreas memiliki niat terselubung . .
2023-03-20
0
Siti Rohaemy
seperti nya ini yg bakal Nisa alamin 😢
2022-11-20
0