Nisa sudah bersiap untuk berangkat kerja. Dress tanpa lengan dengan panjang selutut melekat sempurna di tubuh ideal Njsa. Rambut panjangnya ia biarkan terurai rapi. Anisa memoles bibirnya dengan lipstick merah muda yang terang. Blush on merah muda juga disapukan pada pipinya. Anisa hanya bisa menatap nanar wajah cantiknya dalam pantulan cermin. Kehilangan kesuciannya membuat Nisa tidak semangat lagi menjalani hidup. Satu - satunya alasan yang membuat dia mampu bertahan adalah karna akan membalas dendamnya terhadap Andreas.
Nisa beranjak dari duduknya, dia mengambil tas kecil di atas tempat tidur, kemudian bergegas keluar setelah memastikan tidak ada yang tertinggal.
Kehadiran sosok laki - laki yang baru saja dia pikirkan tadi, membuat wanita itu terkejut.
Anisa sedikit ketakutan melihat Andreas yang berdiri santai di depan kontrakannya dengan menyilangkan kedua tangan di atas dada.
Laki - laki tampan itu terlihat memperhatikan penampilan Anisa dari atas sampai bawah, hal itu membuat Anisa semakin merasa takut.
"Ka,,kamu ngapain disini.?" Anisa tidak bisa menyembunyikan kegugupannya karna takut.
Andreas seakan paham akan hal itu, dia tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan Nisa.
"Tenang, aku nggak akan macem - macem." Katanya.
"Cuma mau nganterin kamu kerja. Udah siap.?
Nisa menatap bingung pada Andreas. Dia merasa semakin curiga pada laki - laki yang sudah berbuat keji padanya. Entah apa yang di rencanakan Andreas padanya. Sikap Andreas yang berubah begitu cepat, bersikap sangat baik padanya sampai malam ini bahkan akan mengantarnya berangkat bekerja. Wajar saja kalau Nisa mencurigainya.
Apa mungkin Andreas melakukan semua ini karna merasa bersalah pada wanita malang itu.? Atau ada maksud tersendiri di balik sikap lembutnya pada Nisa.
Nisa pun tidak bisa menebaknya. Namun hal itu membuat Nisa semakin lebih waspada pada Andreas. Dia sudah menguatkan pertahanan dirinya agar tidak jatuh hati nantinya. Nisa enggan membuat dirinya terjebak dalam permainannya sendiri.
"Kenapa bengong.?" Suara Andreas membuyarkan lamunannya. Dia segera menatap Andreas kembali dengan mencoba untuk bersikap lebih tenang.
"Kaget aja,,"
"Kaget kenapa.?"
"Kamu nggak salah mau nganterin karyawan sendiri.?"
"Emang ada yang salah.?" Kata Andreas dengan seulas senyum. Nisa tampak muak melihat Andreas yang selalu tersenyum padanya.
Tidak mau lama berdebat dengan sosok yang terlihat sangar itu, Nisa lebih memilih acuh dengan mengangkat kedua bahunya.
Kehadiran Mella membuat keduanya serempak menoleh padanya. Mella yang merasa canggung di tatap oleh keduanya, terlihat mengerutkan keningnya. Dia menatap Anisa untuk meminta penjelasan. Wanita itu juga tak kalah kagetnya melihat Andreas ada disana.
"Nggak usah anterin, aku berangkat sama Mella aja," Meski ini kesempatan baik bagi Nisa untuk semakin dekat dengan Andreas, namun Anisa sedikit jual mahal agar tidak terkesan sengaja mendekati Andreas.
"Temen kamu bisa ikut juga. Ayo buruan, nggak ada kesempatan kedua,," Andreas terlihat santai berlalu dari sana. Dia langsung berjalan mendekati mobilnya yang terparkir di depan kontrakan mereka.
Anisa dan Mella terlihat saling pandang. Dari tatapan mata keduanya, seolah sedang mendiskusikan tawaran Andreas. Mella langsung mendekat, lalu membisikan sesuatu pada Anisa.
"Udah buruan Nis, ngikut aja apa kata dia,," Katanya.
Anisa langsung mengangguk. Sepertinya jika dia menolak, Andreas tidak akan membujuknya untuk kedua kali. Lebih baik ikut saja, dari pada kehilangan kesempatan. Pikirnya.
Melihat kedua wanita itu berjalan ke arahnya, Andreas mengulum senyum dengan tatapan tajam. Dia segera masuk kedalam mobil saat keduanya semakin dekat.
Jika saja Anisa melihat tatapan mengerikan itu, bisa pastikan Anisa akan mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam mobil Andreas.
"Kamu duduk di depan. Aku bukan supir taksi,," Andreas menatap Anisa dari kaca spion, dia menegurnya dengan suara datar.
Mella langsung mendorong pelan pundak Anisa agar dia segera pindah ke depan. Lagi - lagi Anisa hanya bisa menurut. Padahal dalam hatinya, wanita itu sangat muak karna terus mendengar suara menyeramkan itu.
Suara yang beberapa minggu lalu menjadi suara yang paling menakutkan dalam hidupnya.
"Malem ini kamu temenin aku. Langsung ke VIP aja,, " Anisa langsung menatap Andreas dengan mata yang hampir keluar dari tempatnya. Jantungnya pun berdetak kencang. Rasa takut itu kembali muncul.
Apa Andreas akan melakukan hal itu lagi padanya.?
Keringat dingin mulai membasahi kening Anisa. Pendingin udara di mobil Andreas seakan tidak memberikan efek apapun pada tubuhnya.
Mella yang ada di belakang pun nampak gelisah. Dia juga memikirkan hal yang sama seperti yang di pikirkan oleh Anisa. Mella khawatir Andreas akan kembali memaksa Nisa untuk memuaskan nafsunya.
"Cuma nemenin ngobrol dan minum,," Ucapan Andreas sedikit mengurangi rasa takut yang Anisa rasakan.
Rupanya Andreas bisa menebak apa yang di khawatirkan oleh wanita cantik yang duduk anggun di sampingnya.
Nisa dan Mella berjalan kikuk di belakang tubuh tegap nan tinggi milik Andreas. Para karyawan nampak menatap bingung ke arah mereka. Melihat Nisa dan Mella yang datang bersama dengan Andreas. Pemilik karaoke terbesar di kota ini. Tak hanya sebagai pemilik tempat hiburan malam, Andreas juga menjabat sebagai CEO di salah satu perusahaan milik orang tuanya.
Kekayaan orang tuanya mungkin tidak ternilai. Dia memiliki beberapa perusahaan, namun hanya memiliki dua orang anak saja. Yang pasti Andreas akan jadi salah satu ahli waris dan menjadi pemilik dari perusaan yang saat ini sedang dia pimpin.
"Anisa,," Suara serak dan tegas itu membuat Nisa tidak jadi masuk ke ruang make up.
"Mau kemana.? Malem ini kamu langsung temenin aku,," Tanpa mendengar jawaban dari Nisa, Andreas menggandeng tangannya begitu saja. Membawa Nisa ke ruang VIP.
Mella yang melihat hal itu hanya bisa menghela nafas berat. Dalam hati berdo'a agar sahabatnya itu baik - baik saja.
"A,,aku harus simpan tas dulu di ruang make up,,"
Nisa terlihat sekali sangat gugup. Dia bahkan tidak berani menatap mata tajam milik Andreas.
"Nggak perlu, udah bawa masuk aja." Andreas menarik Nisa untuk masuk. Wanita itu hanya bisa menelan kasar ludahnya. Di sangat ketakutan. Takut akan terulang kembali kejadian tragis malam itu.
Andreas sudah mendudukan diri di sofa, namun Nisa masih berdiri di tempat meskipun Andreas sudah menyuruhnya duduk dengan isyarat tangan.
"Aku belum ambil minumannya,,"
"Nanti ada yang bawain. Udah kamu tinggal duduk manis aja disini." Andreas menepuk sofa. Meminta Nisa untuk segara duduk di sana.
Nisa terlihat ragu, namun pada akhirnya dia tetap duduk si samping Andreas. Mungkin dia harus membiasakan diri untuk bersikap normal pada Andreas. Jika dia masih dihantui rasa takut dan trauma, pasti balas dendamnya akan sulit untuk dilakukan.
Sudah menjadi konsekuensi bagi Niisa untuk sering berinteraksi dengan Andreas. Memutuskan untuk masuk kedalam hidup Andreas adalah pilihannya.
Wanita berparas cantik itu tidak memiliki keraguan sedikitpun saat memutuskan untuk membalas dendam. Pikirannya terlalu kalut, hatinya hancur, tidak ada yang tersisa selain kata benci dan dendam yang membara. Dia merasa akan tenang jika sudah membalaskan dendamnya.
"Kamu sudah punya pacar,,?" Tanya Andreas. Pria itu menatap lekat wajah cantik Nisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
chaaa
katanya mau bls dendam, tp tiap ketemu Andreas ketakutan terus 😒
2023-06-11
3
Diana diana
masih blm ngerti dengan perubahn sikap Andreas
2023-03-20
0
Lilisdayanti
jangan2 Devan kakanya andre,, atau adek nya,,atau apalah yg bersangkutan dengan andre,,
2022-11-13
0