Keduanya pergi ke pantai yang terletak tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Tidak biasanya Devan mengajak Nisa ke pantai sore hari, bahkan hampir menjelang petang.
Keduanya bergandengan tangan, menapaki pasir kering di tepi pantai. Langkah keduanya hampir mendekati air yang menggulung. Devan menghentikan langkahnya, mengajak Nisa untuk duduk di atas pasir yang sedikit lembab.
Menikmati pemandangan di pantai yang perlahan mulai petang.
Devan menggenggam tangan Nisa, kedua manik matanya begitu dalam menatap sosok gadis berparas cantik yang duduk disisinya.
"Kamu pasti udah tau kalau aku cinta banget sama kamu. Bahkan luasnya lautan tidak sebanding dengan rasa cinta ini padaku. Aku hanya ingin kamu selalu bahagia, apapun yang terjadi nantinya,,," Sebelah tangan Devan mengusap lembut pipi Nisa.
Gadis belia itu menatap bingung pada tunangannya. Laki - laki yang hampir 2 tahun terakhir mengisi hari - harinya dengan tawa ceria.
"Bukan hanya aku mas, tapi kita akan selalu bahagia bersama-sama." Ucap Nisa yakin. Dia menepis segala pikiran buruk yang tercipta dari perkataan Devan. Nisa enggan berfikir buruk tentang hubungannya dengan Devan. Dia sudah terlampau yakin jika hubungannya akan berlabuh pada sebuah ikatan yang suci nan sakral.
"Aku sangat mencintaimu,,," Ucap Devan lirih. Dia mendekatkan wajahnya pada Nisa, membuat gadis itu reflek memejamkan matanya. Nisa bisa merasakan sentuhan lembut dari bibir Devan di bibirnya. Devan seakan enggan melepaskan Nisa begitu saja. Dia menekan tengkuk Nisa untuk memperdalam ciumannya. Meny*s*p dan melu**t bibir Nisa begitu lembut dan perlahan, penuh cinta dan kerinduan yang mendalam.
Ini pertama kalinya Devan mencium Nisa, dan gadis itu begitu bahagia. Tanpa Nisa tau, itu adalah malam terakhir dirinya dengan Devan.
Ciuman itu menjadi yang pertama dan terakhir baginya. Karna setelah itu, Devan pergi dan tak pernah kembali. Menyisakan sejuta kenangan dan luka yang membekas di hati Nisa.
Flashback Off
"Niss,,,,!!" Mella menepuk pundak Nisa. Meskipun pelan, tapi berhasil membuat Nisa tersentak kaget. Lamunan yang menyedihkan itu akhirnya berakhir.
"Apa Mel,,?" Tanya Nisa bingung.
"Ya ampun Nis,, kamu nggak liat kita udah didepan mall.? Cepetan turun,," Seru Mella. Dia menggelengkan kepala melihat Nisa yang terlihat kebingungan.
Mereka kemudian turun dari mobil setelah menyodorkan uang pada driver.
Suasana di pusat perbelanjaan terbesar di kota ini tidak terlalu ramai. Weekday memang bukan waktu yang tepat untuk hangout ke mall. Namun berbeda dengan Anisa dan Mella, mereka hanya bisa menyambangi pusat perbelanjaan itu pada saat weekday. Karna pada saat weekend, mereka sibuk mengais rezeki di tempat karaoke yang justru sangat ramai.
Dua gelas softdrink dan pop corn menjadi teman mereka untuk menonton film bergenre romantis. Baik Nisa maupun Mella, keduanya terlihat asik menikmati film yang sedang diputar pada layar di depannya.
"Nyesel gue pilih film ini Nis,,," Bisiknya Mella.
Dengan dahi yang mengkerut, Nisa menatap bingung pada sahabatnya.
"Nyesel kenapa,,?"
"Bikin iri Nis, jadi ngenes sama nasib gue,,"
Ungkap Mella dengan nada kesedihan. Nisa menggenggam tangan Mella untuk memberikan kekuatan pada wanita berparas manis itu. Wanita yang dia kenal kuat meski harus menjalani hidupnya yang keras dan berat.
"Kamu harus yakin Mel, suatu saat kehidupan kamu akan kembali seperti dulu. Aku yakin kamu akan bertemu dengan laki - laki baik, laki - laki yang bisa menerima kamu dengan tulus,,"
Nisa sangat yakin akan hal itu. Dia percaya, orang baik akan dipertemukan dengan orang baik. Meskipun Mella pernah ada dalam lingkaran hitam selama 2 tahun terakhir, tapi bukan berarti Mella wanita yang buruk.
Nisa paham betul seperti apa sifat Mella. Dia sahabat yang care, tidak hanya mementingkan dirinya sendiri. Mella bahkan rela mengorbankan kesuciannya demi menghidupi ibu dan ketiga adiknya. Mella sosok wanita yang penuh tanggung jawab.
"Makasih Nis. Kalau bukan bantuan dari kamu, nggak tau sampai kapan aku bakal jadi wanita malam,,," Mella menghapus air mata dari sudut matanya. Dia merasa terharu pada kebaikan Nisa, yang rela memberikan setengah uang dari Andreas, untuk membiayai operasi sang ibu dan sekolah ketiga adiknya. Berkat itu juga, Mella tidak lagi menerima BO.
Tanpa di sadari, Nisa juga ikut menangis. Dia segera menghapus air matanya.
"Udah ah,, jangan bahas ginian lagi. Kita itu mau happy - happy Mel, malah jadi nangis gini,"
Selesai menonton, keduanya langsung berpindah ke salah satu restoran. Mengisi perut adalah tujuan kedua mereka, baru setelah itu mereka akan membeli baju untuk kebutuhan kerja mereka yang akan berakhir kurang dari dua bulan lagi. Mereka memutuskan untuk keluar dari tempat karaoke itu.
Sebenarnya Mella bisa saja keluar dari kerjaannya saat ini juga, namun dia memutuskan untuk menunggu Nisa. Nisa baru bisa mengajukan pengunduran diri setelah masa kontrak awal berakhir. Kontrak awal yang berlangsung selama 4 bulan.
"Nis,,," Mella menyikut lengan Nisa, membuat wanita cantik itu langsung menoleh.
"Apaan,,?"
"Ada Andreas,," Bisikan Mella membuat mata Nisa terbuka sempurna, tepatnya karna dia mendengar nama laki-laki biadab itu. Ni langsung mengedarkan pandangnya ke seluruh restoran itu. Kedua manik matanya berhasil menangkap sosok laki - laki yang paling dia benci dalam hidupnya. Tanpa disadari, kedua tangan Nisa mengepal sempurna. Terlebih saat ini Andreas bebas tertawa dengan kedua temannya. Sedangkan Nisa, dia masih saja belum bisa melupakan kejadian nahas itu. Nisa bahkan masih sering menangis jika mengingatnya.
"Pindah aja yuk Mel,,," Pinta Nisa. Wajahnya mulai berubah ketakutan.
"Ya ampun Nis, udah telat kali. Makanan kita pasti sebentar lagi dateng." Nisa hanya bisa menghela nafas setelah mendengar ucapan mella.
"Lagian kenapa harus menghindar.? Bukannya kamu mau balas dendam.? Kalau kamu masih takut, gimana caranya mau balas dia Nis,,," Jelas Mella.
Nisa nampak terdiam, sepertinya dia sedang memikirkan baik - baik ucapan Mella. Sahabatnya itu memang benar, dia tak akan bisa membalas Andreas jika melihatnya saja masih merasa ketakutan.
Nisa menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya, mengusir rasa takut yang dia rasakan.
Apapun yang terjadi, Nisa sudah bertekad untuk membalas perbuatan Andreas. Setidaknya dia ingin membuat Andreas merasa hancur dan kehilangan. Seperti yang dia rasakan saat Andreas merenggut kesuciannya.
Nisa dan Mella mulai menyantap makan yang baru saja datang, Nisa mencoba untuk tidak menghiraukan keberadaan Andreas. Lagipula laki - laki itu tidak menyadari keberadaannya. Keduanya menghabiskan makan malam dengan tenang.
Nisa membulatkan matanya saat melihat Andreas yang tiba - tiba sudah berada didepannya. Laki - laki itu mengibaskan sebelah tangannya pada Mella, yang artinya menyuruh wanita itu untuk pergi. Anisa semakin tajam menatap Andreas.
"Nggak usah pergi Mel, tetap disini.!" Pinta Nisa dengan suara tegasnya. Andreas yang melihat itu hanya menarik sudut bibirnya. Dia masih santai bersandar dengan kedua tangan yang disilangkan di dadanya.
Mella mendekat pada Nisa dan berbisik padanya.
"Ini kesempatan kamu buat mulai balas dendam Nis. Langsung hubungi aku kalau dia macem - macem. Aku bakal tunggu di luar,,," Bisiknya. Nisa menatap Mella, sebelum akhirnya dia menganggukkan kepala. Setuju dengan apa yang Mella katakan.
"Gue pergi dulu,,," Mella menepuk pelan pundak Nisa, sebelum keluar dari restoran itu.
"Sepertinya takdir memang berpihak pada kita,," Andreas membuka pembicaraan dengan gaya santainya. Tangannya di ulurkan pada Nisa dan memamerkan senyumnya yang menawan.
"Kita belum kenalan secara resmi,," Ucapnya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Yusria Mumba
dasar laki2plapoy,
2024-11-14
0
Diana diana
ihhh . .
2023-03-20
0
Kenzi Kenzi
jgn2...devan suami irene..jgn2 devan sodaraan andreas
2022-12-16
1