Pukul 3 malam, Nisa sudah bersiap untuk pulang. Dia mengambil tas dan jaketnya yang berada di ruang make up.
Mella yang baru saja masuk, langsung menghampiri Nisa.
"Gimana urusan kamu sama bos besar,,?" Tanyanya hati - hati.
"Selesai. Dia ngasih uang yang aku minta. Mulai hari ini kamu harus berhenti Mel. Kamu bisa pakai semua uang ini,,," Nisa mengambil cek dari tasnya, lalu memberikannya pada Mella.
"Jangan gila Nis,,! Ini bukan uang kecil. Aku nggak bisa terima semua uang ini. Kamu simpan setengahnya, kamu bisa keluar dari tempat ini setelah kontrak berakhir. Pakai uang itu untuk usaha kamu. Tempat ini nggak aman buat kamu Nis,,," Mella memasukan cek itu kedalam tas Nisa.
"Aku juga akan keluar dari tempat ini, aku akan ikut kamu. Bukannya kamu pernah bilang ingin membuka usaha.? Kita bisa membuka usaha sama - sama,,," Ujar Mella lagi.
Nisa begitu terharu dengan perkataan Mella, dia menangis dan langsung memeluk sahabat baiknya itu.
"Kamu bener Mel,, kita akan keluar dari tempat ini."
Keduanya berpelukan, saling memberikan kekuatan.
"Kamu masih mau balas dendam Nis,,,?" Tanya Mella berbisik.
"Dia harus ngerasain apa yang aku rasain Mel." Sahut Nisa penuh amarah.
"Aku khawatir Nis, kamu tau sendiri siapa Andreas. Jangan sampai balas dendam itu malah bikin kamu terluka nantinya."
"Kamu tenang aja Mel,, aku bisa jaga diri,,,"
Nisa bersikeras, dia tidak akan melepaskan Andreas begitu saja meski sudah menerima uang darinya. Nyatanya sebanyak apapun uang yang diberikan oleh Andreas, tidak mampu mengembalikan kesuciannya. Juga tidak mampu mengobati sakit hati dan kehancuran yang dia rasakan.
...****...
"Buruan Mel,,,! Lama amat sih dandannya, kita cuma mau nonton Mel, bukan mau kerja,,," Sambil menggedor pintu kontrakan Mella, Nisa berteriak. Malam itu mereka ada janji untuk hangout ke Mall. Hari libur mereka hanya digunakan untuk pergi ke Mall saja.
"Iya bawel,,," Seru Mella sembari membuka pintu.
"Walaupun cuma pergi ke Mall, gue juga harus keliatan cantik dan rapi Nis. Masa iya pergi ke Mall penampilan acak - acakan nggak karuan. Siapa tau di sana ketemu jodoh, kan enak buat diceritain. Paling nggak penampilan kita lagi OKE saat itu,,," Mella mengoceh panjang lebar, Nisa hanya menggelengkan kepalanya. Meskipun yang dikatakan Mella ada benarnya juga.
"Iye,, iye,,, aku do'ain biar kamu cepet ketemu jodohnya,," Ucap Nisa dengan ketulusan hatinya. Mella tau akan hal itu, Nisa sudah sering mendo'akan dirinya seperti itu. Semata - mata karna kasihan pada Mella, Nisa ingin Mella bisa membuka lembaran hidup baru jika sudah bertemu dengan jodohnya. Berharap Mella bisa keluar dari lingkar hitam kehidupannya yang keras.
"Aamiin,,," Ucapnya bersungguh - sungguh, hingga mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya.
"Semoga jodoh kamu juga kembali Nis,," Mella menepuk pelan pundak Nisa. Wanita berparas cantik itu diam membisu. Kenangan indahnya bersama Devan muncul kembali dalam ingatannya. Hubungan yang berakhir tanpa kabar, membuat Nisa sulit untuk melupakannya.
Melihat perubahan di wajah Nisa, membuat Mella menjadi merasa bersalah.
"So,,,sorry Nis, gue nggak bermaksud,,,
"Nggak apa - apa Mel, santai aja." Nisa memotong ucapan Mella. Dia sedikit tersenyum meski terlihat dipaksakan.
"Buruan, tuh taksinya udah dateng,," Nisa menunjuk mobil yang baru saja berhenti didepan gerbang kontrakan.
Keduanya masuk kedalam taksi online itu.
"Jadi kapan ibu kamu di operasi,,?"
"Kemungkinan dua minggu lagi Nis. Gue juga harus ngatur cuti, biar bisa lama nemenin ibu di rumah sakit." Jelas Mella.
Nisa memang sudah mencairkan cek pemberian dari Andreas satu minggu yang lalu. Sebagian uang itu dipindahkan ke rekening Mella, dan sebagian lagi masuk ke rekeningnya.
"Semoga operasinya berjalan lancar. Nanti aku ikut kamu pulang ya, sekalian mau nengok cafenya mas Devan."
"Kamu masih nggak mau nerima cafe itu Nis,,?"
Nisa menggelengkan kepalanya.
"Buat apa Mel,, kecuali mas Devan sendiri yang bilang sama aku. Bukan orang kepercayaannya. Kadang aku masih sering bertanya - tanya, sebenarnya siapa mas Devan.? Aku pikir dia hanya laki - laki biasa yang bekerja di cafe itu. Tapi setelah dia pergi, aku baru tau kalau cafe itu miliknya."
Nisa tidak pernah bisa menyembunyikan kesedihannya setiap kali membicarakan soal Devan. Laki - laki berparas tampan itu datang ke kampungnya tak lama setelah pembukaan cafe baru yang cukup besar. Bahkan cafe itu merupakan cafe terbesar di kota tempat tinggal Nisa. Saat itu Nisa baru saja tamat SMA, usianya masih 18 tahun waktu itu. Nisa yang tidak memiliki biaya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, akhirnya memilih untuk melamar pekerjaan di cafe tersebut.
Disanalah Nisa bertemu dengan Devan yang statusnya sama - sama sebagai karyawan. Devan yang usianya terpaut 7 tahun lebih tua dari Nisa, memiliki daya tarik tersendiri di mata Nisa.
Devan sangat kalem, dewasa, lembut dalam bertutur kata dan sangat mengayomi. Dia banyak membantu Nisa dalam hal pekerjaan.
Sampai akhirnya hubungan keduanya semakin dekat. Devan menyatakan cintanya setelah 3 bulan kedekatan mereka.
Hubungan keduanya sangat harmonis dan romantis. Devan yang dewasa, bisa mengimbangi sifat Nisa yang saat itu masih kekanakan dan labil. Devan memberikan cinta dan kasih sayang luar biasa pada Nisa. Hingga gadis itu begitu mencintainya. Perhatian Devan membuat Nisa merasa jadi wanita yang paling beruntung saat itu.
Tepat 8 bulan setelah menjalin hubungan, Devan datang menemui nenek Nisa. Dia meminta restu untuk melamar cucu satu - satunya itu. Nisa tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, air matanya tumpah. Dia sangat bersyukur bisa memiliki Devan disisinya. Laki - laki dewasa yang selalu menjaganya. Hubungan mereka semakin lengket setelah lamaran dilangsungkan. Namun Devan tetap menjaga gadis belia itu. Tidak pernah sedikitpun mencium bibir Nisa.
Dia tau, Nisa gadis baik - baik yang baru pertama kali menjalin hubungan dengan laki - laki. Itu sebabnya Devan enggan menyentuh Nisa diluar batas sebelum menikahinya.
Flashback On
Sore itu Devan mengajak Nisa pergi ke pantai.
Devan menjemputnya di rumah sederhana milik Nisa. Laki - laki yang mengaku sebatang kara itu datang dengan mengendari motor matik miliknya. Celana jeans dan kaos melekat dengan rapi di tubuh tingginya. Juga jaket yang dibiarkan terbuka, menambah kesan maskulin dari laki - laki tampan itu.
Nisa keluar rumah dengan mata yang berbinar, juga senyum yang mengembang di wajah manisnya. Gadis belia itu selalu menyambut bahagia kedatangan Devan.
"Udah siap,,?" Tanya Devan, tangannya mengusap lembut pucuk kepala Nisa. Menghantarkan kehangatan pada gadis yang hampir genap berusia 20 tahun itu.
"Udah mas,, ayoo,,,," Nisa mengandeng tangan Devan tanpa malu. Tidak seperti dulu saat mereka masih berstatus sepasang kekasih.
"Aku pamit dulu sama nenek,," Ucap Devan lembut, Nisa mengangguk dan mengajak Devan masuk untuk menemui neneknya.
"Hati - hati di jalan nak Devan," Ujar sang nenek setelah Devan meminta ijin padanya.
"Tolong jaga Nisa, jangan buat Nisa sedih, tetaplah berada disamping Nisa." Ucapnya lagi dengan nada permohonan yang tulus.
Devan terlihat diam, dia menundukan kepalanya. Seakan takut untuk menatap nenek Nisa, juga ragu untuk menjawabnya.
"Nek,, mas Devan selalu jagain Nisa, nggak pernah buat Nisa sedih juga. Nenek nggak usah khawatir, iya kan mas,,,?" Nisa berbicara dengan riang dan begitu lantang, menatap Devan dengan mata yang penuh harapan pada sosok laki - laki yang berhasil mengambil hatinya itu.
Devan mengangguk dengan seulas senyum tipis.
"Saya pasti jagain Nisa, Nek,,," Ucapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
sherly
apa Devan nikah sama Irene
2023-05-24
1
Ilyloveme
Jaga diri gimana🤧🤧
2023-05-06
0
Diana diana
masih menyelami . .
2023-03-20
0